Dendam Winarsih

Hidup Atau Mati



Hidup Atau Mati

0Anak buah Diman menjalankan apa yang diperintahkan oleh bosnya dan tentu membuat dia harus ke tempat yang bosnya katakan. Anak buah Diman yang sudah tiba di kantor berita Nona menunggu Nona dengan tenang, dia menunggu kedatangan wanita yang bosnya katakan.     

"Bos, apa wanita ini bekerja di sini? Takutnya dia tidak di kantor, maklum saja kalau orang bekerja di kantor berita kan sering ke lapangan liputan. Jadi siapa tahu dia di lapangan," kata anak buah dari Diman yang lainnya.     

"Kita tunggu sampai datang, jika kita pulang bos Diman bisa menghajar kita, lebih baik menunggu saja," ucap ketua pada anak buahnya yang ikut padanya.     

"Ya sudah kita menunggu saja kalau begitu." Mereka menyudahi apa yang dikatakan oleh bos mereka.     

Bram mendapat pesan dari Nona kalau dia akan pulang telat karena ada liputan. Bram pun menanyakan di daerah mana, dia ingin menjemput, tapi Nona menolak karena dia bersama tim. Bram yang ingin marah tidak bisa karena Nona akan membencinya.     

"Apa dia bersama dengan sahabatnya itu? Tapi kalau aku marah dia akan pergi jadi lebih baik aku tidak perlu," gumam Bram yang menyimpan ponselnya.     

Bram pun akhirnya pulang dia tidak mau menunggu Nona, hari juga sudah sore dan sebentar lagi akan malam, lebih baik menunggu Nona di rumah. Bram juga tidak lupa meminta anak buahnya mengawasi Nona, dia tidak mau Nona diculik lagi.     

Di tempat lain, Nona dan tim sudah selesai liputan. Mobil melaju ke arah kantor, mereka mau menyimpan kamera di kantor. Baik Nona maupun Dino tidak ada yang bersuara, mereka sibuk mencatat laporan yang akan mereka serahkan ke editor untk di edit dan di cetak di surat kabar.     

''Non. Kamu pulang kerumah Bram atau ke rumah kita, ini sudah malam juga, biar kami yang bawa semua ke kantor, kamu biar kami antar bagaimana?'' tanya Ian kepaada Nona.     

''Kalian tidak keberatan kah? Aku tidak mau dia membuat kalian marah, kalian tahu sendir Bram seperti apa. Aku tidak mau kalian malah bertengkar di sana,'' ucap Nona kepada sahabatnya .     

''Tenang saja, lagian apa mungkin kamu pulang sendiri dan pahit-pahitnya kamu nunggu dia untuk di jemput. Kamu bakalln menunggu sendiran di sana, ok lah kami tunggu tapi kan tetap saja kami ketemu dia di kantor kan, apa bedanya dengan dirumahnya ketemu juga kami dengan dia, benarkan?'' tanya Ian kepada Nona.     

Nona pun menghela nafas karena dia tidak bisa berkata apapun. Nona pun menganggukkan kepala menyetujui apa yang dikatakan oleh Ian.     

Paijo pun langsung melaju ke rumah Bram, dia melirik ke belakang, dia heran ada yang duduk di belakang tapi siapa pikirnya.     

''Apa kalian membawa orang lain selain kita ya di mobil ini ya?'' tanya Paijo yang penasaran dengan yang dia lihat di belakang.     

Dino yang di belakang menoleh ke belakang, dia heran apa maksud dari perkataan Paijo, bawa orang apa pikir Dino.     

''Kamu bilang apa? Bawa orang apa Paijo? Mana ada orang selain kita.'' Dino tidak melihat sama sekali ada orang di belakang, hanya ada Nona, Ian dan Toni saja di sana.     

Paijo yang melihat ke belakang pun merasa aneh karena tidak ada orang yang dia lihat tadi. Paijo pun mendesah dia pun fokus ke rumah Bram. Nona menyandarkan kepala ke pundak Ian dia lelah karena bekerja di luar terus.     

''Nona jangan buat aku melemparmu ya, kamu jahil sekali lah, lihat lah kamu mencolek aku terus,'' ketus Ian yang kesal karena Nona mencoleknya.     

Nona kesal karena dia tidak dituduh mencolek Ian. Plakkk! Nona memukul lengan ianengan kencang, dia ingin membuat Ian jera, Ian yang dipukul Nona kesal dan meiringis .     

''Awww! Kenapa mukulku hmm! Aku salah apa denganmu, kamu yang mencolekku, harusnya aku yang yang meukulmu,'' ketus Ian.     

''Hei, Toni yang mencolek kamu kali, jangan tuduh aku,'' ucap Nona yang kesal.     

Paijo dan Dino yang melihat Nona dan Ian bertengkar hanya geleng kepala saja. Toni yang namanya di sebut memandang ke arah Nona dan Ian. Ian yang mendengar Nona menyebut nama Toni memandang dia.     

''Ada apa mas?'' tanya Toni yang heran karena namanya di sebut.     

''Kamu yang colek aku ya? Sudah berani kamu ya, mencolek aku, kamu pilih hidup apa mati hmm?'' tanya Ian.     

''Bukan saya mas nih tangan saya mas, lagian mas bisa bedakan coleknya di daerah mana kan, kalau mas tahu berarti mas nggak bisa nuduh saya kan mas Paijo?'' tanya Toni kepada Paijo.     

''Betul sekali, lagian siapa yang mencolek kamu sih Ian? Kau ini jangan nuduh gitu, coba kamu lihat siapa yang di belakang, siapa tahu mbak manis Dino datang dan duduk di belakang.'' Paijo menyelaskan apa yang terjadi .     

Ian yang kesal memandang ke belakang. Ian kaget karena ada mahluk yang menyeramkan di belakang dan itu bukan Narsih melainkan sosok lain. Ian menoleh ke depan langsung dia menelan salivanya.     

''Paijo, kau bilang apa tadi barusan?'' tanya Ian yanng sudah menggigil.     

Ian mengumpat dalam hati karena ada sosok lain di belakang mereka dan itu mengerikan sekali. Paijo heran kenapa Ian mengatakan itu, apa maksudnya.     

'''Kamu kenapa Ian? Apa kamu tidak mengigau ya? Saya bilang apa rupanya?'' tanya Paijo yang heran.     

''Yang kamu bilang taidi, ada yang lain di belakang kami kan? Nah, sekarang ada di belakang, kamu paham tidak sekarang Paijo?'' tanya Ian yang kesal karena Paijo berpura-pura ridak tahu.     

Paijo paham apa yang dikatakan oleh Ian, dia bisa melhat dari spion depan ada sosok yang Ian lihat bukan Narsih. Paijo merasa rumah Bram begiru jauh, padahal pagi tadi dia merasa kalau rumah bram tidak jauh dan ini malah jauh dan terkesan lama pikir Paijo.     

''Kalian ngomong apa sebenarnya? Aku tidak paham sama sekali.'' Dino heran mereka ribut sekali.     

"Kamu lihat ke belakang sana, jangan kamu lihat depan dan laporan saja kita ada tamu yang tidak diundang sma sekali,'' cicit Ian kepada Dino.     

Toni, Nona sudah melihat ke arah belakang, Dino juga melihat ke belakang juga dia tidak tahu siapa tau yang dikatakan Ian. Dino yang melihat ke arah belakang kaget, ada sosok hitam besar di belakang .     

''Dia siapa Ian?'' tanya Dino kepada Ian. Dia juga heran sejak kapan makhluk itu di sana.     

''Maaf Dino aku belum berkenal dengan dia jadi maaf ya, aku tidak tahu kalau kamu penasaran kamu saja yang ke sana kenalan dengan dia ya, jangan aku, aku tidak mau karena aku masih mau hidup Dinosaurus,'' ucap Ian yang sudah maju ke depan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.