Dendam Winarsih

Pergi Aku Bilang



Pergi Aku Bilang

0Deki terus berjalan ke ruang manajer untuk mencari dan bertemu dengan Nona alasannya jelas dia ingin mengambil rambut Nona dan beralasan bertemu.     

Deki bertemu dengan resepsionis dan tersenyum manis. "permisi saya mau bertemu manajer bagian operasional apa ada?" tanya Deki.     

Manajer yang datang dari luar memandang Deki. Dia kaget melihat Deki datang menemui dirinya. Manajer memandang ke arah Deki dan tersenyum ke arah Deki.     

"Pak Deki ya?" tanya pak manajer kepada Deki.     

Deki yang belum sempat di kasih tahu keberadaan manajer oleh resepsionis terkejut saat mendengar namanya di panggil. Dia langsung berbalik dan melihat manajer yang berada di belakangnya.     

"Pak manajer apa kabar? Maaf saya menganggu anda, boleh saya berbincang dengan anda lagi?" tanya Deki dengan sopan.     

"Boleh, ayo silahkan ikut saya." Ajak pak manajer ke ruangannya.     

Deki tidak menunggu lama lagi, dia langsung bergerak mengikuti manajer keruangan manajer. Dino, Ian, Paijo dan Toni memandang dari kejauhan.     

"Kemarin si Bram sekarang si Deki. Mau mereka apa coba? Apa sepenting itu kah si Nona kita itu." Ian berdecak kesal karena melihat para pembunuh si mbak manis itu mengejar Nona.     

"Sudah, ayo kita pergi mencari tahu apa yang terjadi dengan kedua pria itu." Dino mengajak ketiganya masuk untuk melihat apa yang terjadi.     

"Ayo kalau begitu kita harus segera ke sana, jika tidak maka kita tidak tahu apa yang terjadi." Ian bergegas masuk ke dalam ruangannya.     

Di ruangannya Dino dan yang lainnya duduk sambil melihat pekerjaan yang semalam mereka kerjakan. Manajer masuk ke ruangan dan terkejut melihat Dino dan temannya yang lain ada di ruangan kerja.     

"Kalian bukannya sedang libur satu hari, kenapa kalian kerja?" tanya Manajer.     

Deki yang melihat teman Nona hanya menatap datar ke arah keempatnya. Ian juga ikut memandang datar ke arah Deki. Takut? Tidak, Ian tidak takut sama sekali.     

"Pak Deki ini adalah anak buah saya dan mereka temannya Nona. Tapi saat ini nona cuti. mereka baru liputan sampai pagi dan besok baru masuk, Anda salah waktu ke sini." manajer mengatakan kalau Deki salah waktu ke sini.     

"Kita tidak tahu Anda ini siapa? Dan kenapa ke sini?" tanya Dino yang mulai bertanya ke Deki, walaupun dia tidak tahu kenapa dia ke sini tapi dugaan Dino adalah Nona.     

"Dia mencari Nona, katanya ada urusan penting. Jadi dia ke sini. Saya katakan ketemu saja dengan kalian dan tanya ke kalian. Makanya saya ke sini, silahkan saja ngobrol sama mereka, karena Nona dan mereka satu ruangan dan satu kerjaan," ucap pak manajer ke Deki.     

"Baik kalau begitu akan saya tanya ke mereka. Terima kasih waktu anda ya pak manajer," ujar Deki kepada manajer.     

Manajer menganggukkan kepala dan langsung keluar dari ruangan kerja Dino dia kembali ke ruangannya. Sekarang suasana ruangan Dino sejuk bukan karena ac tapi sejuk karena kedua kubu diam. Ian berdecak karena melihat suasana di ruangannya.     

"Kita seperti kedatangan arwah ya, sepertinya aku takut Dino," cicit Ian kepada Dino.     

Paijo tertawa geli melihat Ian yang menyindir Deki. Deki hanya berdecih dan memandang tajam ke arah ke empatnya.     

"Aku hanya meminta kalian katakan di mana wanita itu?" tanya Deki kepada Dino dan yang lainnya.     

"Kenapa kamu mencari Nona? Dia tidak di sini, karena dia istirahat, bukannya anda sudah dengar tadi?" tanya Dino kepada Deki.     

"Hahah, aku tahu itu, aku dengar yang pak tua itu kasih tahu, tapi aku mau tanya di mana dia tinggal, apa kalian tuli?" tanya Deki yang mulai kesal mendengar omongan Dino.     

Ian tertawa mendengar apa yang di tanyakan oleh Deki. Dia tidak tahu malu menanyakan keberadaan Nona. Ian mendekati Deki dan memandang tajam ke arah Deki. Ian sudah muak karena Deki dan Bram sama-sama pembunuh yang tidak memiliki hati sama sekali.     

"Kenapa mau tanya dia? Mau jadikan dia tumbal kalian? Jika iya jangan mimpi untuk bertemu dengan sahabat kami itu. Dan satu lagi, lebih baik kamu cepat bertobat, jangan suka main dukun ya, karena bukan apa ya, dosa kamu sudah banyak jadi jangan sampai tidak sempat untuk bertobat dan memohon ampun," sambung Ian yang geram mendengar omongan Deki yang bertanya di mana Nona tinggal.     

"Tutup mulutmu! Jangan mencoba mengajari aku tentang tobat. Aku tidak ada salah atau dosa besar sama sekali, jadi jangan buat aku tertawa dengan apa yang kamu katakan pecundang." Deki tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Ian.     

"Pergi aku bilang. jangan ganggu teman kami, jika kamu ganggu maka aku akan membongkar aibmu, ok kami tidak punya bukti, tapi tunggu saja. jika bukan kami yang mengungkapkan Narsih bisa mengungkapkannya, jadi bersiaplah untuk menemui Narsih, jimatmu tidak akan bisa melindungimu, terlebih dukun itu." Dino sudah muak melihat Deki yang tidak mempunyai perasaan sama sekali, Nona mau dia korbankan ke dukun demi kepentingan dirinya.     

Deki yang mendengar apa yang di katakan oleh Dino hanya diam dan gemetar, dia tahu kalau dia akan berhadapan dengan Narsih tapi dia tidak mau jika bertemu dengan narsih dia akan bernasib seperti Deka yang tidak bisa berbuat apa-apa yang terjadi Deka koma dan tidak bangun lebih buruknya dia meninggal.     

"Kalian akan merasakan akibatnya, aku tidak akan melepaskan kalian semua," ujar Deki dengan wajah kesal.     

Deki pergi dari hadapan Dino dia tidak mau berlama ruangan Dino. Apa lagi dia sudah bawa Narsih, dia tidak suka sama sekali. Dino tersenyum karena Deki pulang dari hadapannya.     

"Dino, ini tidak bisa dibiarkan sama sekali, karena bisa saja dia benar menjadikan Nona tumbal mereka semua Dino." Ian terduduk dan mengusap wajahnya.     

Dino tertunduk karena dia tidak tahu harus apa, dia saja tidak bisa berpikir sama sekali, yang ada dipikirkan Dino bagaimana nasib Nona jika ketemu dengan Deki itu. Dia saja tidak tahu apa yang dia lakukan jika bertemu dengan Nona.     

"Kita harus jauhi Nona dengan dia Dino jika tidak maka habis lah dia, bisa saja Nona benaran jadi tumbal demi menjauhi Narsih atau bisa saja dia mau dapatkan sekali dua, apa lagi dukun dia itu dukun yang waktu itu kan," ucap Paijo.     

"Benar kata mas Paijo kita harus jauhi mbak Nona, jika tidak dia akan jadi tumbal mereka, tapi kalau untuk Bram dia tidak terlibat, kalau terlibat pasti dia datang bersama dengan si Deki itu." Toni menimpali apa yang dia pikirkan.     

Dino, Ian dan Paijo menatap ke arah Toni, mana mungkin dia tidak terlibat jelas-jelas dia tadi dia dari kantor Bram.     

"Kamu nggak lihat dia dari kantor Bram kenapa bilang dia tidak terlibat? Kamu bela dia kah?" tanya Ian yang kesal dengan apa yang Toni katakan.     

"Coba kirim pesan ke mbak Nona, apa benar Bram terlibat dengan temannya itu, bisa saja ini hanya rencana dia saja, yang mau jadikan dia tumbal. Sedangkan Bram tidak mau dan dia pecah kongsi. Kan kalian bilang kalau dia suka ke mbak Nona." Toni menjelaskan apa yang dia pikirkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.