Dendam Winarsih

Dia Lagi Pelakunya



Dia Lagi Pelakunya

0Dino dan Paijo tidak tahu harus apa, dia merasa kalau mereka selalu di datangi arwah penasaran dan yang pasti mereka selalu mengintai dia.     

"Kita harus apa sekarang?" tanya Paijo kepada Dino.     

Keduanya duduk kembali di kursi sedangkan Ian dan Toni pingsan kembali. Tentu mereka menunggu keduanya bangun. Begitu lelah mereka mau pulang dan membangunkan keduanya.     

"Aku tidak tahu. Aku yakin dia lagi pelakunya, tidak mungkin bukan dia. dia mulai lagi kelihatannya, aku tahu kalau dia mau merebut Nona dan Narsih secara bersamaan." Dino menjelaskan apa yang dia pikirkan.     

"Kamu benar sekali, dia pelakunya, jika bukan dia siapa lagi dan tidak mungkin dukun yang si teman Bram yang itu kan." ucap Paijo.     

Keduanya merubah formasi, mereka yang mengawasi teman Bram yang bernama Diman sedangkan Ian dan Toni di kantor dan mang Dadang juga mang Jupri yang mengawasi si Deka di rumah sakit.     

"Sekarang aku pikir dia mengincar siapa lagi, kenapa dia seperti itu, kenapa bisa dia seperti itu lagi apa dia tidak jera dengan Narsih yang kejam itu? Dia tidak tahu jika Narsih sudah ngamuk habis dia jadi ikan asin." Dino benar-benar kesal karena dia tidak bisa membayangkan kalau sang dukun itu mengincar dia.     

"Sudah, jangan kita pikirkan dia, biar Narsih yang berurusan dengan dia kita harus lebih mendekatkan diri pada Tuhan saja, aku yakin semua ada jalannya. Ayo kita bangunkan dua kupluk ini, jika kita tidak bisa bangunkan mereka maka kita seret mereka," ucap Paijo yang kesal dengan kedua kunyuk ini.     

Dino menepuk pipi keduanya dengan keras, dia tahu kalau keduanya pingsan karena kejadian tadi. Ian dan Toni akhirnya bangun juga, mereka bangun dan membuka matanya. mereka juga melihat sekeliling tidak ada yang aneh dan sosok itu sudah tidak ada sama sekali.     

"Sudah aman kan?" tanya Ian yang duduk sambil memegang kepalanya.     

Ian melihat ke bawah mencari darah tadi tapi tidak ada sama sekali. Toni memegang kepala yang berdenyut. Dino dan Paijo menepuk pundak keduanya.     

"Sudah, yuk kita pulang sekarang, sudah terlalu malam takutnya ada lagi. Aku tidak mau ada yang ngikuti kita atau apalah, lebih baik kita kembali ke rumah dan istirahat sekalian kita bisa bicarakan rencana selanjutnya," jawab Dino.     

Ian mengangguk, dia turun dari meja dan langsung berjalan keluar bersama. Mereka tidak ada yang membuka suara sama sekali. sampai di mobil Dino dan sahabatnya langsung masuk ke dalam mobil. Di dalam sudah ada Narsih. Ian yang kaget melihat Narsih hanya bisa mengumpat.     

"Hei kau, sejak kapan kau di sini. Mana sosok itu hmm?" tanya Ian yang melihat Narsih duduk di kursi mobil tepatnya di tengah.     

Ian meminta Narsih geser ke sebelah, Narsih hanya ikut saja, gini kalau hantu nggak ada harga dirinya sama sekali. Narsih menunjukkan kepala dari sosok itu. Dia menunjukkan ke arah Ian dan Toni juga ke Paijo dan dino.     

Akhhhh!     

Ke empat pria itu memekik dan tentu membuat gaduh di mobil yang menyebabkan mobil bergerak. Satpam yang berada di luar sedang patroli mendekati mobil Dino dan mengetuknya.     

Tok ... tok ...     

"Kalian buka pintunya cepat eh salah kacanya," ucap pak satpam.     

Grekkm!     

Dino membuka kaca dan juga pintu dia menarik nafas karena terkejut Narsih melempar kepala sosok tadi di depan. Ian, Toni dan Paijo juga ikut keluar. Sedangkan Narsih duduk di dalam dengan Kepaka yang dia bawa ke sana ke mari dan goloknya yang dia pegang.     

"Baiklah, kalian kenapa pada nafas ngos-ngosan hmmmm?" tanya pak satpam.     

Ian memegang lengan pak satpam dan menunjuk ke arah dalam. Dia benar-benar mau mati dibuat mbak manis Dino. Ian mengumpat sejadinya karena kelakuan Narsih.     

"Dasar kampret itu mbak si Dino, main lempar saja, dia pikir siapa dia rupanya, dasar tidak tahu akhlak," umpat Ian yang hanya dipandangi oleh pak satpam.     

Pak satpam yang penasaran mbak manis Dino mendekati mobil dan memasukkan kepalanya. Narsih masih duduk dan memegang kepala dan golok. Saat kepala pak satpam masuk ke dalam, pak satpam kaget ada sosok dunia lain di mobil karyawan di kantor tempat dia bekerja. Narsih melempar kepala itu dan ditangkap oleh pak satpam.     

Hupp     

"Ahkkkkk! Hantu!" teriak pak satpam dengan histeris.     

Kepala yang dilempar ke pak satpam berada di tangannya dan terlempar lagi ke dalam, sedangkan pak satpam langsung pingsan di tempat.     

Brakkk!     

"Waduh dia pingsan ini, bagaiaman ini Dino? Apa yang harus kita lakukan saat ini?" tanya Ian yang menangkap pak satpam bersama Toni.     

"Duh, pak satpam ini menyusahkan sekali, lihat lah, kita harus antar dia ke posnya ini. mbak, jangan jahil, lihatlah dia jadi pingsankan, bawa lagi tuh sosok itu dan kasih ke orangnya," ucap Dino kepada Narsih.     

Narsih hanya diam saja dia menunjukkan senyuman kecil. Ian dan Toni bersama Dino dan Paijo membawa pak satpam ke pos jaga. beruntung ada temannya. Dino menyerahkan ke temannya.     

"Duh, dia kenapa mas? Kok bisa pingsan?" tanya teman pak satpam kepada Dino.     

"Tanyakan ke dia saja ya, kami mau pulang ini," ucap Dino.     

Setelah menyerahkan ke teman pak satpam, Dino kembali ke mobil saat masuk Narsih sudah tidak ada. Ke empatnya pun akhirnya bisa pulang dengan nyaman.     

Di gubuk, sang dukun memijit keningnya, dia tidak tahu harus apa saat ini, dia tidak tahu kenapa Narsih bisa mengalahkan lagi makhluk yang dia kirim tadi.     

"Mbah, apa mbah yakin kita tidak bisa mengalahkan dia. Mbah bilang mau betapa, tapi mbah malah kirim sosok lagi ke mereka dan kita kalah lagi," ucap Paimin yang sibuk membereskan peralatan si mbah yang berserakkan.     

"Saya itu hanya ingin mencoba, ternyata kita tidak bisa, hanya rambut itu yang bisa, jika dapat maka kita akan bisa membuat hantu itu menyerah dan menjadi pengikut kita dan tahu tidak kalau sesungguhnya dia berguna walaupun dia punya dendam kita bisa membuat dia jadi budak kita dan dia akan melupakan dendam dia itu," ucap si mbah.     

"Jadi maksudnya mbah minta ke mereka rambut itu ya agar dia tidak melanjutkan dendam dia tapi dia malah ikut kita dan melupakan dendam dia. Jadi mereka kan bebas tanpa jimat," ucap si mbah kepada Paimin anaknya.     

"Pantesan mbah ngotot kali, minta si Narsih itu ikut mbah dan mati-matian memperebut dia, jadi ada keuntungan untuk kita dan buat mereka ya," ucap Paimin kepada si mbah.     

"Baiklah, sekarang siapkan semuanya ya, aku mau betapa dulu, siapa tahu dapat wangsit lagi. Oh ya, kalau yang kemarin datang ambil saja rambut itu dan simpan di kendi itu ya," ucap si mbah lagi.     

yuk singgah di novel ku di Wn juga ya Kutukan Nyai Darsimah ditunggu kedatangannya ya. Mauliate Godang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.