Dendam Winarsih

Di Kerjain Dukun Sakti



Di Kerjain Dukun Sakti

0Pak Ustad terus mendoakan Nona dan lama kelamaan Nona akhirnya bisa kembali lagi dan pingsan. Dino membawa Nona ke kamar bersama dengan Bibi Sumi. Bibi Sumi menangis melihat Nona yang kerasukkan. wajah Nona menjadi pucat dan kusut.     

"Bibi tolong jagain dia ya, aku harap Bibi Sumi tidak keberatan, nanti kita gantian saja jagain dia ya," ucap Dino dengan lembut.     

"Iya, akan Bibi jaga nak Dino, kamu jangan khawatir ya," ucap. bibi kepada Dino.     

Dino keluar dari kamar Nona untuk bertemu dengan yang lainnya. Harusnya dia bisa istirahat sebelum ke kantor tapi tidak, dia sudah terlambat ke kantor. Tinggal Pak Ustad dan pak RT di rumah.     

"Kalian semua harus hati-hati ini kerjaan dukun. Makanya banyak baca doa dan jangan lengah," ucap Pak Ustad.     

"Dikerjain dukun sakti begitukah? Sampai dia seperti itu. Dukun mana pak?" tanya Toni yang sedikit kaget.     

"Mana saya tahu, dukun itu bisa memanggil arwah yang sudah lama meninggal dan mungkin saja ini perbuatan mereka dan jangan sampai kalian lengah ya, itu saja pesan saya, nanti kalau ada apa-apa kasih tahu saya saja," ucap Pak Ustad.     

Semuanya menganggukkan kepalanya dan mengantar Pak Ustad pergi. Tinggal Dino dan yang lainnya di rumah. Mang Dadang menghela nafas panjang dan menatap ke arah Dino.     

"Jadi, kapan kita mau selesaikan ini? Nona yang jadi tumbalnya, kita sudah makin terjepit, dukun satu belum selesai, ini dukun mana lagi Bram lakukan, apa jimat itu susah dapatnya? Hingga kita harus membuat Nona jadi tumbalnya," kata Mang Dadang yang sudah lelah untuk mengatakannya.     

"Saya saja kurang tahu mang, kita itu berurusan dengan Bram, Bram menginginkan Nona, kalau Nona bersama dia dan terjadi sesuatu bagaimana dan kalau bisa di ambil kalau nggak sama saja bohong," jawab Dino.     

"Kita harus cari tahu dukun itu siapa dan kalau dukun itu masih mencari masalah dengan kita maka kita harus hajar dia, kita buat dia berurusan dengan Narsih, kita jadikan dia tumbal, gampangkan," sambung Ian lagi.     

"Kamu yakin narsih bisa hadapi dukun sakti ini?" tanya Mang Jupri.     

"Coba dulu kan, kalau belum coba mana tahu. Narsih pasti bisa. Mbak manis Dino pasti bisa kok, jangan buat kita susah mikirnya, kasih mbak manis di garda ke depan dan kita yakin dia pasti bisa bawa dukun itu ke tempat yang pantas untuknya," ucap Ian lagi pada mereka semua.     

Mang Dadang dan Mang Jupri saling pandang begitu juga Paijo dan Dino. Toni hanya diam dan mencerna apa yang terjadi, dia orang luar tidak tahu masalah apa yang terjadi. Dino menghela nafasnya, sudah cukup pikirnya, dia harus ke kantor nanti kena masalah.     

"Kita bicarakan saat pulang saja, apa yang terjadi saat ini akan menjadikan kita pelajaran dan kita harus waspada untuk Bram kita akan rembukkan lagi ya," ucap Dino yang beranjak ke kamar untuk ganti pakaian.     

Ian dan Paijo ikut berdiri, mereka juga ingin pergi ke kantor juga karena mereka tidak mau manajer mencari masalah dengan mereka. Dino dan sahabatnya pamitan, Toni juga ikut karena Dino dapat kabar ada lowongan kerja untuk dirinya. Jadi sekalian di ajak saja pikir Dino.     

Di perjalanan menuju kantor Dino masih mengkhawatirkan Nona di rumah, walaupun ada Bibi dan si Mamang, bisa saja dia merasa kesepian, Paijo yang duduk di sebelah Dino menepuk pundak Dino dan tersenyum. Dino pun akhirnya kembali tersenyum dan tentu membuat Dino kembali lega.     

"Kita sudah sampai ini, kalian turun saja aku parkirkan ini dulu," ucap Ian.     

"Aku temani kamu Ian, kamu dan Dino keluar saja, jumpai bagian personalia, tunjukkan dia yang mau melamar Dino," ucap Paijo.     

"Sampai jumpa di ruangan, cepat kalian kembali jangan duduk di warung janda itu," ucap Dino dengan wajah mengejek.     

Paijo dan Ian hanya mencibirkan mulutnya, bisa-bisanya dia berkata seperti itu. Dino keluar dan berjalan menuju ruangan personalia sedangkan Ian dan Paijo memarkirkan mobilnya.     

"Itu orangnya bukan?" tanya seseorang yang parkir di depan kantor karena tidak boleh masuk bila tidak ada yang penting dan karyawan di kantor tersebut.     

"Bos bilang iya, tapi entahlah, kita tunggu saja," ucap anak buahnya.     

Bram yang sudah kecewa karena anak buahnya habis dibunuh oleh Narsih tanpa ada sisa meminta mereka untuk mengikuti Dino, dengan cara menunggu di kantornya, tidak sia-sia anak buah Bram menunggu Dino dan sahabatnya itu, mereka akhirnya muncul dan masuk ke dalam kantor itu.     

Drt ... drt ...     

Ponsel anak buah Bram berbunyi dan tentu membuat anak buahnya mengangkat ponsel mereka. Bos Bram menghubungi mereka untuk menanyakan apakah mereka sudah muncul atau belum.     

"Halo bos, ada apa?" tanya anak buah Bram.     

"Gimana, apa sudah ketemu?" tanya Bram kepada anak buahnya.     

"Sudah, kami sudah melihatnya, tapi kami masih ragu itu dia atau bukan, sekilas Dino kami tahu tapi satu lagi ada yang beda tidak seperti yang bos tunjukkan, pria ini beda dengan dua temannya yang lain, apa dia keluarganya bos?" tanya anak buah Bram.     

"Aku hanya mau kalian ikuti saja dan sampai rumahnya langsung bawa Nona, jangan menunggu lagi kalau melawan kalian tahu kan apa yang harus kalian lakukan?" tanya Bram kepada mereka.     

"Paham, kami akan bertindak terus bos, kami akan cari di mana dia tinggal," ucap anak buah Bram.     

Bram mengakhiri panggilannya dan langsung tersenyum penuh kemenangan. Sebentar lagi Nona akan berada di rumahnya dan menjadi nyonya Bram dengan begitu hantu itu tidak akan pernah bisa mendekatinya, dia tahu Nona akan jadi kunci dia untuk menjauhi dan menghindari Narsih.     

Deki yang di kantor bersama Diman hanya bisa saling pandang, Diman kecewa karena lagi-lagi kedua sahabatnya ini harus bertengkar karena wanita mirip Narsih dan keduanya tidak mau mengalah sama sekali. Bram dan Deki sama-sama keras kepala.     

"Sudah cukup kalian bertengkar, kalian tidak malu dengan umur? Kalian harus lihat Deka yang lagi-lagi koma karena hal yang kita tidak tahu sebabnya. Dia sadar dari kematiannya, sekarang dia harus koma kembali, kalian yang sehat malah main rebutan wanita yang ada hubungannya dengan hantu yang mencelakai teman kalian, apa kalian tidak tahu dan tidak mikir ke situ hmm? Jaga perasaan Deka sedikit," geram Diman kepada keduanya.     

Deki hanya diam dia tidak menjawab apapun, dia tidak mau berkomentar toh, dia sudah habis kata-kata untuk membela dirinya. dia juga sudah babak belur dihajar Bram di depan anak buahnya dan sekarang Bram tidak ada minta maaf.     

"Apa kau berharap Bram minta maaf padamu?" tanya Diman kepada Deki.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.