Dendam Winarsih

Aku Tidak Mau Mati



Aku Tidak Mau Mati

0Deki tidak bisa berkata apa-apa. Dia diam dan merenungi apa yang dia alami tapi mimpi itu nyata, apa ini yang Bram rasakan selama ini pikir Deki yang mengingat mimpinya.     

"Diman, kamu sudah lama di sini?" tanya istri Deki yang melihat Diman duduk di luar sendirian.     

Diman yang terkejut memandang ke arah istrinya Deki. " Lina, bagaimana kabar Deki? Kenapa dia bisa terluka kena sabetan? Apa dia di rampok?" tanya Diman yang penasaran dengan keadaan Deki.     

Lina duduk di sebelah Diman. Lina geleng kepala ke arah Diman. "Mas Deki tidak di rampok, dia tidur di ruangan pribadinya tapi entah kenapa dia bisa terluka. Kata sekretaris mas Deki, dia menemukan mas Deki teriak dan tangannya sudah terluka parah. Apa kamu tahu sesuatu Diman? Kenapa mas Deki seperti itu'?" tanya Lina dengan wajah penasaran dan berharap Diman mau mengatakannya.     

Diman terdiam, dia mau bilang apa sama istri Deki. Apa dia mau bilang kalau suaminya membunuh orang dan melakukan tindakan tidak terpuji sama skali. Apa dia bisa menrima Deki menjadi suaminya..     

"Kamu tanya kan ke suamimu saja Lina. Jangan tanyakan ke aku. Karena aku tidak punya wewenang sama sekali untuk mengatakannya. Aku mau bertemu dengan Deki sebelum aku pulang. Apa dia sudah sadar Lina?" tanya Diman     

Lina geleng kepala ke arah Diman. Diman menghela nafas panjang panjang. Dia akan masuk dan melihat secara langsung kondisi keadaan Deki. Diman masuk ke dalam ruang inap Deki. Diman perlahan berjalan menuju ranjang Deki. Diman sangat sedih karena sahabatnya harus terluka karena masa lalunya.     

"Kenapa terjadi seperti ini Deki. Apa yang kamu mimpikan Deki," gumam Diman dalam hati.     

Diman pun pulang ke rumah, dia tidak mau terlalu lama, nanti dia akan bertemu dengan Narsih. Diman berjalan menuju lift dengan wajah yang sedikit cemas.     

"Bram kenapa tidak mau datang ke rumah sakit, apa dia benar-benar tidak mau berteman dengan Deki. Aku akan kerumahnya besok, aku ingin membahas masalah ini dengan Bram. Ini tidak boleh dibiarkan." Diman bermonolog sendiri.     

Esok harinya Diman sudah bersiap untuk ke rumah Bram. Dia ingin membicarakan masalah mimpi dia dan Deki. Dia tidak mau ada yang di tutupi lagi. Diman meminta sang supir untuk ke rumah Bram. Satu jam perjalanan, Diman sampai di rumah Bram. Diman heran, pengawal di rumah Bram makin banyak dan tidak seperti biasanya.     

Bram kenapa memperbanyak pengawal di rumahnya, apa dia sekarang sedang di intai makanya pengawalnya banyak pikir Diman. Diman masuk ke dalam rumah Bram dan bertemu Penjaga.     

"Maaf pak, ada yang bisa saya bantu?" tanya pengawal kepada Diman.     

"Saya teman Bram, bilang ke Bram." ucap Diman yang kesal karena pengawal Bram mencegahnya masuk.     

Pengawal mengirim pesan ke kepala pelayan untuk mengabari ke Bram. Kepala pelayan yang mendapat kabar dari pengawal tentang kedatangan teman majikannya bergegas bertemu dengan Bram.     

"Permisi pak, ada pak Diman di luar. Apa anda mau bertemu dengan pak Diman?" tanya ketua pelayan rumah Bram.     

Bram terdiam, dia melihat Nona ada di rumahnya. "Nona, kamu bisa tidak di kamar saja, aku tidak mau temanku Diman bertemu denganmu, ajak juga paman dan bibimu. setelah pulang nanti baru keluar. Mau kan?" tanya Bram kepada Nona.     

"Baiklah. Bram aku akan di kamar bersama paman dan bibiku. Kamu tidak apakan aku tinggal sendiri?" tanya Nona dengan lembut.     

"Tidak apa, aku berani sendiri. Kamu sudah masuk ya, nggak enak kelamaan dia menunggu," jawab Bram kepada Nona.     

Nona menganggukkan kepalanya. Nona memberikan kode kepada mang Jupri dan bibi Sumi untuk masuk ke kamar. Sepeninggal Nona dan kedua paman dan bibinya. Bram memberikan kode kepada ketua pelayan untuk mengizinkan Diman untuk masuk.     

Ketua pelayan mengangguk dan langsung meninggalkan majikannya. Diman yang sudah diizinkan masuk menatap datar ke pengawal Bram. Diman kesal karena Bram benar-benar membuat dia seperti orang lain saja.     

"Bram, kau terlalu sekali. kenapa kau memperlakukan aku seperti ini hahh? Kenapa kau membuat aku seperti orang lain hahh! Apa kau tidak bisa melupakan bencimu hahhh?" tanya Diman dengan suara teriak.     

"Maaf pak Diman, pak Bram ada di ruangannya. Silahkan masuk ke dalam," ucap ketua pelayan kepada Diman.     

Diman terus berjalan ke ruang kerja Bram dan menemukan Bram tengah duduk dengan santai. Bram memandang temannya dengan tatapan tenang.     

"Kamu keterlaluan Bram. Deki hampir mati karena Narsih, dan kamu hanya tenang saja. kenapa dengan kamu Bram? Kenapa kamu tidak memikirkan kami hmm? Kami mau menyelamatkan kamu, tapi kamu bermanja dengan wanita sialan itu!" teriak Diman.     

Bram yang mendengar nama Nona dikatakan wanita sialan kesal. Bram memukul meja dengan kencang. Bram tidak suka jika wanitanya hina sama sekali.     

Brakkk!     

Diman terkejut melihat Bram yang sudah emosi. Diman terdiam dan menelan salivanya. dia tahu kalau Bram sudah marah maka akibatnya akan parah.     

"Jaga mulutmu itu sialan. Aku tidak akan pernah segan untuk membunuhmu dan temanmu itu. Ingat, aku tidak pernah membunuh lagi. Jadi jangan salahkan aku membunuhmu dan dia. Jadi jaga ucapanmu itu sialan," geram Bram dengan sorot mata yang paling menakutkan.     

"Bram, apa kamu tahu. Deki dan aku mendapatkan mimpi yang sama seperti yang kamu rasakan itu. Jadi aku mohon padamu Bram. Kita tidak mungkin seperti ini terus. Aku takut Bram. Aku takut mati Bram, dia datang Bram dan beruntung aku selamat Bram, jika tidak maka aku akan bernasib sama seperti Deki." Diman menunjukkan wajah memelas ke arah Bram.     

Bram terdiam mendengarnya. Jadi Deki dan Diman mendapatkan mimpi yang sama. "Apa kami terluka?" tanya Bram dengan suara pelan.     

Diman geleng kepala ke arah Bram. "Aku tidak mau mati Bram." Diman menatap Bram dengan mata berkaca-kaca.     

"Aku tidak tahu harus bantu apa. aku juga mengalaminya juga. Bukan hanya kalian saja, aku juga. Jadi aku harus apa hmm?" tanya Bram yang tidak tahu harus apa.     

"Aku rasa jimat ini sudah tidak berfungsi lagi. aku rasa kita harus ikut kata dukun itu. dengan begitu kita selamat. Aku tidak mau seperti ini terus Bram, aku takut Bram." Diman meminta Bram mengikuti apa yang dikatakan Deki.     

Nona yang keluar perlahan mendengar apa yang dikatakan Diman dan Bram. Dia tidak tahu apa yang temannya minta. Nona penasaran apa yang sedang temannya rencanakan.     

"Aku tidak akan mengorbankan Nona, aku rasa kita harus cari cara lain, bukan mengikuti kemauan dukun sialan itu. Jadi, kamu jangan ikuti kata dukun itu. Kita pasti punya cara. aku tidak akan setuju untuk mengorbankan Nona, dia wanitaku. Aku menyukainya," ucap Bram dengan tegas.     

Diman terdiam, Bram tidak mau untuk memberikan wanitanya. Dia mementingkan wanitanya dari sahabatnya. Nona yang mendengar apa. Yang di katakan oleh Bram dan temannya menutup mulut. Nona lari ke dalam kamar dan memeluk bibi Sumi.     

"Kenapa Nona?" tanya mang Jupri.     

Yuk singgah di novelku Kutukan Nyai Darsimah ya, simpan dunk di rak kalian ya novel ku itu heheh dan jangan lupa kepoin ig ku Ziahyung02 Mauliate Godang     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.