Dendam Winarsih

Bram Memilih Wanita Itu



Bram Memilih Wanita Itu

0Deki dan Diman masih belum membahas apapun karena mereka tetap mau menculik wanitanya Bram. Karena menurut mereka Bram memilih wanita itu ketimbang sahabatnya. Tidak berapa lama Lina istri Deki masuk dan melihat Diman di ruangan suaminya.     

"Sudah lama di sini Diman?" tanya Lina kepada Diman.     

"Belum lama juga lah, dari mana ini banyak sekali barang bawaannya, mau kemah ya?" tanya Diman dengan tawa kecil.     

Deki dan Lina ikut tertawa karena perkataan Diman. Lina meletakkan barang di atas meja dan duduk di sebelah suaminya.     

"Kamu ini lah, bisa-bisanya berkata seperti itu. Sejak kapan aku mau kemah di sini. Kalau mas Deki boleh lah tapi aku tidak." Lina mencibir Diman yang saat ini tertawa.     

Lina memandang suaminya, dia ingin bertanya apa yang terjadi pada suaminya. Tapi rasa takut menggelayuti dirinya.     

"Mas aku boleh tanya tidak?" tanya Lina dengan hati-hati.     

"Mau tanya apa?" tanya balik Deki.     

Diman yang tahu bergegas bangun tapi tangan Lina terulur ke arah Diman. Diman yang melihatnya memasang wajah kikuk.     

"Jangan pergi Man, aku mau berbicara dengan kamu, aku mau mengatakan sesuatu, kamu juga harus tahu Man. Aku mau kejujuran dari kamu juga Man," ucap Lina.     

Diman yang mendengar apa yang di katakan oleh Lina hanya diam dan tidak berkata apapun, dia mau bicara jujur apa, toh kalau tahu apa istri Deki akan menerima mereka.     

"Aku harap kamu tidak bohong mas dan kamu juga Diman." hardik Lina.     

"Kamu mau ngomong apa sih lin? Kasih tahu aku, apa yang kamu mau tahu hmm? Kamu mau tahu aku ini kenapa kena sabetan di kantor? Aku tidak sengaja terkena benda tajam di sana, udah itu saja. Jadi kamu jangan berpikiran aneh lah sayang," ujar Deki yang sedikit berbohong kepada Lina.     

Lina memandang ke arah Diman. Diman yang di pandang hanya berdehem dan memandang ke arah yang lain. Dia tidak mau berkata apapun.     

"Apa kamu tidak mau jujur padaku juga Man?" tanya Lina pada Diman.     

"Aku mau ngomong apa? Aku kan tidak tahu dia kena apa, baru kali ini bertemu dengan dia dan baru dengar juga kan," jawab Diman kepada Lina.     

Lina melihat lekat Diman dan Deki. Dia masih belum percaya pada Diman dan Deki. Deki menghela nafas panjang. Dia tidak tahu harus berkata dan menjelaskan seperti apa lagi.     

"Aku sudah kata kan bukan, jangan kamu berpikir aku berbohong sayang. Aku tidak berbohong padamu. Aku jujur padamu sayang. Jadi percaya padaku. Diman juga tidak tahu apapun jadi jangan bertanya padanya, sudah kamu jangan memikirkan aku ya," ujar Deki kepada Lina.     

Lina pun tidak berkata apapun, dia akhirnya percaya apa yang dikatakan oleh Deki. Lina keluar ke ruang dokter dia mau bertanya apa kah Deki sudah bisa bawa pulang atau belum. Deki dan Diman melihat kepergian Lina. keduanya saling pandang satu sama lain.     

"Kamu berbodohng padanya Deki. Kamu tidak bisa berlama berbohong padanya. Kamu harus ingat Deki, jika tahu dari orang kamu bisa hancur, rumah tanggamu yang jadi taruhannya." Diman menjelaskan ke Deki tentang yang akan terjadi jika dia berbohong pada Lina.     

"Jadi aku harus apa? Aku bilang kalau suami kamu ini dulu jahat dan membunuh pengantin dan berbuat keji ke mereka begitu ya? tanya Deki.     

"Paling tidak dia mengetahuinya dari kamu bukan dari orang lain." Diman sudah tidak tahu harus apa, dia begitu pusing memikirkan apa yang terjadi.     

Mang Jupri dan mang Dadang sudah bersiap untuk pergi ke rumah sakit, Dino dan yang lainnya mengantar kedua mang untuk menjalankan misi.     

"Mang harus hati-hati ya, jangan buat kesalahan apapun, ingat ya jangan ketahuan pihak keamanan dan pihak keluarganya ya. bahaya." Dino memperingati kedua pria tua yang akan menjalankan misi mengambil jimat teman Bram.     

"Kalian doakan saja ya, aku harap kita bisa mendapatkannya hari ini." mang Dadang menepuk pundak Dino dan bergegas keluar dari mobil.     

Keduanya yang sudah memakai penyamaran berjalan ke arah yang sudah Dino katakan. Dengan berbekal alat kebersihan keduanya berjalan ke lantai ICU tempat Deka di rawat.     

Lina istri deki masuk ke dalam lift yang sama dengan kedua mamang. Lina tersenyum kepada keduanya. Keduanya juga membalas senyumman Lina.     

"Apa Bram tidak bisa ke tangkap ya? Aku kadang tidak suka dia dekat dengan Nona. Kamu tahu kan kalau dia dan rekannya itu sudah melakukan kejahatan yang membuat Narsih dan Joko meninggal." mang Jupri mengatakan keresahanyake mang Dadang.     

Lina yang berada di belakang hanya diam dan mendengarkan apa yang dikatakan keduanya. dai tahu Bram tapi dia masih ragu bram mana pikir dia.     

"Kamu benar, apa lagi rekannya mau korbankan wanita lain lagi, demi melindungi mereka dari arwah Narsih, bagiku itu salah dan tidak akan berhasil, mereka harus membayarnya ," ujar mang Dadang.     

"Entah lah. Itu yang dikatakan olehku semalam. Bram masih mau menyelamatkan Nona, Deki dan siapa tuh temannya yang datang semalam ke rumah Bram diman kalau tidak salah, meminta menyerahkan Nona. Gila nggak tuh." mang Jupri menggerutu kesal karena mendengar apa yang dikatakan Nona semalam.     

Lina mullai gemetar, dia masih binggung nama yang di sebutkan itu nama suaminya, tapi apa benar pikirnya.     

Ting!     

Pintu lift terbuka dan ketiganya keluar. Lina memanggil keduanya, dia ingin bertanya tentang yang dia dengar, siapa yang dia maksudkan itu. Apa benar mereka membunuh orang.     

"Permisi ya, aku mau tanya sama bapak. Tadi bapak bicara tentang Bram, Deki dan Diman. Apa bapak kembali dengan mereka ya? Apa dia pengusaha yang terkenal itu kah?" tanya Lina yang berkata deengan sura bergetar.     

Mang Jupri dan mang Dadang yang mendengar apa yang ditanyakan oleh wanita ini langsung menyengitkan keningnya.     

"Bram kan pengusaha yang kenal itu, mbak nggak tahu dia ya? Dia itu pembunuh pasutri dari desa kami, bersama temannya juga. Dia kejam dan tidak punya perasaan. Temannya juga sadis, sekarang malah temannya si Deki dan Diman mau mengorbankan wanita yang laian lagi, demi menghindari arwah wanita yang dia bunuh. Keji nggak tuh mbak. Saya geram sekali melihat sahabatnya bram itu." Mang Jupri meluapkan kekesalannya kepada wanita itu.     

"Ada yang mau ditanyakan lagi? Kami mau kerja dulu ya." Mang Dadang pergi dari hadapan Lina.     

"Dang. Kamu tahu dia siapa? Kenapa dia tadi menangis dan wajahnya pucat gitu. Mang Jupri heran melihat wanita yang dia jumpai menangis.     

"Entah. Aku tidak tahu. Sudah jangan pikirin dia lagi." Mang Dadang berjalan mencari kamar Deka dan mencoba mencari celah untuk bisa masuk ke kamar ICU Deka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.