Dendam Winarsih

Dukun Siapa



Dukun Siapa

0Paijo yang melajukan mobil ke arah pulang, mereka sudah keluar jalur, harusnya jarak dari lokasi liputan tidak terlalu jauh dari kota, tapi dia malah ke mana-mana.     

"Paijo. Kamu fokus, kita jangan salah jalan lagi, lihat lah kita salah jalan ini. Kita kenapa bisa hutan ini Paijo?" tanya Ian kepada Paijo.     

"Aku juga tidak tahu apa-apa. aku juga sesuai dengan jalurnya kok, mana mungkin salah akunya," ucap Paijo.     

"Dia dukun baru kah? Makanya dia tidak tahu mbak manis itu siapa dan dia tidak kenal kita. atau pun dia dukun yang sama?" tanya Toni kepada Ian.     

"Dukun siapa maksudmu? Dukun baru? Mana mungkin ada dukun baru langsung serang kita, bisa saja ini dukun yang sama atau si Bram mencari dukun lagi, kan dukun waktu itu sudah meninggal di habisi oleh Narsih, jadi dia cari lagi dan pada akhirnya kalah lagi kan," kata Ian dengan suara sedikit kesal.     

"benar juga kata si Ian ini, aku tidak tahu kenapa dia tidak menyerah saja. makin banyak dukun yang dia cari makin banyak yang di habisi Narsih. Narsih itu hanya mau dia bukan yang lainnya, jadi kenapa tidak nyerah saja," ucap Paijo yang kesal karena Bram sangat tidak mau menyerah juga.     

"Dia mau menyerah ya meninggal lah, kan dia membunuh Narsih jadi takut untuk mengakuinya, kalau dia mengaku itu memudahkan kita dan terbebas dari semua dukun yang dia sewa," ucap Dino dengan wajah yang sedikit kesal.     

"Sudah, jangan kita bahas lagi, aku akan usahakan untuk mengambil jimat itu. sekarang aku sudah masuk ke rumahnya, jadi aku akan buat dia percaya sepenuhnya denganku, sehingga aku tidak kesulitan mengambilnya." Nona melerai sahabatnya untuk tidak membahas apapun lagi.     

nona menghela nafas panjang dia tidak tahu jika mengambil jimat ini lebih sulit dari apapun. nona masih duduk berpangkuan dengan Dino, dia merasa nyaman duduk seperti itu. ian dan Toni duduk di bangku depan, mereka tidak mau di cekik lagi oleh sosok yang menyeramkan itu. tidak pa-pa duduk berdempetan yang penting aman. Alhasil Dino dan Nona yang duduk di belakang dan berpangkuan.     

"Dino, kamu tidak masalah aku duduk di sini. Aku duduk di sina saja ya! Tidak enak duduk di pangkuan kamu," bisik Nona dengan pelan.     

Dino merasa nyaman dan dia tidak peduli jika sahabatnya melihat kelakuan dia yang terlalu berlebihan. Dino geleng kepala dan mengusap pipi Nona dan tersenyum kecil. Hembusan nafas Dino terasa di wajah Nona begitu juga dengan Nona merasakan hembusan Dino menerpa wajahnya.     

"Tidak apa Nona, duduk di sini saja. Aku tidak mau kamu kenapa-napa. Karena takutnya ada sosok itu lagi." Dino tersenyum ke arah Nona yang juga ikut tersenyum.     

mobil masuk ke pom bensin, Paijo langsung parkir untuk mengisi bensin. "Kalian tidak mau kamar mandi dan itu ada supermarket tidak mau beli sesuatu kah? Sepertinya kita harus isi tenaga dulu sebelum kita jalan kembali menuju rumah."     

Dino keluar bersama dengan Nona, dia ingin ke kamar mandi dan membeli beberapa minuman dan makanan. Dino menunggu Nona dari kamar mandi, setelah selesai Nona keluar dari kamar mandi dan menghampiri Dino. Dino langsung menggenggam tangan Nona dengan erat keduanya ke supermarket.     

"Non, mau beli apa kamu?" tanya Dino.     

"Beli cinta kamu boleh?" tanya Nona dengan wajah sumiringah.     

Dino termangun mendengar apa yang dikatakan oleh Nona. Dino jadi salah tingkah karena perkataan Nona, dia masih belum percaya apa yang di katakan Nona. Dia berpikir jika Nona masih dalam tahap bercanda.     

"Hahah, kamu bercanda kan? Dah ayo cepat kamu pilih, nanti kita ditinggalkan mereka," ucap Dino yang mengalihkan pembicaraan.     

Nona pun menganggukkan kepala, dia tidak lagi berkata apa-apa. Mungkin Dino tidak menyukainya, bisa saja Dino menganggapnya hanya sahabat. Nona pun memilih apa yang mau dia makan.     

"Nona, sini bayar sekalian." pinta Dino.     

"Ahk, tidak perlu. Aku bayar sendiri saja," ucap Nona yang masih kesal karena Dino tidak membalas cintanya.     

Dino diam karena perkataan Nona, dia masih berpikir salah dia apa kepada Nona. Apa perkataan dia tadi menyinggung Nona? Dino hanya terdiam dan tidak lagi berkata apapun.     

"Dino, saya mau kita istirahat dulu di sini, nggak kuat bawa mobil kembali ke rumah, lelah. Lagian banyak kan yang istirahat di sini, jadi kita istirahat saja ya," ucap Paijo kepada Dino.     

"Ya sudah, lagian sudah malam juga kan, kita harus isi tenaga. Aku juga heran kenapa bisa kita nyasar ya, saya sampai tidak percaya sama sekali," ucap Dino yang duduk di pembatas jalan dekat parkir mobil.     

Ian dan Toni ikut duduk, sedangkan Nona sudah berbaring di belakang dia sedikit pusing. Paijo yang mendengar apa yang di katakan oleh Dino pun tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya bisa menatap ke langit dan berpikir kenapa dia bisa nyasar. padahal dia tadi sudah fokus.     

"Saya tidak tahu sama sekali, mungkin saja saya di guna-guna untuk salah jalan, padahal saya sudah di jalan yang benar," ucap Paijo.     

"Sudah, jangan mikirin apapun, kita sudah selamat saja bersyukur sekali, dari pada tidak sama sekali." Dino menepuk pundak Paijo dan tersenyum.     

"Benar itu, saya aja yang di cekik oleh sosok berbulu itu saja geram, main cekik aja, dia pikir leher saya ini apaan main cekik, masih untung selamat kalau tidak ya sudah lah," sambung Ian yang memegang lehernya.     

"Benar itu, baru kali ini dicekik sosok itu, semoga tidak ada lagi," ucap Toni kepada Ian.     

Dino menghela nafas dan membuangnya, dia melihat ke arah Nona yang sudah tertidur. "Ayo lah kita tidur, aku benar-benar tidak bisa berpikir, ngantuk menyerangku," kata Dino yang langsung bangun dari tempat yang dia duduki beranjak ke dalam mobil.     

Ian dan Toni juga bangun dari tempat yang dia duduki, mereka tidak mau berlama di luar, udara malam tidak baik. Dino mengirim pesan ke Mang Dadang, dia mengatakan kalau di luar dan tidak bisa pulang. Dino duduk di belakang bersama dengan Nona.     

"Maaf Nona, saya tidak bisa mengatakan kalau saya suka sama kamu, saya takut jika kamu menghindar dari saya," gumam Dino sembari melihat Nona yang tidur di sampingnya.     

Dino ikut tidur di samping Nona, Paijo, Ian dan Toni ikut tidur di dalam mobil, mereka benar-benar lelah karena kerjaan dan kejadian yang menimpa mereka hari ini. Nona bergeser ke arah Dino, dia memeluk Dino dengan erat, Dino yang tersentak memandang Nona yang sudah memeluknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.