Dendam Winarsih

Jangan Sentuh Dia



Jangan Sentuh Dia

0Bram yang mendengar semua yang dikatakan oleh Nona membuat dia naik pitam. Dia tidak menyangka kalau Deki mngincar Nona     

"Sudah jangan buat diri kamu sedih ya, aku akan melindungi kamu dan aku tidak akan membiarkan mereka membawamu," ucap Bram yang menengkan Nona.     

"Iya, aku percaya padamu. Aku yakin kamu akan bisa menjagaku dengan baik makasih ya Bram." Nona memeluk Bram dengan erat.     

Bram tidak akan membiarkan siapapun menyentuh Nona termasuk sahabatnya sendiri. Bram melepaskan pelukannya dengan Nona dan mengusap wajahnya dengan lembut.     

"Bram, kita jadi perginya? Jika jadi ayo kita sekarang bersiap. Aku tidak mau kamu kecewa," ucap Nona kepada Bram.     

"Baiklah, kamu bersiap ya, aku tunggu di luar ya." Bram pergi dari kamar Nona dan masuk ke kamarnya.     

Bram mau menghubungi Deki, dia mau menanyakan perihal kedatangan dia ke kantor Nona, Bram mau memberikan peringatan kepada Deki agar Deki tidak menganggu Nona.     

Tut ... tut ...     

Panggilan telpon tidak di jawab oleh Deki sama sekali. "kemana anak itu, kenapa dia tidak mengangkat telponku, apa dia tahu aku mengetahui masalah kepergian dia ke kantor Nona sial kalian semua, aku akan menghabisi kalian lihat saja, aku akan mengawasi kalian." Bram geram karena Deki tidak mengangkat telpon dari dirinya.     

Tok ... tokk     

Ketukan pintu terdengar, Bram mendekati pintu dan membukanya. Bram tersenyum melihat Nona brada di depannya.     

"Sudah siap? Kalau sudah ayo kita pergi." Nona berdiri sambil melirik ke arah leher Bram yang terlihat tali jimat.     

Bram merapikan pakaiannya, dia mengancing kerah bajunya. Nona hanya melihat sekilas jimat itu dia berpura-pura tidak tahu dan tersenyum kearah Bram. Bram ikut tersenyum ke arah Nona dan membawa Nona ke bawah. keduanya berangkat ke tempat yang sudah mereka janjikan.     

Deki yang mendapat telpon dari Bram sengaja tidak mengangkat telpon Bram dia malas untuk menjawabnya. Deki kesal karena Bram tidak mau ikut dengan dirinya.     

"Aku tidak akan mengangkat teleponmu, aku yakin dia akan melarang aku untuk pergi ke dukun itu dan melarang aku untuk mendekati wanitanya, tapi maaf aku tetap akan mendapatkan wanitanya Bram." Deki tersenyun smirk.     

Bram dan Nona pergi ke pusat perbelanjaan, dia ingin mengajak Nona memilih barang, dia ingin memanjakan Nona. Deki yang berada di tempat yang sama dengan Bram dan Nona tanpa sengaja bertemu. Bram yang melihat Deki mengepalkan tangannya.     

"Kamu tunggu di sini jangan kemana-mana ya, aku mau kamu menungguku, paham!" pinta Bram ke Nona.     

"Iya, kamu cepat ya. Aku tidak mau kamu terlalu lama, ingat kamu harus cepat ya, aku takut," cicit Nona kepada Bram.     

Bram menganggukkan kepala kepada Nona. Bram menghampiri Deki dia ingn segera membuat perhitungan dengan Deki.     

"Ada apa Bram? Apa sekarang kamu jadi pembantu dia?" tanya Deki sekenaknya.     

"Hahahah, apa katamu tadi? Pembantu? Kalau iya kenapa? Tidak suka kah?" tanya Bram kepada Deki.     

Bram sudah menahan amarahnya, dia ingin menghajar Deki dengan tangannya, tapi dia tidak mau jika deki memanfaatkan kelemahannya dan bisa berakibat fatal untuknya.     

"Sekarang aku hanya mau minta dia, hanya itu caranya kita bisa bebas dari Narsih, jadi serahkan dia, aku harap kamu mau menyerahkan dia kepadaku? Apa bisa?" tanya Deki.     

"Kamu mau dia? Jangan bermimpi kamu, aku tidak akan menyerahkan dia paham kamu, dan satu lagi, jangan sentuh dia walau seujung rambut pun. Jika kamu menyentuh rambutnya akan aku pastikan tanganmu akan tinggal nama. Paham kamu?" tanya Bram dengan suara penuh penuh penekanan.     

"Iya, lihat nanti. jika aku tidak lupa," ujar Deki yang meninggalkan Bram.     

Deki yang ingin mendekati Nona di tahan oleh Bram. Keduanya menatap tajam satu sama lain. Deki memutus pandangannya dan pergi tanpa bisa mendekati Nona. Deki hanya bisa mengumpat keras karena dia tidak bisa nengambil rambut Nona untuk dia bawa ke dukun.     

"Sial, aku tidak bisa mendekati wanita itu, aku tidak punya waktu, jika tidak aku akan di kejar Narsih." Deki mengumpat kencang dia hanya bisa melihat Nona dari kejauhan saja, dia juga tidak bisa terlalu mendekati Nona.     

Bram mendekati Nona dan mengajak dia pergi. Bram membawa pengawal untuk melindungi dia dari ancaman Bram. Bram akan menjaga Nona terlebih dia tahu kalau Deki mau mengambil Nona untuk dibawa ke dukun itu.     

"Bram, dia temanmu. Apa kamu tidak merasa bersalah berkata seperti itu. Aku kan bukan siapa kamu." Nona memandang ke arah Bram dengan tatapan sendu.     

"Aku tidak masalah dia siapa, bagi aku melindungi kamu dan aku sudah katakan kalau aku menyukai kamu, jadi sudah jangan pikirkan apapun. Sekarang ayo kita cari yang kita butuhkan. Kamu pilih juga ya," ucap Bram kepada Nona.     

"Tidak perlu, aku masih ada barang yang masih bisa aku pakai, kamu saja ya," ucap Nona.     

Bram merengut karena Nona tidak mau menerima barang yang dia berikan. Nona mengusap tangannya Bram dan tersenyum ke arah Bram. Nona tidak mau hutang budi, dia mau mendekati Bram karena jimat, sisanya tidak karena dia sudah memiliki Dino.     

Deki mendapatkan telpon dari dukun itu dan langsung menerimanya. "ya, kenapa mbah?" tanya Deki.     

"Apa kamu sudah dapat rambut wanita yang mirip Narsih? Jika sudah ayo bawa ke sini, kita akan buat ritualnya, jika tidak maka kalian akan dekat dengan kematian," ucap dukun itu kepada Deki.     

Deki memijit keningnya dia tidak tahu harus apa saat ini, dia tidak bisa mendekati Nona. Bram menjaganya dengan ketat.     

"Nanti aku kabari mbah, aku tidak mau terburu-buru. Yang ada aku akan berhadapan dengan Narsih. Mbah tahu kan kalau dia di jaga oleh Narsih, jadi aku nggak mau ambil resiko yang besar. Nanti kalau sudah dapat aku kabari mbah." Deki mengakhiri panggilannya dengan mbah dukun itu.     

Deki tidak tahu harus, kalau menculiknya yang ada Bram tahu kalau itu ulahnya. Mana mungkin Bram menuduh Diman pikirnya. Deki mulai tersenyum kecil karena dia merencanakan sesuatu pada temannya yang satunya.     

"Aku tahu harus apa. Itu akan menjadi jalan untuk aku membawa wanita itu," gumam Deki dalam hati.     

Deki sudah punya rencana untuk mendapatkan Nona tanpa melibatkan dirinya. Sekali-kali menumbalkan teman sendiri tidak masalah pikirny, dia akan membuat Diman jadi kambing hitam, dengan begitu dia tidak akan menyalahkan dirinya. Deki menelpon anak buahnya, dia ingin membuat rencana untuk menculik Nona. Cukup lama Deki mengatakam rencana dan anak buahnya menyetujui rencana Deki.     

"Kalian jangan sampai ketahuan oleh anak buah Bram ingat, kalian harus hati-hati." Deki memperingati anak buahnya agar tidak ketahuan oleh anak buahnya Bram yang menjaga wanita itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.