Dendam Winarsih

Aku Mau Dia



Aku Mau Dia

0Dino sedih karena Nona benar-benar tersiksa, dia tidak tahu akan dendam ini, dia hanya ingin membantu saja, tidak lebih dari itu, tapi yang ada dia malah di perlakukan seperti ini. mang Dadang menepuk pelan pundak Dino dan tersenyum.     

"Tenang, saya yakin kalau Nona bisa bertahan, kita tinggal tunggu ustad ya," ucap mang Dadang.     

Nona yang menatap ke arah Dino dan tanpa aba-aba Nona lompat dan langsung menerkam Dino. Dino yang kaget langsung menangkap Nona dan terjatuh ke bawa. bughh!     

"Akhh! Tolong mang!" teriak Dino dengan kencang.     

Mang Dadang dan mang Jupri langsung menarik Nona untuk beranjak dari atas tubuh Dino, Nona mencekik Dino dengan keras. Paijo yang menghampiri Dino dan Nona di belakang kaget, dia ikut membantu Dino dan menarik Nona.     

"Sadar kamu Nona, jangan buat Dino mati, sadar Nona!" pekik Paijo dengan kencang.     

Paijo dan mang Dadang akhirnya bisa menarik Nona dengan kencang. Nona yang ditarik oleh Paijo tidak terima dia terus menendang mang Dadang. Mang Jupri kewalahan memegang Nona, Bibi sumi menangis karena melihat Nona yang memekik.     

"Bibi, tolong ambil kain, kita sumpal mulutnya, agar dia tidak menjerit, tidak enak didengar orang, sekarang cepat ambil ya," ucap Paijo kepada bibi sumi.     

Bibi Sumi bergegas mencari kain untuk menutup mulut Nona, Paijo berusaha menutup mulut Nona dengan tangannya tapi tangan Paijo digigit oleh Nona. Paijo menjerit histeris karena tangannya digigit kencang oleh Nona.     

"Akhhh! Nona hentikan sakit Nona!" teriak Paijo yang sudah tidak tahan sama sekali.     

Ian dan Toni berlari ke rumah pak Ustad. Tapi nihil, pak ustad ada di masjid sedang duduk bersama bapak-bapak komplek. Ian berlari ke arah masjid yang tentu saja sangat jauh.     

"Ian, sudah cukup aku lelah. Nafasku mau lepas," cicit Toni yang benar-benar sesak nafasnya karena lari.     

"Ini harus kau lakukan, kerja di tempat kami harus lari, jika tidak maka tidak akan diterima," dusta Ian yang terus berlari.     

Toni yang memang ingin berkerja, semangat 45, dia berlari dengan kencang tanpa tahu arah masjid. Ian yang ketinggalan mengangga karena lari Toni lebih kencang. Ian ikut berlari dengan kencang.     

"Woy, salah jalan belok kanan cepat!" teriak Ian dengan kencang.     

Toni yang keterusan mundur dan langsung berbalik arah. Ian menepuk jidad dan langsung lari ke arah masjid. Sampai masjid keduanya masuk dan melihat pak Ustad sedang berbicara.     

"Itu dia! Cepat bawa dia, kita tidak punya waktu lagi, cepat! angkut dia!" teriak Ian yang menunjuk ke arah pak Ustad.     

Semua warga yang berada di sana kaget mendengar teriakkan Ian. Pak RT yang melihat kelakuan Ian mengangga, kenapa dia menjerit dan menunjuk ke arah pak Ustad. Toni dan Ian menggendong pak Ustad. Pak Ustad yang kaget menjerit.     

"Aaaaa! Kalian mau apa!" teriak Pak Ustad.     

"Ini tidak bisa ditunda, maaf semua dan pak Ustad kami ambil dulu ya, kalian lanjutkan saja diskusi masalah akhirat," ucap Ian tanpa ada perasaan.     

Mereka lari membawa pak Ustad. Keduanya menggendong pak Ustad sambil lari. "Eh! jangan cepat-cepat, sendal saya jangan lupa itu!" teriak pak Ustad dengan kencang.     

Toni berhenti dan langsung mengambil sandal pak Ustad. Toni ambil sembarangan tanpa tahu itu sandal siapa. Setelah itu dia langsung lari dan menggotong pak Ustad. semua warga heran melihat kelakuan anak muda itu.     

"Kita ikut saja bagaimana?" tanya warga yang lain kepada bapak-bapak di dalam masjid.     

"Baiklah, siapa tahu butuh bantuan." pak RT pun menyetujui apa yang dikatakan warga yang bersamanya.     

Mereka pun pergi dan meninggalkan masjid. "sandal saya mana ya?" tanya pak RT yang mencari sandalnya.     

"Itu sandal siapa?" tanya bapak-bapak yang lainnya.     

"Itu sandal pak ustad, apa mereka salah bawa ya?" tanya pak RT yang menghela nafas karena kedua anak muda itu salah bawa sandal.     

"Kenapa pak RT?" tanya warga yang melihat pak RT kelihatan kesal.     

"Sandal saya dibawa mereka, sudah ayo kita pergi, saya bawa saja sandal ini dan tukar dengan ini saja, ayo kita lihat mereka," ucap pak RT.     

Semua warga bergegas ke rumah Ian dan mencari tahu kenapa mereka membawa pak. ustad tergesa-gesa. Ian dan Toni berlari dengan kencang. Pak Ustad sudah minta dituruni tapi tidak juga di turuni. Toni memberikan sendal pada pak Ustad.     

"Ini sandal pak Ustad, pegang kalau jatuh kami nggak tanggung jawab," kata Toni yang ngos-ngosan.     

"Ini bukan sandal saya, kalian mencuri ya?" tanya pak Ustad.     

Toni geleng kepala dengan cepat. "itu kan sandal pak Ustad kan? Jadi ya sudah, saya ambil saja," jawab Toni dengan nafas ngap-ngap.     

Pak Ustad pasrah, karena dia tidak bisa berkata apapun. "ini sandal pak RT, kalian ambil ini bisa dikeluarkan kalian dari kompleks ini, ya Allah, ampuni mereka berdua." pak Ustad sudah pasrah dan sangat pasrah biarkan saja lah nanti dibalikkan.     

Sampai di rumah pak Ustad masuk dan melihat ada yang sedang kesurupan. "Pak tolong kami cepat," ucap Paijo yang kesakitan karena cakaran Nona.     

"Aku mau dia, serah kan dia sekarang! Aku tidak mau yang lain cepat aku bilang!" teriak Nona yang suaranya berubah berat.     

"Siapa kamu, kenapa bisa kamu di sini, cepat keluar dari tubuh wanita ini, jangan di sini. jangan sampai saya paksa kamu keluar!" teriak pak Ustad.     

Nona tertawa besar, dia menendang mang dadang yang menahan tangannya. Dia tidak peduli sama sekali, tendangan Nona cukup kuat sehingga mang Dadang terjungkang. Ian dan Toni juga ikut membantu menahan Nona.     

"Pegang dia kuat, kalau tidak dia akan lepas. cepat pegang yang kuat ya, saya akan bacakan doa," ucap pak Ustad.     

Semua mengganggukkan kepala, masing-masing memegang Nona dengan kencang, Nona meronta dan menjerit. semua yang sepi menjadi rame, warga yang dari masjid langsung berlari masuk dan melihat nona merontak. Mereka pun ikut membantu untuk membaca doa untuk Nona.     

"Aaaaa!" teriak Nona dengan kencang.     

Pak Ustad mulai membacakan doa dengan khusyuk. Nona meronta dan menggapai wajah yang memegang tangannya. "Aku mau dia, serahkan dia padaku cepat, kalau tidak aku akan membuat dia menderita!" teriak sosok yang masuk ke dalam tubuh Nona.     

"Tutup mulut kamu, jangan aku buat kamu tidak bisa melihat surga ya!" teriak Ian dengan kencang.     

Semua melihat Ian dan melongo mendengar apa yang dia katakan. "kamu tahu dia tidak masuk surga dari mana?" tanya pak RT.     

"Dari mana saja, kan mereka yang jahat tidak masuk surga sama dengan orang, kecuali kalau diat tobat. iya kan pak ustad?" tanya Ian sambil menepuk pundak pak Ustad yang tengah membaca doa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.