Dendam Winarsih

Habis Kita



Habis Kita

0Bram terdiam saat mendengar apa yang dikatakan oleh diman, keduanya terdiam karena tidak bisa berkata apapun, Bram benar-benar sudah jatuh ke jurang. Dukun saja kalah apa lagi dia bisa mati.     

"Bram habis kita, bagaimana ini?" tanya Diman.     

"Aku mau jawab apa? Aku saja tidak tahu harus apa, kamu pikir aku tahu hmm? Tidak diman, jadi lebih baik kita pikirkan langkah selanjutnya seperti apa, kita tidak bisa seperti ini terus, kita sudah di bayangi oleh hantu itu paling tidak kita harus menghindarinya. Kalau kita menghindar dia akan menjauh, kamu paham kan?" tanya Bram kepada Diman.     

"Tapi sampai kapan kita menghindar Bram? Yang ada kita yang makin terjepit, kamu bilang kalau mimpi saja jimat ini tidak berfungsi apa lagi dunia nyata Bram, pasti tidak bisa berfungsi Bram." Diman lemas karena dia tidak bisa berkata apapun saat ini.     

"Jadi, kita mau ke dukun lagi? Mau berapa banyak dukun yang kita datangi Diman? Kita itu sudah tidak mungkin mengorbankan dukun lagi, yang ada mereka meninggal sia-sia," ucap Bram yang sudah kesal.     

"Jadi kita harus apa, aku rasa hanya satu dukun yang bisa membuat kita tidak mengorbankn dia, dukunnya Deki, dia sampai sekarang masih selamat dan tidak ada sedikitpun dia terluka kalau pun ada dia pulih kembali," kata Diman.     

Bram berdecih, karena dia tidak percaya akan yang dikatakan oleh Diman. "nyatanya dia tetap kalah, walaupun dia selamat tapi hasilnya apa? Tidak ada kan, jangankan jasad Narsih, arwahnya saja tidak bisa dia kendalikan jadi apa coba yang mau kita andalkan dari dia? Tidak ada Diman, ujung-ujungnya wanitaku, salahnya bukan ke wanitaku, tapi dia, hantu itu," kata Bram lagi dengan wajah kesal jika wanitanya terlibat.     

"Terus, kita mau apa hmm? Kita biarkan saja gitu ya?" tanya Diman.     

"Kamu cari lagi yang lebih dari sebelumnya, aku mau kamu segera dapatkan yang lebih dari sekarang, aku tidak mau kamu menyerah Diman," jawab Bram yang membuat Diman mendengus.     

Diman tidak bisa berkata apapun, dia sudah tidak tahu dukun mana lagi yang bisa dia datangi untuk membantunya, dia hanya bisa diam dan tidak berkata apapun, hanya memikirkan siapa dukun yang bisa membantunya.     

"Aku pulang dulu nanti aku akan ke sini lagi, aku harap kita dapat dukunnya," ucap Diman.     

"Aku harap seperti itu ya," ucap Bram kepada Diman.     

Diman menganggukkan kepalanya, dia berjalan ke arah pintu dan keluar dari kantor Bram. ponsel diman berdering, Diman mengambil ponselnya dari kantong dan melihat siapa pangilan yang masuk ke ponselnya.     

"Deki? Ada apa dia telepon aku ya?" tanya Diman.     

Diman mengangkat ponselnya dan melakukan panggilan telpon. "ki, apa kabar? Kenapa kamu telpon aku?" tanya Diman kepada Deki.     

"Kita ketemu, kamu di mana sekarang?" tanya Deki kepada Diman.     

"Boleh, aku ke kantormu ya, tunggu aku," ucap Diman.     

"Baik, aku akan menunggu kamu," ucap Deki kepada Diman.     

Panggilan berakhir, Diman bergegas ke kantor Deki, dia mau tahu kenapa Deki meminta dia bertemu. Sampai di lobby dia langsung ke mobil dan meluncur ke kantor Deki. Satu jam Diman sampai di kantor Deki, dia langsung masuk ke kantor tanpa harus bertanya ke resepsionis.     

Tok ... tok ...     

Ceklekk!     

Pintu terbuka terlihat Deki sedang menunggunya. Deki mengangkat tangannya ke arah Diman. Deki bangun dan bersalaman juga berpelukkan dengan Diman.     

"Sudah lama kita tidak berkumpul, aku tidak menyangka kamu sudah kelihatan makin berubah Man," kata Deki pada sahabatnya ini.     

"Ya, sejak kalian baku hantam kan. Bagaimana apa cerita kita?" tanya Diman pada Deki.     

Deki menghela nafasnya, dia duduk di sofa tamu bersama Diman dan menatap ke arah Diman.     

"Aku di telepon si dukun itu, dia minta aku membawa rambut wanita si Bram itu, aku awalnya tidak mau tapi aku memikirkan apa katanya, kalau rambut itu bisa membuat Narsih menjauh dari kita karena wanita Bram itu ada kaitannya dengan Narsih, jadi sampai sekarang aku bingung. Aku harus menuruti atau tidak, kamu tahu kan si Bram seperti apa? Dia tidak percaya sama sekali dengan kita, jadi apa pantas kita ambil rambut itu?" tanya Deki pada Diman.     

Diman mengusap wajahnya dengan kasar, dia jadi bingung harus apa saat ini, apa bisa dia melakukan itu maksudnya apa berani dia dan Deki membicarakan ini ke Bram. Bram posesif dengan wanitanya, jadi mana mau dia pikir Diman.     

"Kalau berhubungan dengan wanitanya jangan lah, aku takut dia akan marah, tadi saja dia sudah wanti-wanti kalau tidak boleh menyentuh wanitanya, jika mau kita habisi Narsih ya habisi dia, jangan wanitanya," kata Diman.     

"Nah kan, benar aku bilang apa, dia tidak akan setuju, kamu tidak percaya sama sekali," ucap deki kepada Diman.     

"Kan aku sudah bilang, kita jangan ganggu, kalau bisa kita ambil diam-diam saja," kata Diman.     

"Caranya? Aku dan dia sekarang tidak cocok karena masalah itu, jadi aku tidak bisa mendekati dia maka kamu saja yang ambil apa bisa Diman?" tanya Deki pada Diman.     

Diman terdiam sesaat, dia masih nemikirkannya, apa bisa dia melakukan itu pikirnya lagi. Diman menarik nafas dan memandang ke arah Deki dan menganggukkan kepala.     

"Baik, akan aku coba, tapi aku tidak janji, kamu tahukan dia seperti apa? Jadi aku harap kamu jangan banyak berharap kita bisa melakukannya ini dengan mudah," jawab Diman kepada Deki.     

Deki menganggukkan kepala, dia bukan berharap tapi benar berharap karena ini satu-satunya cara agar narsih pergi dari hidupnya tanpa harus membunuhnya.     

"Kalau begitu aku pulang dulu, aku harap kamu tidak memberi tahu ke dukun itu sampai kita dapatkan apa yang dia inginkan, paham tidak!" seru Diman.     

"Iya, yang penting aku bisa dapatkan apa yang dukun itu minta dulu, jika sudah dapat maka aku akan ke sana, semoga apa yang dukun itu katakan bisa membuat kita bebas," ucap Deki pada Diman.     

"Aku harap juga seperti," ucap Diman.     

Diman langsung pulang dan meninggalkan kantor Deki, dia tidak mau berlama di sana dia ingin segera menjalankan apa yang dikataka. oleh Deki. Dia akan cari tahu dari anak buahnya, tempat tinggal Nona di mana.     

"Halo bos ada apa?" tanya anak buah Diman.     

"Cari wanita yang akan aku kirim fotonya nanti, jangan terlalu ketara kalian mencarinya, ingat harus waspada, jangan buat kesalahan," ucap Diman kepada anak buahnya.     

"Siap bos, akan kami lakukan apa yang bos katakan," jawab anak buah Diman.     

"Ok bagus, aku akan kirim sekarang." Diman mengakhiri panggilannya dengan anak buahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.