Dendam Winarsih

Itu Berbahaya



Itu Berbahaya

0Dino dan yang lainnya pulang ke rumah, mereka ingin segera merebahkan diri. Rasa lelah hati, pikiran dan sebagainya juga ikut mereka rasakan.     

"Kapan mang Dadang dan mang Jupri ke rumah sakit ya? Kenapa tidak ada kabar sama sekali? Apa mereka tidak pergi ke sana?" tanya Paijo yang berjalan masuk ke rumah.     

Mang Dadang yang duduk sambil nonton tv tersenyum. Paijo duduk di susul oleh Dino dan yang lainnya.     

"Kalian mandi dulu sana, tuh Mamang sudah masak ikan bakar," ujar mang Dadang pada Dino dan kawan-kawan.     

"Wah, mang Dadang baik sekali. Sejak kapan mang Dadang sebaik ini ya?" tanya Ian yang sudah bangun dan bersiap mau mandi.     

"Cihh! Sejak kapan aku baik! Sejak aku lahir, kamu saja yang tidak baik padaku, selalu menjahili aku," rutuk mang Dadang yang di tertawain oleh Ian.     

Satu persatu mereka mandi, selesai mandi, semuanya berkumpul dan duduk di meja makan. Ian melahap makanannya begitu juga dengan yang lain.     

"Kami besok mau ke rumah sakit. Kalian harus doakan kami ya, agar misi kami berhasil," ujar mang Dadang.     

"Mang. Pergi dengan siapa ke sana? Hanya berdua saja dengan mang Jupri?" tanya Dino.     

Mang Dadang mengangguk pelan ke arah Dino , Ian, Paijo dan Toni. "berdua saja, kalau ramai bahaya. Kita sulit gerak. Kami berdua saja dengan Nona waktu itu saja hampir ketahuan apa lagi sekarang. Tapi semoga saja kali ini tidak ketahuan."     

"Ya sudah kalau begitu. Kami berharap kalian dapat hasilnya. Aku takut saja kalian sedikit kesulitan mang. Oh ya mang gimana ya kabar Nona? Sudah lama tidak ada kabarnya. Baik kah dia di sana?" tanya Dino dengan suara lirih.     

"Baik kisanak. Dia baik dan akan selalu baik. lagian kamu ya telpon lah kekasih hatinya, jangan di diemin saja. Yang ada dia melupakan kamu tarnya." Ian menyindir Dino sambil terkekeh.     

"Nah betul itu. Aku setuju dengan yang di katakan oleh Ian. Telpon dan tanya kabarnya. adek udah maem, atau apa lah gitu. Katakan cinta juga boleh kok." Paijo menimpali perkataan Ian.     

Semua tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Paijo. Mang Dadang geleng kepala melihat keduanya. "mereka sekarang dalam keadaan yang baik, cuma Jupri bilang kalau mereka itu sedang dalam masalah. Bram dan temannya bertemu dan membicarakan tumbal." mang Dadang menjelaskan apa yang dikatakan oleh mang Jupri kepada dia tempo hari.     

"Maksudnya tumbal apa mang? Apa Nona yang akan jadi tumbal dia?" tanya Dino yang khawatir Nona di jadikan tumbal.     

Mang Dadang mengangguk pelan dan menghela nafas panjang. "temannya meminta Bram menyerahkan Nona ke mereka. Katanya agar Narsih menjauhi mereka. Karena itu permintaan dukun."     

"Apa dukun mang!" teriak ke empatnya.     

Mang Dadang yang terkejut mendengar apa yang di teriakkan ke empatnya mengusap dada dengan pelan. Dino memandang ke arah Ian dan Paijo juga Toni.     

"Aku sudah bilang kan, Bram itu pasti mau Nona di sana karena mau jadikan Nona tumbal. Mana mungkin orang yang jahat akan baik hanya karena dia cinta atau apalah. Lihat saja sendiri buktinya. " Ian menjelaskan apa yang menurut dia benar.     

"Tapi, orang jahat pasti bisa berubah jika sekelilingnya baik juga dan mau menerima dia mas Ian. Tidak selamanya mereka akan jahat mas pasti akan ada sisi baiknya percayalah," ujar Toni kepada Ian.     

Ian membolakan matanya dan menatap mang Dadang kembali. "jadi kenapa mereka masih bertahan, kenapa nggak cabut dari sana. Di sini aman mereka, tidak perlu mengandalkn pengawal itu, mereka kan bisa kalah jika mereka di lawan dengan sesama mereka."     

"Mang Jupri juga sudah katakan itu ke Nona dan pada akhirnya Bram menolak keras. Yang menculik Nona temannya si Deki itu, dan dia ke sana tempo hari juga mau menyelamatkan Nona. tapi ke buru kita datang. Nona berpura-pura ingin pergi dia mau tahu reaksi Bram, dia malah menahan Nona di sana. Kita lihat saja nanti, aku sudah katakan pada mereka jangan sampai kalian jadi tumbal juga," ucap mang Dadang.     

"Mang ini ada hal penting. Mbak Narsih mau menggantikan Nona. Menurut mang bagaimana?" tanya Dino.     

"Nah itu dia. Menurutku ya, tidak mungkin kan. dia siang mana bisa muncul dan terbakar malam baru bisa. Mana ada orang culik malam hari yang ada siang hari." Ian mengatakan apa yang ada dipikirannya.     

"Itu berbahaya juga buat Nona. Jika ketahuan bisa Nona yang kena. Kira serahkan Nona dulu. Sekarang Nona kan sudah bisa mengendalikan Bram nah, Nona harus segera bertindak mengambil jimat itu dan pergi dari rumah itu, " ujar mang Dadang yang memberikan saran untuk tidak bertukar tempat.     

"Makanya kami bertanya mamang kami takutnya akan membahayakan Nona. Apa lagi mengetahui jika nona mau diculik oleh mereka kan." Paijo menambahkan apa yang menurutnya jika menyetujui pertukaran tempat.     

"Narsih juga harus meredam amarahnya. Itu berbahaya sekali. Kalau melindungi boleh tidak masalah. Tapi kalau untuk menggantikan tidak perlu. Selama ini masih aman kan, mungkin Narsih mengawasi temannya saja tapi jangan memperlihatkan wujudnya itu. Dan untuk dukun itu, lebih baik kita urus dia juga, tapi biat selesai yang ini dulu," kata mang Dadang kepada Dino dan kawannya.     

Semua menganggukkan kepala, mengerti apa yang dikatakan oleh mang Dadang. Selesai makan malam, semuanya langsung berkumpul di ruang tamu membahas rencana.     

"Mang besok menyamar sebagai apa? Waktu itu sebagai karyawan kantor si pembunuh itu. sekarang jadi apa?" tanya Ian kepada mang Dadang.     

Mang Dadang menganggukkan kepala dengan pelan. Benar juga kata Ian, aku besok menyamar sebagai apa, mana mungkin karyawan lagi, bisa ketahuan. Kejadian tempo hari pasti membuat mereka lebih ekstra menjaga dia.     

"Jadi OB saja bagaimana? Kalian harus jadi OB, nanti aku bantu kalian dulu setelah itu aku akan kekantor." Dino menyarankan menjadi OB.     

Mang Dadang berpikir sejenak dengan apa yang Dino katakan. Ada baiknya seperti itu. tidak ketahuan pikirnya. Ian, Paijo dan Toni menunggu mang Dadang menyetujuinya.     

"Kenapa lama sekali berpikirnya mang?" tanya Ian kepada mang Dadang.     

"Ya ampun Ian, sabar sedikit. Mang Dadang masih memperhitungkan baik buruknya. kamu ini main cepat saja." rutuk Paijo yang kesal karena Ian suka terburu-buru.     

"Apa aman saya jadi OB? Takutnya tidak aman bahaya kan." Mang Dadang memandang ke arah Dino lekat.     

"Aman, asal tidak ada yang tahu. Kalian harus bersikap sewajarnya saja. Jangan menunjukkan sikap yang membuat orang curiga. Kalian mengerti kan apa aku katakan. mang Dadang dan mang Jupri sewajarnya lah pokoknya. Jika lengah langsung cari jimat itu dan setelah dapat langsung cabut." Dino memberikan ide kepada mang Dadang untuk menjalankan misi di rumah sakit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.