Dendam Winarsih

Serem Sekali Sumpah



Serem Sekali Sumpah

0Dino dan lainnya belum juga masuk ke dalam, mereka sediki ragu untuk masuk ke dalam. Suara burung hantu juga sudah terdengar dengan sangat lembut hingga bulu kuduk merinding dibuatnya.     

"Aku merasa kita harus keluar, mana mungkin kita di sini kan, mbak manis juga sudah datang, tapi sayang tidak bisa ikut dia," ucap Ian dengan wajah sendu.     

"Apa ada ranjau ya mang?" tanya Dino kepada mang Jupri dan Mang Dadang.     

"Ranjau untuk mereka iya, aku rasa dia pakai mantra atau apa gitu. Kita berdoa saja, ayo berdoa dulu baru kita masuk," ucap mang Jupri yang memulai doanya.     

Selama beberapa menit Dino dan yang lainnya berdoa bersama, setelah itu baru mereka bersiap untuk pergi kerumah dukun sakti itu. mereka sengaja meletakkan mobi sedikit jauh dari pandangan orang, takutnya anak buah dukun itu tahu kedatangan mereka.     

"Mang, kita kan ke sini ngendap-ngendap apa tidak tahu dia mang? Kan dukun tahu kalau ada yang datang ke sini. Aku takutnya dia sudah lebih tahu dan sengaja menyambut kita dengan kematian dan lain sebagianya," ucap Paijo yang sedikit was was untuk datang ke sini.     

"Benar juga kata Paijo, dia sakti ambil mayat suami mbak manis saja dia bisa tanpa ketahuan orang apa lagi kedatangan kita, apa tidak ketahuan nanti tuh?" tanya Ian yang melihat sekeliling lokasi semuanya gelap da hutan.     

"Bentar, coba lihat dupa ini, ayo kita pindahkan." Mang Jupri menunjuk ke arah dupa dan berdoa langsung mencabutnya.     

"Mau dipindahkan di mana itu mang?" tanya Ian dengan tatapan mata penasaran.     

"Apa ini yang buat mbak manis Dino tidak bisa masuk mang?" tanya Paijo yang menerka kalau ini pasti karena dupa ini.     

"Iya benar, aku rasa juga seperti itu. Lihat di setiap sudut ada di hutan dan di semak dan itu ada benang kusut dan apa lagi itu ya, oh ya, itu bunga dan benda tajam, duh aku kok jadi ngeri ya," ucap Mang Jupri yang bergidik ngeri.     

"Kita harus bagaimana mang, aku benar-benar merinding ini coba kamu lihat Dino. aku merinding kan. Sumpah serem sekali ini mah namanya," ucap Ian yang sedikit ketakutan.     

Dino melihat ada sesuatu di balik semak dan sepertinya sedang memperhatikan mereka. Dino menyikut lengan mang Jupri dan Mang Dadang untuk melihat di semak yang dari tadi melihat ke arah mereka semua.     

"Siapa itu Dino?" tanya mang Jupri.     

Dino geleng kepala, dia saja tidak tahu siapa itu, dari tadi dia merasa ada yang mengikuti dia sedari datang. Ian juga melihat itu dan lagi-lagi dia menunjukkan ketakutan.     

"Kita pulang saja ya, kalian mau tidak?" tanya Ian yang merapat ke mang Dadang.     

Toni yang baru pertama ikut juga merapatkan diri ke mang Dadang. Mang Dadang yang di apit keduanya langsung saja mendengus, dia yang susah jalan malah di apit seperti ini.     

"Dia mata-mata dukun itu, lihat matanya merah, kita sepertinya sudah di tunggu oleh dukun itu, ini pancingan, kita tidak mungkin bisa mendekati rumah itu, semakin ke sana kita akan kesulitan dan entah apa yang terjadi," ujar mang Jupri yang merasa tidak enak. Tubuhnya separuh berat dan panas.     

"Mang, wajah mang kenapa?" tanya Dino.     

"Sepertinya dia mau coba ilmu, dia sudah tahu kita ke sini. Mundur, ini bukan lawan kita. Kita tidak punya ilmu sama sekali, Narsih saja kalah apa lagi kita, cepat kita pergi." Ajak mang Jupri kepada yang lain.     

Paijo dan yang lainnya bergerak mundur dan benar aja sosok yang memperhatikan mereka keluar dan terlihat menakutkan. Itu lah yang menjaga mereka. Ian, Paijo, Dino, Toni dan dua mamang mundur perlahan karena sosok itu melihat ke arah dia.     

"Mang, dia mengerikan sekali, lihat saja itu, aku tidak sanggup melihat dia mang," cicit Ian yang mundur.     

Dukun yang di rumah tersenyum karena ada yang berani mengambil apa yang sudah dia miliki. Anak buah dukun sakti itu melihat dari mangkok tanah orang yang selama ini jadi penghalang dia untuk mengambil jasad Narsih dan dia juga hampir meninggal di tangan Narsih beruntung dia bisa lolos dan sekarang berakhir di sini.     

"Mbah, ini orang yang sudah merusak semua rencanaku mbah dan lihatlah, dia seenaknya saja masuk ke sini. Dasar tidak tahu malu, seenaknya saja dia masuk tanpa izin, sekarang rasakan dulu tuh anak buah guruku itu," ucap dukun yang menjadi musuh bubuyutan mereka.     

Sosok itu yang ingin mendekati Dino dan yang lainnya harus berhenti melihat ke arah lain, dia melihat Narsih dan ya Narsih akhirnya bisa juga mendekati, sosok ini lah yang membuat dia kesulitan untuk masuk karena bersembunyi dan menyerang dia dari belakang. sekarang dia bisa keluar juga.     

"Sial, ternyata mereka memancing anak buahku untuk keluar, aku tidak akan terima!" teriak dukun itu lagi.     

Dukun yang jadi anak buahnya melihat gurunya kewalahan untuk mencegah anak buah arwahnya untuk masuk kembali, dia sudah melihat Narsih pasti dia akan terkecoh dan sekarang Narsih keluar dengan wajah dan rupa yang berbeda sehingga sosok ini menatap nyalang ke arah Narsih.     

"Dia suka mbak cantik. aku rasa dia suka sama mbak manis, makanya dia keluar. Seru ini bisa ketipu juga ini sosok aku pikir hanya Bram saja yang ketipu dengan Narsih dia juga," cicit Ian yang melihat sosok itu mendekati Narsih.     

"Kemarilah, jangan menjauh, aku akan buat kamu tidak bisa berkata apa-apa, sini aku temani kamu, tinggalkan dia dan ikut denganku," ucap Narsih dengan lembut.     

Narsih berusaha untuk membuat sosok itu tertipu dan benar saja sosok itu tertipu dan mengikuti Narsih. Narsih melihat ke arah Dino dan lainnya untuk segera pergi. Dino yang tahu langsung bergerak.     

"Sial! Dia sudah bawa sosokku menjauh, kau ikuti mantra aku cepat!" teriak mbah dukun sakti itu.     

Dukun dan anak buahnya yang kaget mengikuti gurunya. Semua bergerak dan bergetar hebat, Dino berlari cepat di susul dengan yang lain, Narsih mulai menyabet sosok itu dan terlihat pertarungan yang sengit antara keduanya.     

"Mang, kita mau masuk dari mana?" tanya Dino yang berteriak kencang.     

"Dino, aku rasa ini di jendala kita masuknya, kita cari di kamar ini siapa tahu ada di sini yang kita cari!" teriak Ian.     

Angin tidak henti-hentinya berputar. Suara gumuruh dan petir menyambar ke sana ke mari. Seluruh daun berguguran akibat angin yang cukup kencang. Dentuman terdengar cukup keras tapi tidak tahu dari mana dan begitu mereka sampai di rumah dukun itu tiba-tiba rumah dukun itu tersambar petir dan mengakibatkan rumah itu terbakar cukup hebat.     

"Mbah, lihat rumah kita terbakar!" teriak anak buah dukun itu kepada gurunya.     

Gurunya tidak memperdulikannya sama sekali, dia malah terus membaca mantra dan bukkkk! Mangkok tanah lihatnya meledak dan membuat dukun itu tercampak. Dukun dan anak buahnya saling pandang, mereka pun bergerak untuk kabur dari sana.     

"Kita pergi dari sini, kita cari cara buat hancurkan mereka, ayo cepat nanti hantu itu membunuh kita!" teriak mbah dukun pada anak buahnya untuk pergi dan meninggalkan gurunya sendirian di rumahnya     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.