Dendam Winarsih

Korban Kan Dia



Korban Kan Dia

0Deki dan Diman saling pandang, keduanya tidak bisa mengatakan apapun lagi. Bagi mereka mimpi itu benar-benar buruk buat mereka berdua.     

"Apa dukun itu ada menelpon kamu?" tanya Diman kepada Deki.     

Deki geleng kepala, tidak ada yang menelpon dirinya. "Tidak ada sama sekali. Aku rasa dia tidak mau mengganggu kita atau dia tidak mau membuat kita terbebani dengan permintaan darinya." Deki meenjelaskan apa yang mungkin terjadi.     

"Entahlah. Aku sudah bertemu Bram tadi. Aku juga sudah menceritakan apa yang terjadi tadi. Dan dia hanya diam saja. Dia masih belum mau menyerahkan wanitanya itu untuk dijadiakan korban."     

"Jadi, kita harus apa? Apa kita harus berdiam diri saja menunggu hantu itu merebut nyawa kita Man?" tanya Deki dengan wajah memelas.     

"Tidak, kita akan menculik dia dan kita harus korbankan dia, hanya itu yang akan kita lakukan. Kamu dan aku akan menculik dia dan menyerahkan wanita itu. Bram tidak akan marah bila kita menculik wanitanya jika hantu Narsih menghindar dari dari malah lenyap." Diman menjelaskan kalau dia akan tetap menculik Nona.     

Bram yang sendiri di ruangannya masih berpikir dengan apa yang diman katakan padanya. Dia tidak tahu apakah dirinya hanya obsesi saja atau memang cinta.     

"Aku serba salah, jika aku korbankan dia maka aku akan menyesal nantinya. Jika aku tidak melakukannya maka aku akan menderita dan aku akan terbunuh." Bram benar-bnar tidak tahu harus apa.     

Nona yang berada di kamar masih belum keluar dia masih memikirkan apakah dia akan betahan di sini atau pergi saja dari sini. Mang Jupri sedang melakukan panggilan dengan dengan mang Dadang.     

"Aku akan ke sana. Kamu tunggu aku. Ok kalau begitu." panggilan berakhir mang Jupri melihat ke arah Nona.     

"Jadi kita pindah atau masih di sini? Jangan memaksa biarkan Bram marah, katakan yang sebenarnya jika kamu mendengar apa yang dikatakannya tadi, katakan kamu tidak sengaja dengar karena kamu mau ambil air. Jadi tunjukkan kekecewaan kamu. Aku yakin dengan begitu dia tidak akan mengorbankan kamu. " Mang Jupri memberi saran ke Nona agar keluar dari rumah ini agar Bram tidak mau mengorbankan dia ke dukun itu.     

"Mang yakin kita brhasil dngan mengatakan itu?" tanya Nona kepada mang Jupri.     

"Coba saja, kita kan tidak tahu jadi katakan saja ke dia seperti itu."     

"Baiklah kita akan coba. Aku juga ingin kembali ke Dino, aku merasa aman dengan dia. Dari pada di sini." Nona pun setuju dia akan mengatakan ke Bram.     

Ketukan pintu terdengar oleh ketiganya, bibi Sum bangun dan membuka pintu kamar. Terlihat wajah Bram di depan pintu     

"Bibi. Ada Nona ?" tanya Bram dengan suara lembut     

"Ada dia di dalam itu. Nona, ada nak Bram ayo jumpai sana." Panggilan bibi ke Nona membuat Nona tersentak dan bangun menemui Bram.     

"Ram. Ada apa?" tanya Nona kepada Bram.     

Bram melihat wajah Nona yang bengkak dan terlihat ada sisa air matanya. "kita keluar yuk. aku mau mengajakmu ke taman belakang."     

"Baiklah kalau begitu. Ayo kita pergi sekarang." Nona keluar dan berjalan bersama Bram.     

Bram masih melihat Nona yang berbeda dari tadi. Ada apa pikirnya. Apa dia ada masalah yang berarti ."Bram masiih bertanya apa yang terjadi sebenarnya kepada Nona.     

Keduanya duduk di gazebo yang ada di taman dan menikmati angin yang berhembus. Beruntung hari ini cuaca tidak trlalu panas jadi bisa menikmati hari libur.     

"Kenapa kamu hanya diam saja Nona?'" tanya Bram yang melihat Nona hanya diam saja tanpa berbicara.     

"Aku hanya mau kamu mengatakan yang sejujurnya. Apa mau temanmu ke sini Bram?" tanya Nona dengan wajah yang datar dan mata yang sayu.     

Bram diam saat pertanyaan dari Nona dia dengar. "Apa itu penting buatmu Nona?" tanya Bram ke nona.     

"Itu penting. Jika kedatangan dia untuk menyerahkan aku ke dukun yang sudah membuat aku celaka maka aku harus tahu. Apa benar aku akan kalian korbankan? jawab Bram?" tanya Nona dengan suara sedikit tinggi.     

Bram terdiam mendnegarnya, dia tidak menyangka Nona bisa tahu apa dia mendengarnya pikir Bram dalam hatinya.     

"Kamu pasti heran kan dari mana aku tahu semua ini. Aku tidak sengaja mendengarnya Bram. Aku harap kamu tidak berpikiran mau mengorbankan aku. Jika itu terjadi maka keslahan masa lalumu akan terulang lagi. Dan satu hal lagi aku akan pindah ke rumah yang lama. Aku mau kamu tahu kalau aku tidak bisa tinggal di sini bukan tidak percaya padamu, tapi aku akan menjauh dari kalian. Selesaikan masa lalumu Bram, setelah selesai baru kamu jumpai aku. Tapi jika kamu tetap korbankan aku pada dukun itu maka aku akan sangat membencimu Bram." Nona memandang ke arah Bram dengan tatapan tegas dan penuh amarah.     

Nona bangun dan meningglakan Bram seorang diri. Bram diam dia tidak bisa bekata apapun lagi dia hanya bisa termenung mendengar apa yang dikatakan olleh Nona.     

"Apa yang sudah terjadi tuhan? Aku seperti terkena karmaku sendiri dan aku merasa aku harus menyelesaikan ini semuanya." Bram mengusap wajahnya dengan kasar.     

Bram berdiri dan menyusl Nona, dia tidak mau Nona pergi. Dia berteekad tidak akan menyerahkan Nona ke dukun itu. Walaupun nantinya dia akan meninggal di tangan Narsih dia akan ikhlas karena dia akan menebus semuanya asal dia betsama Nona.     

"Nona tunggu aku, Nona. Jangan pergi dulu. Aku mohon padamu Nona. Kita harus bicara terlebih dahulu." Bram berteriak dan menarik tangan Nona.     

Bram membawa Nona ke dalam ruang kerjanya. Dia mau bicara lebih serius dengan Nona. Keduanya masuk ke dalam ruangan kerja Bram. Bram memandang wajah Nona. Narsih dan Nona benar-benar mirip dan tidak ada yang membedakannya sama sekali.     

"Jangan pergi Nona. Aku tidak mengatakan ke mereka jika aku mengorbankan kamu. Aku tidak mau itu. Dari awal mereka memaksaku, tapi aku tidak menuruti kemauan dukun itu. Yang menculikmu juga bukan aku. Aku malah meminta anak buahku untuk mengikuutimu. Dan saat itu aku mau menyelamatkan kamu tapi teman kamu yang selamatkan kamu dari dukun itu. Apa kamu masih kurang percaya juga padaku?" tanya Bram kepada Nona .     

"Kamu datang menyelamatkan aku saat aku diculik waktu itu Bram? Tapi kenapa kamu mau ke dukun itu Bram? Apa kamu takut dengan mbak Narsih?" tanya Nona     

"Kamu tahu Narsih juga? tanya Bram.     

"Iya. Kalau pun aku tahu aku tidak pernah ada hubungannya dengan dia. Jika aku ada hubungannya dengan dia aku tidak akan mau mendekati kamu. Walaupun aku tahu kamu seperti apa tetap aku masih mau di sini di dekat kamu bukan. Makanya aku katakan padamu Bram selesaikan masa lalumu baru jumpai aku." Nona tegas mengatakan pada Bram atas apa yang dia inginkan.     

"Kalau aku terbunuh olehnya bagaimana?" tanya Bram dengan serius.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.