Dendam Winarsih

Jangan Dekati Mereka



Jangan Dekati Mereka

Anak buah dukun yang gurunya meninggal, membalikkan meja dengan kencang, dia geram karena hantu itu membuat dia harus menelan kekalahannya     

"Aku benar-benar akan menghajarmu, aku tidak peduli jika harus mati di tangan hantu itu," gumam anak buah dukun itu.     

Anak buah dukun itu tidak tahu kalau Narsih sudah berada di dekatnya. Anak buah dukun itu adalah orang yang disuruh Bram cari melalui Diman. Sayangnya guru dukun itu meninggal sebelum memulainya, baru menyuruh arwah untuk menganggu mereka dukun itu sudah harus meninggal.     

"Datang juga ya, aku tidak menyangka, kamu berani datang ke sini, apa sudah lelah menghabisi makhluk sesamamu?" tanya dukun itu.     

Anak buah dukun itu diberi amanat untuk menghabisi hantu wanita, yang tidak lain adalah Narsih.     

"Masih belum jera juga? Masih ingin bermain? Jika masih ingin bermain ayo silahkan, aku akan melayanimu," ucap Narsih kepada dukun yang memendangnya.     

"Cihh! Aku tidak perlu melayanimu hantu sialan, kau harusnya mati dan tidak perlu ada ada di duniamua sedangkan dendammu tidak akan pernah bisa kau balas, sekarang bersiaplah," ucap anak dukun itu kepada Narsih.     

Bacaan mantra terus dilantunkan dan terus diucapkan oleh anak dukun itu, dia terus membacakan mantra tanpa henti. Narsih yang melihatnya langsung mengepalkan tangan, goloknya mulai di mainkan olehnya.     

Srettt!     

Tebasan golok membuat dukun itu mundur, dia kaget karena golok Narsih benar-benar membuat dia ketakutan. Narsih tidak menunggu lama dia terus mencabik dan terus membuat dia benar-benar ketakutan.     

"Masih mau melawanku, jangan ikut campur jika ingin selamat dan satu lagi jangan dekati dia paham?" tanya Narsih dengan wajah yang seram.     

Dukun itu tidak peduli dia terus menerus membacakan mantra dan membuat Narsih makin mengamuk dan tentu membuat dia makin emosi. Narsih terbang dan mendekati dukun itu tentu membuat dukun itu gelisah dan ketakutan.     

"Takut? Kenapa takut? Jangan takut, aku sudah katakan bukan, jangan takut dan menjauhlah dari mereka jangan ikut campur paham tidak?" tanya Narsih     

"Pergi, jangan mendekat paham!" teriak dukun itu.     

Dia takut, tapi karena amanat gurunya membalas kematiannya dia akan membalasnya, tapi melihat mereka melakukan itu dia langsung ketakutan dan tentu membuat dia makin gemetar.     

"Aku kasih kesempatan buat kamu, jika kamu tidak mau kena masalah maka cepat pergi dan jangan ganggu mereka dan mendekati mereka paham?" tanya Narsih.     

Dukun itu tidak menjawab sama sekali, dia hanya diam dan diam. Narsih pergi begitu saja. Urusan dia sudah selesai dia akan mencari tahu siapa orang yang melakukan ini semua.     

Bram yang menunggu Nona balik kerja mulai kesal, dia tidak mendapatkan kabar dari Nona. Anak buahnya saja tidak mendapatkan kabar, karena dia tidak kunjung datang.     

"Sial, kenapa mereka belum ada kabar. aku harusnya meminta anak buahku mengikuti dia, dia pasti bersama dengan pria itu." Bram benar-benar membenci Dino yang sudah membawa Nona pergi.     

Bram mencoba menelpon Nona tapi ponselnya tidak aktif. Bram mengeram dan mengepalkan tangannya.     

"Aku akan membunuhmu, aku tidak akan tinggal diam. Tunggu saja aku akan membunuhmu segera," ucap Bram dengan amarah yang menggebu.     

Tok ... tok ...     

Bram yang emosi mendengar suara ketukan pintu mulai berjalan dan langsung membuka pintu kamarnya.     

Ceklekk!     

Bram melihat mang Jupri yang mengaku paman Nona berdiri di depannya. Mang Jupri sudah tahu kalau Nona berada dengan Dino dan mereka juga dalam masalah dan beruntung mereka selamat. Dia akan berpura-pura merisaukan Nona yang tidak ada kabar agar Bram makin mencemaskan dia. Dengan begitu Bram akan lebih posesif dengan Nona dan membuat Nona bisa masuk dan membuat dia mudah untuk mengambil jimat itu.     

"Ada apa mang?" tanya Bram dengan wajah yang datar.     

"Nona sudah kamu hubungi nak, Paman nggak bisa menghubungi dia dan bibi menangis karena Nona tidak pulang juga." Mang Jupri sengaja mengatakannya agar Bram makin kesal dan makin cemas dengan Nona.     

"Sabar mang, saya juga sudah menghubungi dia, saya yakin dia bersama sahabatnya itu, saya tidak suka kepada sahabatnya itu, dia mempengaruhi Nona mang," ucap Bram yang sengaja ingin membuat mang Jupri membenci Dino.     

"Anak itu, sudah dilarang jangan bersama temannya itu tapi masih juga bersama temannya, saya sudah melarangnya, tapi lihatlah, dia tidak dengar juga. Nak Bram tolong bawa dia pulang, telepon lagi ya, saya mohon padamu nak Bram." pinta mang Jupri kepada Bram.     

"Paman tenang saja, saya akan minta anak buah saya untuk mencari Nona. Paman istirahat saja, nanti saja biar saya yang urus. Temani bibi, bilang ke bibi jangan menangis lagi ya," ucap Bram kepada mang Jupri.     

"Ya sudah, saya ke dalam dulu. Bibi pasti menunggu kabar dari saya. tolong ya kabari saya," ucap mang Jupri.     

"Baik saya akan kabari nanti, jangan pikirkan itu ya, nanti kalian sakit," ucap Bram kepada mang Jupri.     

Mang Jupri pergi dari hadapan Bram, dia senang karena bisa membuat Bram gelisah jelas dia menyukai itu, melihat Bram seperti itu salah satu poinnya. Dia harus mencari tahu kabar teman Bram yang di rawat itu. Jika sudah dapat baru dia bertindak.     

Bram masuk kembali ke kamar, dia duduk di sofa dan tentu membuat Bram gelisah. Dia mengambil ponselnya kembali dan tentu dia mau melakukan panggilan dengan anak buahnya yang berada di kantor Nona.     

Tut ... tut ...     

"Halo, apa kalian sudah menemukan dia?" tanya Bram kepada anak buahnya.     

"Halo bos, kami masih menunggu dia datang, tidak ada tanda sama sekali, kami tidak diizinkan masuk, karena tidak ada tanda pengenal, dan tidak ada janji sama sekali." ucap anak buah Bram.     

Bram mengumpat dalam hati dia tidak tahu harus apa, dia tidak tahu keberadaan Nona telponnya saja tidak aktif sama sekali dan tidak ada kabar sama sekali, membuat Bram. makin kesal.     

"Kamu cari tahu kepada siapa saja di sana dan cari tahu di mana dia tugas, terserah bagaimana caranya kalian carinya aku mau tahu harus kalian cari tahu," ucap Bram dengan tegas.     

"Baik bos. Akan kami cari tahu, kami pergi dulu bos," ucap anak buah Bram.     

Panggilan berakhir, Bram meletakkan ponselnya di meja, dia tidak tahu kenapa Nona mau pergi ke sana. Tapi tunggu, manajer itu pasti tahu di mana dia pikir Bram kepada dirinya.     

Bram mengambil ponsel dan melakukan panggilan, tapi panggilan Bram ke manajer itu tidak tersambung sama sekali. Bram mengeram cukup keras, dia makin kesal karena manejer itu tidak mengangkat ponselnya.     

"Sial sekali, kenapa tidak di angkat sama sekali. Dasar pria tua, aku benar-benar Ingin membunuh mereka semua," geram Bram yang sudah mengebu.     

Bram meletakkan ponsel di meja kembali, dia. melihat jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Pantes tidak ada yang mengangkat. Bram memijit keningnya, dia tidak tahu kemana lagi harus mencari Nona.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.