Dendam Winarsih

Kiriman Siapa Dia



Kiriman Siapa Dia

0Semua orang saling pandang satu sama lain. Mereka tidak tahu siapa yang membuat ke gaduhan di kamar. Narsih tiba dan melihat semua orang fokus ke arah kamar.     

"Kalian lihat apa?" tanya Narsih yang bertanya ke pada Ian.     

Ian yang mendengar pertanyaan dari Narsih menunjukkan ke arah kamar Dino. "ada yang masuk ke kamar Dino, tapi aku tidak tahu siapa yang melakukannya, mungkin Mbak manis dinosaurus tuh," ucap Ian yang berbicara sekenaknya dan lebih parahnya, dia tidak melihat siapa yang bertanya kepadanya.     

Paijo yang melihatnya kaget karena ada Narsih di sebelah Ian. Rambut Narsih mengenai wajah Ian dan menutup wajahnya. Ian kesal karena rambutnya mengenai wajahnya, dengan cepat Ian menarik rambut Narsih, Narsih yang rambutnya ditarik oleh Ian juga menarik rambut Ian balik, bukan hanya menarik rambut Ian, dia juga memperlihatkan goloknya.     

Prangg!     

Golok Narsih terlihat di depan wajah Ian dan Ian yang melihatnya kaget dan menutup mulutnya. Ian dan Narsih saling pandang satu sama lain. Dia tidak tahu kenapa ada Narsih di sini.     

"Eh, mbak manisnya Dino kenapa bisa di sini? Apa kamu mengintip aku kah? Atau kamu naksir sama aku ya? Apa kamu tidak tahu ada orang atau apalah itu di kamar Dinosaurus, pergi sana cepat sana lihat," ucap Ian yang mengusir Narsih sekenaknya.     

Dino melihat kelakuan si Ian hanya menghela nafas panjang hanya bisa diam saja dan geleng kepala, bisa-bisanya dia melakukan itu kepada si Narsih. Mang Dadang juga memijit keningnya, dia tidak tahu kalau Ian berani melakukan itu.     

"Apa kalian tidak mau melihatnya, ayo kita lihat," ucap mang Dadang kepada Dino dan yang lainnya.     

Dino berdiri bersama dengan mang dadang untuk melihat siapa yang datang. Ian dan yang lain ikut ke dalam, beda dengan Nona, dia duduk di sebelah bibi Sumi. Dia tidak mau ikut ke dalam.     

"Mang, kalau itu sosok halus gimana?" tanya Ian kepada mang Jupri.     

"Kita lari kalau sosok halus, jika orang kita hajar, bukannya kalian bisa menghadapi mereka, kenapa kalian takut?" tanya mang Jupri kepada Ian.     

Ian hanya mendengus kesal karena mang Jupri mengatakan itu. Suara dari kamar Dino seketika diam dan tidak seperti tadi, entah kenapa bisa suasana makin sepi dan mengerikan.     

"Kenapa bisa diam saja ya? Aku merasakan sesuatu yang tidak enak ini, coba lihat mang, siapa tahu itu tetangga kita yang mau ikut tidur di kamar Dino," ucap Ian yang menolak mang Dadang ke depan.     

Belum ada yang berani masuk ke kamar Dino, mereka masih di pintu kamar. Entah kenapa nyali mereka ciut. Dino memberanikan dirinya untuk masuk ke dalam kamarnya, sedangkan dukun yang berada di depan meja ritualnya membaca mantra dan melemparkan kemenyan dan dupa di pasang juga melempar bunga.     

"Kalian tidak akan lepas sama sekali, aku akan buat kalian takut dan akan buat kalian tidak bisa tidur dan mengingat ini seumur hidup kalian, cepat bunuh mereka semua, aku mau mereka ketakutan dan aku ingin membawa hantu itu, bawa dia segera," ucap dukun itu dengan wajah datar.     

Guru dukun yang gagal itu melakukan ritual mengantarkan arwah dan membuat Dino dan yang lainnya ketakutan. Dino dan yang lainnya memberanikan diri membuka kamar dan melihat ke arah dalam kamar dan tentu membuat Dino merinding.     

"Itu kenapa ada sosok arwah lain, apa itu kiriman Bram atau siapa?" tanya Dino kepada mang Jupri.     

"Kiriman siapa dia? Kalau Bram mana mungkin, dia tidak memakai arwah, dia anak. buah," jawab mang Jupri kepada Dino.     

Dino dan yang mendengar jawaban dari mang Jupri berpikir sejenak, kalau bukan Bram apa dukun itu? Apa dia tidak jera juga pikirnya lagi. Ian mengintip dari belakang dan ada yang berdiri di depan mereka. Arwah yang mendengar apa yang dikatakan oleh majikannya yang tidak lain dukun itu langsung mendekati Dino dan mang Jupri.     

"Mundur Dino, bahaya ini, ini tidak akan aman untuk kita semua, ini pasti ada kesalahan dan lihat saja ini tidak benar dan sepertinya dia di kendalikan oleh seseorang yang mempunyai ilmu yang tinggi, kita tidak boleh mendekat, menjauh saja," bisik mang Jupri kepada Dino.     

Mang Jupri dan Dino dan juga Ian sama yang lainnnya juga mundur. Tidak ada yang mendekat. Tatapan mata tajam dan seperti ingin menusuk itu membuat semuanya kabur.     

Ian yang mundur kepentok Narsih dari belakang. Bugh! Ian yang ditabrak dari belakang menatap Narsih.     

"Menjauhlah, ini tidak aman, kita tidak mungkin bisa, kecuali kamu mbak, coba lawan dia, jangan sama anak buah Bram yang kamu tebas," cicit Ian kepada Narsih.     

Narsih masih memandang ke arah depan dan melihat sosok itu dan dengan sekali gerakkan keduanya saling beradu Ian yang berada di tengah antara keduanya kaget. Keduanya sama-sama dekat dan tentu membuat dia menggigil, bisa-bisanya dia di jepit oleh keduanya.     

"Tu-tunggu kalian tolong aku, jangan mendekati aku, aku tidak mau melihat kalian. kalau mau berkelahi, jangan ajak aku ok," ucap Ian yang mau bergeser tidak jadi, karena tidak bisa geser sama sekali.     

Dino menelan salivanya, melihat sosok yang menakutkan itu berdiri di depan dirinya. semua mundur ke samping, Ian yang melihat ke arah Dino dan yang lainnya mundur ke samping menatap sendu, kenapa aku yang selalu sial pikirnya.     

"Pergi, jangan di sini, aku tidak ada urusan dengan kamu, segera pergi atau tidak aku akan membuat kamu habis dalam sekejap, tanpa aku sisakan sedikitpun nyawamu." Narsih mengatakan dengan suara yang membuat bulu kuduk merinding.     

Narsih menunjukkan golok dan tentu saja dia tidak main-main, Ian benar-benar sial berada di depan keduanya. Ian menghirup udara si sosok yang di depannya. Sosok itu mengeluarkan ular kecil dari mulutnya, Ian yang melihat ke arah mulut sosok itu menelan salivanya.     

"Dino, aku mohon padamu yang paling tampan, tolong aku, jangan seperti ini. Aku tidak mau kena entup dan aku tidak mau dino, aku takut. Mang tolong aku sekarang, aku mau minta tolong padamu," cicit Ian yang menangis sesenggukan.     

Ian meneteskan air matanya, dia tidak tahan melihat binatang yang keluar dari mulutnya sosok itu. Ini benar-benar menakutkan Dino yang mau menolong tidak bisa karena ular besar keluar dari kamar Dino dan menghalangi dirinya.     

"Dino, mati aku kali ini, aku tidak bisa seperti ini, aku takut Dino, aku belum mau mati, tolong aku, mbak manis selesaikan dia," ucap Ian dengan wajah yang sendu.     

Ular yang keluar dari mulut itu mendekati ke arah Ian, lidah ular itu keluar dan menyentuh wajah Ian. Ian hanya bisa menangis karena dia tidak mau bergerak sama sekali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.