Dendam Winarsih

Aku Menantimu



Aku Menantimu

0Setelah sekian lama perjalanan di tempuh oleh Dino dan kedua sahabatnya juga kedua mamang, akhirnya mereka sampai di rumah, lelah seluruh tubuh mereka tidak ada yang bisa membuat mereka bergairah selain tidur.     

"Apa langkah selanjutnya sembari menunggu jimat itu?" tanya Ian.     

"Kita harus pantau teman Bram yang sakit itu, kita harus lihat dia jangan biarkan dia lepas juga. Jimatnya juga harus kita cari jangan sampai kita tidak mencari jimat itu, bisa bahaya jimat itu, yang ada Narsih tidak bisa membalaskn dendamnya," ucap Paijo.     

"Apa nggak sebaiknya kita adukan ke polisi saja, biar dia dihukum polisi, jangan Narsih balas dengan apa yang mereka lakukan?" tanya mang Jupri.     

"Maunya gitu, tapi mau gimana lagi, kita perlu bukti yang akurat juga mang, jika tidak maka kita tidak akan bisa membawa ke kantor polisi," jawab Dino.     

Mang Jupri tahu itu, jika tidak ada bukti bisa mereka yang masuk penjara karena mencemarkan nama baik mereka, bahaya ini pikir mang Jupri.     

"Kita cari cara memantau mereka, bukan hanya Bram tapi temannya juga. Aku yakin, yang lain juga pasti merencanakan sesuatu yang kita tidak tahu apa itu," sambung Dino.     

"Baiklah, kalau begitu kita harus mengawasi mereka pertama siapa yang kita awasi?" tanya mang Dadang.     

"Kita awasi saja yang sakit itu dulu, setelah aman baru kedua sahabat si Bram itu, gampangkan, jadi kita tidak perlu susah untuk bolak balik, mereka mungkin menggunakan dukun juga untuk melepaskan diri dari dendam Winarsih kan, jadi kita awasi mereka," jawab Dino pada mang Dadang.     

"Boleh lah, kita harus awasi yang sakit itu dulu berarti ya, mulai besok saya dan mang Jupri yang akan mengawasinya. Kalian awasi nona saja bagaimana?" tanya mang Dadang.     

"Baik, kalau Nona serahkan pada si Dino saja, aku dan Paijo akan awasi dua temannya sambil kerja," jawab Ian.     

"Aku awasi siapa?" tanya Toni.     

Semua memandang Toni, mereka heran Toni mau ikut juga pikirnya. "kamu awasi manager saja, buat dia tidak menganggu kami, nanti sekali-kali aku ajak kamu ya," ucap Ian yang di anggukkan oleh Toni.     

"Baiklah, kita akan apa sekarang ini?" tanya Paijo.     

"Kita pulang dan tidur, itu rumah tercinta sudah sampai, ayo kita turun segera," ucap Ian yang langsung membuka pintu kala mobil berhenti.     

Semua turun dari mobil dan di sambut Nona dan Bibi. dino senang bisa melihat Nona, tapi besoknya dia sudah tidak bisa melihat Nona lagi karena akan menjalankan misinya.     

"Lancarkan tadi pencariannya?" tanya Nona kepada Dino.     

"Lancar sekali dan sudah di makamkan di desa sebelah, kami nggak ikut karena kami sangat lelah, banyak rintangan dan mobilku juga penyok, nanti mau aku perbaiki, kamu aman kan di sini? Apa Bram tidak menghubungi kamu?" tanya Dino.     

Sembari menunggu sahabatnya mandi dia ngobrol dengan Nona. Nona memanyunkan mulutnya, dia tahu kalau Dino selalu membicarakan Bram saat bersama dengan dirinya.     

"Bisa tidak kita tidak membicarakan dia? Aku ingin kamu tidak membicarakannya aku terlalu malas untuk membicarakan dia," ucap Nona.     

"Baiklah, aku tidak membicarakan dia, tapi membicarakan kamu saja Nona," ucap Dino yang memandang lekat Nona.     

Nona juga memandang Dino dan tersenyum kecil ke arahnya, dia tahu kalau Dino menggodanya. Dino yang dipandang dan tersenyum ikut tersenyum. Dino bangun dan berbisik ke telinga Nona.     

"Aku menantimu Nona," ucap Dino dengan wajah berseri.     

Nona yang mendengar apa yang dikatakan oleh Dino terpaku, apa maksud dia mengatakan menantimu itu pikir Nona. Bibi yang melihat kepergian Dino menghampiri Nona dan mengusap punggungnya.     

"Kenapa ini melamun hmm?" tanya Bibi pada Nona.     

"Bukan melamun, tapi memikirkan apa yang Dino katakan, Bibi apa sudah siap masak, kenapa tidak memanggiku saja?" tanya Nona.     

"Ihh, sudah siap. kamu tenang aja, jangan pikirin itu. Kenapa mikirin dia, apa dia suka kamu? Kalau iya, kamu beruntung sekali, karena dia baik dan soleh gitu, kamu tidak boleh menyia-nyiakan dia. Kalau kamu menjalankan misi untuk mendekati Bram demi jimat itu maka kamu jangan dekati Bram terlalu dalam, kamu harus sedikit jaga jarak, agar nak Dino tidak sedih," ucap bibi Sumi pada Nona.     

"Iya bibi, saya tahu, tapi apa bisa saya jauh dari Bram, dia selalu mengikuti saya dan saya tidak tahu sampai kapan Bram menyerah dan mengakuinya," ucap Nona dengan suara sendu.     

Bibi sum menepuk pelan punggung Nona dan tersenyum kecil. Bibi memeluk Nona dia ingin membuat Nona tenang dan tidak sedih. Nona pun membalas pelukkan Bibi. Keduanya tersenyum dan bergabung di meja makan dengan yang lain     

Deki yang berada di jalan tersenyum karena dia akan membuat wanita Bram dan wanita itu hilang dari dunia. Dia kesal karena keduanya membuat dia susah. Tiga jam perjalanan akhirnya Deki sampai dan memandang rumah gubuk, kali ini rumah yang beda.     

"Kalian tunggu di sini. awasi sekeliling, jangan sampai ada yang tahu kalian di sini paham!" hardik Deki pada anak buahnya.     

Anak buah Deki menganggukkan kepalanya dan menundukkan kepalanya. Deki masuk ke dalam gubuk itu untuk bertemu dengan sang empunya. Di dalam ruangan itu terlihat seorang yang menunggu dirinya.     

"Maaf mbah, saya lama datang, ada apa mbah menelpon saya, padahal sudah lama sekali tidak menelponku," ucap Deki.     

Mbah yang dimaksud Deki adalah dukun yang waktu itu. Dia datang kembali untuk menjadikan Deki tumbal dia. Tapi, Deki tidak menyadarinya karena terlalu membenci Bram dan dua wanita yang membuat dia dan Bram tidak cocok.     

"Bantu aku mendapatkan rambut wanita itu, aku ingin kamu mendapatkan itu. Bisa kan?" tanya mbah dukun itu.     

"Siapa yang aku ambil rambutnya? Wanita itu apa wanita satunya yang selalu bawa golok itu?" tanya Deki yang heran kenapa harus bawa rambut segala pikirnya.     

"Wanita yang kamu culik itu lah, siapa lagi. aku mau dia membuat Narsih musnah, karena hanya dia yang bisa, kalian juga akan bebas dari dia," ucap mbah dukun itu.     

"Apa mbah yakin itu? Waktu itu saja mbah kalah, sekarang yang ada saya mati di tangan dia. Aku sudah punya jimat ini, dia akan melindungi aku, nah mbah saja tidak bisa kasih kami jimat seperti ini, jadi apa jaminannya nanti jika rambut itu aku dapatkan," ucap Deki yang tidak yakin dengan dukun di depannya ini.     

"Kali ini aku jamin, aku yakin kita tidak akan gagal, segera lakukan sebelum bulan purnama, jika lewat maka kita yang akan diburu dia," ucap mbah dukun itu lagi     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.