Dendam Winarsih

Awas Kalian



Awas Kalian

0Deki keluar dari ruangan kerja dino dalam keadaan penuh amarah yang menggebu, dia tidak peduli jika orang lain melihat raut wajahnya yang menyeramkan.     

"Kalian awasi mereka dan wanita itu, aku mau wanita itu akan menjadi targetku, bagaimana pun aku ingin kan dia, jadi aku tidak peduli bagaimana kalian mendapatkannya." Deki memerintahkan untuk mengambil Nona dalam kondisi apapun.     

"Baik, akan saya lakukan sesuai dengan yang anda katakan." Anak buah Deki mengiyakan apa kata bosnya.     

"Bagus. Aku akan dapatkan dia. Tunggu saja." Deki langsung pulang dia akan ke kantornya dia akan menunggu kabar dari anak buahnya.     

Di ruangan Dino mengabari apa yang terjadi pada Nona, dia mau Nona tahu apa yang terjadi. Dino menelpon Nona dia mau langsung mengabari Nona.     

Tut ... tut ...     

Panggilan pertama tidak diangkat oleh Nona, Dino tidak patah semangat, dia mencoba lagi melakukan panggilan ke Nona. Pada panggilan ke dua, Nona menjawabnya.     

"Halo, Dino. ada apa Dino?" tanya Nona kepada Dino.     

"Kami sudah ketemu temannya Bram di kantor, dia mencarimu. Dia baru dari kantor Bram dan langsung ke kantor kita, aku tidak tahu dia mau apa dengan kamu. Apa Bram ada mengatakan padamu kalau dia dan sahabanya itu bertemu? Maksud aku itu apa dia beritahu ke kamu kalau temannya ingin bertemu denganmu? Kalau iya, mau ketemu karena apa dan kalau tidak berarti dia akan menculikmu, coba kamu tanya Bram, bilang saja manajer yang kasih tahu kamu, jangan bilang kami yang kasih tahu." Dino menjelaskan perihal kedatangan teman Bram yang bernama Deki.     

"Bram tidak ada memberitahukan apapun padku jika temannya mau bertemu, Bram pasti ikut bersama kan, mana mngkin dia pergi begitu saja tanpa Bram. Kalau boleh tahu siapa namanya Dino?" tanya Nona yang penasaran kenapa teman Bram mau bertemu dengan dirinya.     

"Deki, namanya Deki. Coba kamu kabari Bram, kita bisa tahu dari dia. Jika tidak kamu dalam bahaya, kamu tahu kan mereka selalu dalam lingkaran dukun itu, hanya dia yang bertahan, yang lainnya habis dibunuh oleh Narsih." Dino menjelaskan apa yang terjadi jika benar ini permintaan dukun yang berkali-kali menyerang mereka.     

"Baiklah, akan aku tanyakan ke Bram. Kalian hati-hati di sana jangan sampai kalian yang terlukaya," ujar Nona yang menasehati Dino dan sahabatnya yang lain.     

"Kami akan jaga diri. Kamu juga hati-hati, jangan sampai kamu masuk dalam perangkap dukun itu dan menjadi tumbal dia demi menjauhkan Narsih dari mereka." Dino khawtir dengan Nona, dia merasa tidak tega dengan apa yang terjadi dengan wanita yang dia cintai ini, tapi demi jimat dan menyelesaikan semuanya dia harus ikhlas Nona bersama pembunuh itu.     

Panggilan keduanya berakhir, Dino memandang ke arah Ian dan Paijo. Dia menatap sendu ke arah keduanya. Toni memberikan air ke pada ketiganya.     

"Minum duku mas, kita harus yakin Tuhan akan membantu kita memudahkan jalan untuk membantu mbak Narsih." Toni menguatkan Dino, Paijo juga Ian agar tenang dan percaya pada tuhan.     

Nona yang mndapatkan kabar dari Dino mulai membicarakan ke pada mang Jupri dan bibi Sumi. Mereka kaget jika teman Bram datang tanpa Bram.     

"Ini Aneh Nona, mang Jupri rasa dia ada hal yang menurut mang di sembunyikan oleh temannya itu dari Bram, kamu harus tanyakan ke Bram. Buat diri kamu mennyedihkan, agar kedua sahabat itu bermusuhan satu sama lain. Kamu paham kan maksud mamang?' tanya mang Jupri.     

"Maksud mamang, kita buat keduanya bermusuhan satu sma lain dan saling melukai satu sama lain, dengan begitu mbak Narsih tidak terlibat dalam permusuhan mereka, jika mereka saling membunuh biarkan saja. Begitu kan maksud mamang ?" tanya Nona kepada mang Jupri.     

"Iya, kita buat mereka yang berkelahi satu sama lain dan dengn begitu biar mereka yang saling membunuh satu sama lain. Kita tidak perlu ikut dalam pertengkaran mereka, begitu juga Narsih. Jadi kita sekarang harus mencari di mana keadaan teman Bram yang sakit itu, kita sebisa mungkin mengambil jimat itu dan tentu saja jimat itu akan memudahkan narsih membalaskan dendamnya." Mang Jupri memberikan ide untuk mengambil jimat teman Bram yang sakit sekaligus membuat kedua sahabat itu berkelahi satu sama lain.     

Nona tersnyum mendangar apa yang dikatakan oleh mang Jupri. Dia akan mengadu ke Bram perihal temannya yang datang ke kantor untuk mencarinya.     

Bram yang mempunyau janji dngan Nona akhirnya pulang ke rumah. Dia ingin segera membawa Nona ke luar. Satu jam Bram tiba di rumah dan bergegas mencari Nona.     

"Paman, Nona mana?'" tanya Bram yang heran Nona tidak kelihatan.     

Mang Jupri mulai berakting untuk meyakinkan Bram. "Nona sedang sedih, dia dari tadi mengurung di kamar saja. Paman tanya juga tidak mau di jawab, apa lagi Bibi. Coba kamu tanya dia, siapa tahu saja dia tahu dan tolong bujuk dia ya." Mang Jupri tertawa senang melihat raut wajah Bram yang mulai ceemas.     

'"Baiklah, akan saya lihat dia di kamar. Saya permisi dulu Paman." Bram meninggalkan mang Jupri menuju ke kamar Nona.     

Tap ... tap ...     

Bram berdiri di depan pintu kamar Nona, dia mengetuk pintu kamar Nona. Nona yang mendengar suara ketukan langsung bangun dan mulai berakting.     

Ceklekkk!     

Nona yang melihat Bram langsung berhamburan memeluk Bram dan tentu membuat Bram kageet plus senang.     

"Kenapa kamu sedih hmm? Apa ada yang menyakiti kamu ?" tanya Bram kepada Nona.     

"Manajer telpon katanya teman kamu datang ke kantor dan mencariku, apa kamu juga ke kantorku juga Bram? Kenapa Bram? Bukannya kamu tahu aku libur? Atau kamu mengancam temanku? Apa salah mereka padamu Bram? Tolong jangan sakiti mereka, mereka tidak tahu apapun, tolong jangan ganggu mereka Bram." pinta Nona yang mulai meneteskan air matanya.     

Bram terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Nona. Temannya datang mencari nona? Tapi siapa yang mencari Nona? Bram membawa Nona untuk duduk dan bicara dengan tenang.     

"Siapa yang datang kata manajer kamu hhm? Aku tidak ada kekantor kamu, buat apa, kan aku sudah tahu kamu itu di rumah dan kita mau pergi, jadi buat apa ke sana. Kalau aku mau ngancam mereka buat apa? Nggak ada untungnya." Bram menjelaskan apa yang terjadi, dia juga penasaran dengan apa yang terjadi.     

"Deki. Dia yang datang. Aku tidak tahu dia siapa dan aku juga tidak ada urusannya dengan dia, aku pikir kamu ke sana ingin mengancam temanku, jika itu terjadi aku tidak akan menemuimu lagi." Nona mengancam Bram, karena Nona tahu bagaimana Bram jika dia menjauh.     

Bram yang mendengar nama Deki yang di sebut mulai emosi,dia tidak tahu kalau Deki akan ke kantor nona dan mencarinya.     

"Awas kalian, aku akan menghabisi kalian jika kalian menyentuh wanitaku, aku tidak peduli kalau kalian sahabatku," gumam Bram yang sudah dilliputi emosi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.