Dendam Winarsih

Arwah Penasaran



Arwah Penasaran

0Ian dan Toni berada di kantor mereka sengaja tidak pergi bersama Dino dan Paijo. Mereka ingin menjaga kantor agar si manajer tidak mencari masalah dengan mereka.     

"Dinosaurus kenapa belum juga sampai ya, apa selama itu dia memantau teman Bram itu? Aku jadi penasaran dengan mereka, mana sudah malam lagi. Apa kita pulang saja ya," ucap Ian.     

"Nanti kalau mereka mencari kita bagaimana?" tanya Toni.     

"Kalau mereka cari ya tidak gimana-mana, paling mereka akan bilang kalau loh, pria tampan mana nih," ucap Ian sembari tetkekeh.     

Toni yang mendengarnya juga terkekeh karena Ian mengatakan hal itu. Tidak berapa lama Dino datang dengan Paijo. Dino duduk dan minum air yang ada di depannya.     

"Kita sudah dapat info. Tadi teman si Bram itu ke tempat yang tidak kita sangka lagi, dia ke dukun lagi, gila nggak tuh," ucap Dino.     

Dino tidak langsung pulang, dia mengikuti teman Bram dan pada akhirnya mereka menemukan fakta baru dan Bram mau ke dukun lagi, tapi tidak tahu tujuannya apa.     

"Apa kamu tahu dia mau apa ke sana?" tanya Ian.     

"Paling pasang susuk pemanis untuk memikat neng Nona, dia kan antusias kali dengan neng Nona," kata Toni.     

Plakk!     

"Cihh! Dia mau pasang susuk, mana mungkin lah, dia itu bukan susuk tapi tusuk di otak kecilnya itu lebih baik lagi." Ian kesal karena Toni mengatakan Bram pasang susuk.     

Toni mengusap kepalanya karena dia salah ucap. "tapi gitu kata nenek saya, selain itu dia juga bermimpi aneh misal dia mau dibunuh atau apa gitu," ucap Toni kepada Ian.     

Paijo menepuk meja dengan kencang membuat Dino menyemburkan air ke hadapan Ian. Ian yang di sembur oleh Dino mendengus kesal, dia tidak percaya jika Dino menyemburnya. Ingin sekali dia memukul kepala Dino dengan map ini.     

"Maaf sengaja, aku tidak tahu wajahmu di situ dan ...." Dino menghentikan ucapannya.     

Brakkkk!     

Suara terdengar dari ruang sudut yang banyak file. Kali ini Dino menelan salivanya, dia melihat Ian dan Toni sudah pingsan, Dino mengumpat sejadinya karena mereka berdua pingsan secara bersamaan.     

"Dino, anak kampret ini kenapa pingsan, duh menyusahkan saja, tapi itu suara dari mana ya?" tanya Paijo.     

Dino geleng kepala, dia bangun dan berjalan ke arah suara tadi. Paijo menahan tangan Dino dan geleng kepala, dia tidak mau Dino kenapa-napa. Dia takut kalau akan ada arwah penasaran seperti waktu itu yang ada Dino malah dicekik.     

"Dinosaurus, jangan kesana aku mohon padamu, kita menjauh saja, aku mohon padamu, jangan cari mati lah," ucap Paijo dengan suara pelan.     

Prangggg!     

Dino dan Paijo makin sukses merinding, angin bertiup kencang dan terdengar burung hantu. "biasanya tidak ada burung hantu, kenapa ini ada burung hantu ya, apa burung hantu sudah pindah rumah ya?" tanya Paijo.     

"Aku tidak tahu, karena aku belum mewawancarai si burung itu. Aku ingin tahu siapa yang di sana." Dino sukses membuat Paijo mendengus dan plakkk! Pukulan telak di tengkuk Dino.     

"Sudah, jangan buat kegaduhan, kau memukul tengkukku membuat aku benar-benar merasa tersakiti." Dino kesal karena Paijo main pukul saja.     

Paijo panik karena ada darah keluar dari tempat yang tadi ada suara gebrakkan. Paijo dan Dino mengangkat Toni dan Ian yang pingsan. Dino memukul pipi Ian agar bangun, begitu juga Toni yang dipukul oleh Paijo. keduanya akhirnya sadar dan menatap ke arah keduanya.     

"Aku di mana?" tanya Ian.     

"Kau di neraka, kau jangan mengarang, aku akan melemparmu di sana, tuh kau lihat ada apa di sana, ada cairan merah yang mengalir itu, kalau kamu mau ke sana aku lempar ya," ucap Dino yang kesal dengan pertanyaan Ian.     

Ke empatnya naik ke meja dan melihat darah mengalir dan ada jejak di kaki itu. Ke empatnya yang serius melihat jejak itu tiba-tiba Narsih muncul. Ian yang kaget langsung menolak Narsih hingga jatuh ke bawah.     

Bughhh!     

Akhhh!     

Ian kaget karena yang dia tolak itu Narsih. Paijo, Dino dan Toni mengangga melihatnya. dia tidak tahu kenapa bisa si Narsih bisa di depannya dan berakibat di tendang oleh Ian.     

"Aku tidak sengaja, sumpah aku tidak sengaja," ucap Ian yang melihat Narsih sudah bangun dan wajahnya penuh darah.     

Narsih berbalik dan menatap tajam Ian. Ian mengacungkan dua jari ke arah Narsih. Sosok yang entah dari mana datangnya mulai mendekati Narsih. Keduanya saling pandang.     

"Seram benar dah, aku tidak menyangka, sumpah dia serem sekali. Aku tidak tahu bisa ada sosok itu di situ, siapa yang mengirim sosok itu ya?" tanya Ian kepada Dino     

"Entahlah, apa mungkin dukun itu lagi, jika benar dia maka dia cari mati dengan mbak manis," jawab Dino.     

"Kali ini bukan cari mati lagi, tapi benar-benar mati, aku merasa kalau dia akan pergi dari dunia ini," ucap Paijo.     

Narsih yang siap membacok sosok di depannya masih belum bergerak, Narsih menunggu sosok di depannya bertindak. Ian dan Toni saling berpelukkan mereka takut jika mereka akan terkena sabitan.     

"Kapan mulainya, kalau saling pandang seperti itu ya? Aku rasa mereka tidak akan mulai jika tidak ada peluit," cicit Toni.     

"Kau benar-benar lucu, tapi kau lihat ada keluar binatang, ihhh! Apa itu aku mual. Dino ayo kita pergi dari sini saja, aku takut sekali," ucap Ian kepada Dino.     

Akhhh!     

Golok Narsih menancap ke kepala arwah penasaran itu, arwah itu hanya biasa saja, arwah itu menarik leher Narsih dengan kuat hingga Narsih terangkat dengan ganas arwah itu melempar Narsih hingga terjerembab ke lemari.     

Brakkkk!     

Suara jatuh Narsih membuat lemari bergetar, Ian dan yang lainnya kaget mereka menutup mulutnya, mereka tidak menyangka kalau Narsih kalah. Golok Narsih masih tertancap tapi tidak ada reaksi arwah itu kalah dari Narsih.     

"Kali ini habis kita, kita ngga akan bisa melihat masa depan kita, habis kita," cicit Ian.     

Dino berusaha berdoa di dalam hatinya, dia tidak mau kalah dengan sosok itu, Narsih bangun dan menarik sosok itu dan melemparnya. Sosok itu benar-benar terlempar. Narsih mulai geram dan berjalan ke arah sosok itu dan menarik goloknya. Dengan cepat Narsih menebas leher sosok itu dan kepalanya putus.     

Brakkk!     

Ian dan Toni pingsan kembali. Dino dan Paijo kaget melihat Narsih yang benar-benar kejam. Kepalanya dia bawa dan badan sosok itu dia cabik dengan sangat kejam. Di tempat lain dukun itu menghempaskan mangkuknya, dia kalah lagi, untuk kesekian kalinya arwah yang dia kirim gagal lagi.     

"Narsih sialan! Hantu tidak tahu diri, aku akan menghabisimu, aku akan menghabisimu itu pasti!" teriak dukun itu yang gagal lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.