Dendam Winarsih

Aku Mencintaimu



Aku Mencintaimu

0Nona yang tertidur di belakang tanpa sadar menjatuhkan kepalanya paha Dino. Dino yang kaget terbangun dari tidurnya, dia melihat Nona sudah berada di pahanya. Dino membenarkan posisi kepalanya Nona.     

"Ehmm, Dino kamu terganggu kah?" tanya Nona yang terbangun dari tidurnya.     

Nona yang mau bangun ditahan oleh Dino. "Tidur di sini saja, sudah malam," ucap Dino yang meminta Nona untuk tidur kembali.     

"Kamu akan keberatan Dino, aku tidak apa tidur seperti tadi maafkan aku ya," ucap Nona dengan senyum mengembang.     

"Sudah, jangan bandel ya. Sini kalau mau tidur seperti tadi." Dino menarik Nona untuk tidur di posisi yang tadi, bedanya kepala Nona bersandar di dadanya. Nona tersipu malu karena dirinya merebahkan kepalanya di dada bidang Dino.     

"Gimana enak tidak?" tanya Dino dengan suara pelan.     

"Iya, terima kasih ya, sudah merepotkan kamu, jika kau berat, kamu bisa bilang dan aku akan merubah posisi aku lagi seperti semula." Nona memandang ke arah Dino dan tentu dia tersenyum     

"Iya, kamu tenang saja ya, jangan mikirin apapun sekarang tidur, besok kita bicara lagi." Dino mengecup pucuk kepala Nona dengan lembut.     

Nona tersenyum meendapatkan perlakuan manis dari Dino. "Dino, aku mencintaimu," ungkap Nona dengan suara lembut dan Dino mendengarnya dengan sangat jelas apa yang dikatakan oleh Nona.     

Dino terpaku karena Nona mengatakan jika dia mencintainya. Haruskah dia mengatakannya juga? Atau dia hanya diam saja. Nona yang tidak mendapatkan balasan dari Dino hanya diam saja. Nona berpikir jika dia sudah salah mengungkapkan isi hatinya, cinta bertepuk sebelah tangan itu menyakitkan.     

"Aku juga mencintaimu Nona," bisik Dino yang membuat Nona terkejut dan membolakan matanya.     

Nona bangun dan menatap wajah Dino dia tersenyum dan memeluk Dino, Nona tidak merasa malu lagi, hatinya benar-benar bahagia, cintanya tidak bertepuk sebelah tangan cintanya berbalas.     

Cup!     

Kecupan mendarat di bibir Dino membuat Dino terkejut. Daging kenyal itu singgah di bibirnya. Ini kecupan pertamanya dan membuat dirinya melayang .     

"Aku ingin kita selalu berrsama Dino, setelah ini selesai aku ingin bersamamu selamanya kamu mau kan Dino? Hidup bersamaku selamanya?' tanya Nona dngan tatapan sayu.     

Dino menganggukkan kepalanya,dia ingin bersama Nona selamanya, dia ingin Nona menjadi ibu dari anaknya, dia akan mewujudkan itu semuanya.     

"Sudah serkarang kita tidur ya, jangan bicara lagi, nanti Ian dan Paijo juga Toni akan mendengar kita. Sini aku peluk kamu." Dino memeluk Nona dalam pelukkannya. Nona yang senang langsung memeluk Dino dengan erat.     

Keduanya akhirnya tidur sambil berpelukkan. Dino dan Nona benar-benar senang karena dia bisa mengutarakan isi hatinya, dia juga tidak bisa membayangkan bagaimana hatinya saat ini senang bercampur jadi satu.     

Bram yang di rumah tertidur karena menunggu kedatangan Nona. Dia benar-benar tidak bisa berpikir, dia makin lelah mikirkan apa yang terjadi. Bram yang terlelap lagi-lagi masuk ke alam mimpinya.     

"Aku di mana?" tanya Bram dengan wajah penasaran.     

Bram makin gemetar, dia tidak tahu kalau dia akan masuk ke alam mimpi yang sama. Bram berlari mencari jalan keluar, tapi dia tidak bisa menemukan jalan keluar sama sekali.     

"Aku di mana ini, kenapa aku bisa berada di sini. Tidak-tidak aku tidak boleh berada di sini. aku tidak mau ke sini, aku yakin ini pasti mimpi seperti waktu itu lag," gumam Bram yang terus berlari ke sana kemari.     

"Bram, aku mohon padamu, kembali lah. aku mohon padamu, aku mencintaimu!" suara wanita yang benar-benar tidak asing oleh dirinya.     

"Itu suara Narsih, iya itu pasti suara Narsih aku yakin itu suara dia," ucap Bram dengan suara pelan.     

Bram lari, dia tidak mau bertemu dengan Narsih. Bram yang berlari berhenti ada sosok wanita berdiri di depannya.     

"Siapa dia?" tanya Bram dengan pelan.     

Bram mendekati wanita itu dan mencoba memegang pundaknya. Dengan tangan bergetar Bram memegang wanita itu. Tapi sebelum berhasil memegang, wanitanya itu sudah berpaling. Bram terkejut karena melihat wajah wanitanya.     

"Narsih!" seru Bram dengan suara pelan.     

Narsih tersenyum melihat Bram, dia berjalan mendekati Bram. "Bram, aku mencintaimu, ikut aku, kita akan hidup bersama, jangan menjauh dariku ya sayang, sini dekat denganku," kata Narsih dengan suara lembut.     

Bram geleng kepala, dia tahu kalau ini bukan sesungguhnya, Narsih sudah meninggal, dia sudah meninggal. Bram melepaskan tangan Narsih yang pucat dari lengannya.     

"Jangan dekati aku, lepaskan aku, jauhi aku sekarang pergi jauh dari sini, pergi!" teriak Bram dengan kencang.     

Tangan Narsih tidak lepas dari lengan Bram. Bram bersusah payah untuk melepaskan cengkraman tangan Narsih, tapi dia tidak bisa melepaskan tangan narsih dari lengannya.     

"Lepaskan aku!" teriak Bram dengan kencang.     

"Bram, aku mencintaimu, kenapa kamu kasar sekali, aku mohon padamu, jangan kassr padaku Bram!" seru Narsih dengan wajah memelas.     

Bram yang berhasil melepaskan cengkeraman tangan Narsih meringis karena tangannya sakit. Narsih tersenyum dengan senyuman yang menakutkan. Bram melihat lengannya yang sakit dan tentu membuat dia sedikit meringis. Bekas cengkraman Narsih berbekas.     

"Bram kamu kejam, kamu sangat kejam, mati lah kamu!" teriak Narsih dengan kencsng.     

Bram terkejut karena mendengar teriakkan Narsih. Bram mundur sambil memegang lengannya. Bram geleng kepala melihat Narsih yang sudah berubah menjadi Narsih yang menakutkan.     

"Jangan dekati aku, aku mohon, pergi! Aku bilang pergi!" teriak Bram dengan kencang.     

Narsih tersenyum menakutkan ke arah Bram. Bram berlari dari hadapan Narsih. Bram tidak peduli namanya di panggil. sepanjang jalan Bram melihat Narsih berdiri dengan wajah yang menakutkan dengan golok di tangannya.     

"Bram, jangan pergi, tunggu aku!" Narsih terus memanggil Bram. Dia tidak memanggil Bram dengan sebutan kang lagi, dia hanya memanggil Bram dengan namanya.     

Bram tidak peduli sama sekali, dia berteriak histeris dia tidak mau dibunuh oleh Narsih. "Bram bangun Bram! Hei, kamu kenapa?" tanya Nona yang menepuk pipi Bram.     

Bram tersadar dan melihat ke kiri dan ke kanan. Bram melihat Nona berada di depannya. Bram memeluk Nona dengan erat. dia benar-benar beruntung bisa membuat dirinya sadar kembali.     

"Nona, kamu sudah pulang?" tanya Bram dengan wajah berseri.     

"Iya, aku sudah pulang ini, kamu kenapa teriak-teriak seperti itu, kamu ini kebiasaan. tidur itu baca doa dan cuci kaki," jawab Nona yang mundur ke belakang. Dia tidak mau terlalu dekat dengan Bram. Dia takut karena nanti yang ada dia menyakiti Dino.     

"Nona, aku pikir kamu pergi dari sini, aku takut Nona, kamu tidak kembali ke sini," ucap Bram dengan suara lirih.     

"Aku kerja dan tahu sendiri ponselku seperti ini dan baterainya juga habis jadi tidak bisa menghubungimu. Sekarang mandi sana cepat nanti telat ke kantor." Nona menarik tangan Bram untuk mandi dia ingin Bram segera mandi, dia akan melihat jimat itu di taruh di mana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.