Dendam Winarsih

Mau Apa Dia



Mau Apa Dia

0Ketiganya sudah menjauh dan tentu membuat Nona maju ke depan dan duduk di sebelah Dino. Ian dan Toni duduk di tengah antara Dino dan Paijo. Paijo gugup karena melihat sosok yang mengerikan ada di mobil mereka. terlebih lagi ke duan temannya sudah duduk di tengah mereka.     

"Dino, bagaimana ini? Kita harus apa? Apa kita tidak berhenti saja di tempat ramai atau di masjid? Paling tidak sosok itu menjauh dari kita dulu, aku kesulitan ini, mereka duduk di tengah dan aku tidak bisa tarik tuas mobil ini hahh!" seru Paijo yang ingin menghentikan mobilnya.     

"Boleh saja, tapi kita mau cari masjid di mana? Kamu lihat kan tidak ada masjid, yang di sana tadi yang ada, ini kamu tidak salah jalan kah?" tanya Dino yang melihat ke arah sekeliling tidak terlihat rumah yang ada pohon semua, seperti perkebunan.     

Ian dan Toni juga melihat sekeliling. "benar itu, kita salah jalan ini, aduh. Apa lagi ini, siapa yang mengirim mereka lagi ini, duh mati lah kalau gini." Ian merengek karena lagi-lagi melihat sosok yang mengerikan, sekarang ada dua entah sejak kapan keduanya datang.     

"Mau apa dia ke sini," ucap Toni kepada Ian.     

"Mana saya tahu Toni, saya belum wawancara mereka. Duh, kenapa mbak manisnya Dino tidak datang ya," ucap Ian kepada Toni.     

"Mbak Narsih mungkin sudah tidur kali," ucap Toni.     

Ian, Dino dan Paijo menatap ke arah Toni yang mengatakan kalau Narsih tidur. Toni yang memandang ketiganya melihat ke arahnya hanya senyum kikuk.     

"Mana ada dia tidur, jangan mengada-ngada kamu ya, aku lempar kamu ke sana baru tahu kamu," ketus Ian.     

Anak buah dukun yang gurunya di bunuh oleh Narsih mengirim dua sosok yang menyeramkan ke Dino dan sahabatnya. mereka ingin balas dendam kematian guru mereka.     

Mobil terus melaju tanpa arah, Paijo melihat jalanan yang tidak tahu kemana arahnya. sampai di tengah hutan, mobil tiba-tiba berhenti tidak bergerak sama sekali.     

"Selesai sudah hidup kita saudara-saudara sekalian. Kita kena masalah ini lagi. Mobil mogok dan tidak bergerak sama sekali, jadi ktia harus menerima kenyataan kalau kita akan berakhir di hutan ini," ucap Paijo kepada sahabatnya.     

Ian dan Toni berpelukkan satu sama lain, pintu juga tidak bisa terbuka, Dino memeluk Nona dengan erat, Nona sudah menangis di pelukkan Dino. Dia begitu takut jika dua mahluk itu menganiaya mereka.     

"Jangan takut kamu, kita aman, jangan takut ya," ucap Dino pada Nona yang terus menangis dan tentu saja dia juga takut tapi tidak dilihatkan Nona.     

"Paijo, apa tidak bisa kamu buka itu pintu? Kalau tidak bisa biar aku buka saja, jangan kamu tutup saja pintu itu," ucap Ian yang sudah tidak sabar untuk keluar.     

Paijo yang dari tadi berusaha membuka pintu kesal, karena ian terus mengomel. "eh, Ian Suriyan, aku sudah berusaha untuk buka pintu ini, kamu tidak lihat apa aku sudah berusaha membuka pintu mobil hmm? Lihat ini, jangan mengomel saja kamu," ucap Paijo yang kesal dengan kelakuan Ian.     

Dino juga berusaha membuka pintu mobil tetap tidak bisa terbuka sama sekali. Dia malah kesal kenapa mobil ini pintunya tidak bisa terbuka. Dia memandang ke arah Paijo dan meminta Paijo membuka pintu.     

"Paijo, buka pintunya, jangan kamu diam saja, kita mau keluar ini. Punyaku tidak bisa terbuka ini, kami lewat dari tempat kamu saja, ayo cepat buka." pinta Dino yang sudah tidak sanggup lagi di mobil.     

Sosok itu mulai mendekati mereka, Ian dan Toni mulai mundur dan sekarang ke duanya menumpuk di kursi Paijo. Dino yang melihat sosok itu mendekat mulai memaksa pintu untuk terbuka tapi tidak bisa juga.     

"Sial, pintunya terkunci. Kenapa bisa pintu ini terkunci, padahal tidak ada aku kunci ini pintu," gumam Dino yang berusaha membuka pintu mobil dengan paksa.     

Dino yang sudah tidak bisa membuka pasrah, dia memeluk Nona dengan erat, dia tidak mau Nona terluka, biar dia saja yang terluka, dia jangan sampai terluka. Ian mencium aroma khas kembang, siapa lagi kalau bukan Narsih tapi di mana keberadaan Narsih pikirnya lagi.     

Akhhhhh!     

Ian berteriak histeris lehernya di cekik oleh sosok hitam berbulu yang menyeramkan itu. Ian meringis karena lehernya di cekik. Toni yang melihat Ian dicekik mulai ketakutan, dia tidak bisa berkata apapun lagi, dia benar-benar ketakutan. Sosok kedua memandang ke arah Toni. Toni tidak menyadari itu, dia melihat Ian dan berusaha membantu dengan doa. Paijo ikut berdoa karena tidak mungkin dia memukul sosok itu pikirnya.     

"Akhhhh!" Toni menjerit histeris, dia merasakan tubuhnya tercekik hebat dan membuat tubuhnya melemah, dia merasakan udara tidak bisa masuk ke tenggorokannya.     

Paijo, Dino dan Nona menjerit histeris, dia tidak tahu kenapa bisa sosok itu datang dan menganggu dia. Dino membacakan doa dengan tenang, walaupun tubuhnya gemetar dia tetap tenang dan tidak terkecoh sama sekali.     

Ian dan Toni juga membaca doa yang dia lantunkan dari dalam hatinya. Tidak ada sedikitpun di dalam diri keduanya melupakan doa. tidak berapa lama Narsih muncul di depan mobil mereka. dia tiba-tiba masuk dan duduk di depan sosok itu.     

"Narsih, tolong mereka. mereka sudah tidak bisa bernapas lagi," ucap Dino yang melihat Narsih ada di tengah mereka.     

Narsih menenglengkan lehernya dan dia juga memegang golok yang tentu membuat siapapun yang melihatnya akan takut. Narsih menebas tangan keduanya hingga putus. tangan kedua sosok itu langsung putus dan terlepas dari leher Ian dan Toni.     

Ian dan Toni bisa bernapas lega, dia tidak tahu harus berkata apa. Ian dan Toni yang melihat Narsih di depan mereka dan menyelamatkan mereka bernapas lega.     

"Ayo kita keluar sekarang," ucap Paijo yang menarik Ian dan toni keluar dengan perlahan.     

Ian yang masih lemas mundur perlahan kearah pintu mobil. Dia tidak mau menganggu Narsih yang sedang menghabisi dua sosok itu. Dukun yang mengirim sosok itu mulai ketakutan, Narsih yang membunuh guru mereka ada di depannya. Dia bisa melihat Narsih yang begitu menakutkan. kedua sosok yang dia kirim di bawa keluar dan ketiganya saling menyerang satu sama lain.     

"Kalian tidak apa? Ayo kalian di sini saja. bentar aku mau cari air minum di dalam, sepertinya Narsih sudah bawa mereka keluar. lihatlah mereka saling serang," ucap Paijo yang menunjuk ke arah Narsih yang menyerang dua sosok itu.     

"Apa tidak sebaiknya kita pergi saja ya, kan sudah aman?" tanya Nona lagi.     

"Iya benar, tidak apa kita tinggalkan Narsih, dia bisa menghabisi mereka semua, ayo cepat kita pergi dari sini," ucap Dino.     

Akhirnya mereka pun pergi dan meninggalkan Narsih. Narsih langsung menghajar dua sosok itu hingga lenyap. Dia tidak peduli sama sekali sosok itu berteriak dan pada akhirnya sosok itu lenyap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.