Dendam Winarsih

Mereka Pembunuh



Mereka Pembunuh

0Lina yang mendengar perkataan dari Mang Jupri dan Mang Dadang terdiam. "mereka pembunuh? Kenapa aku tidak mengetahuinya? Sekarang dia ingin membunuh orang lain lagi? Tidak, aku tidak akan membiarkan dia melakukan itu. Aku akan mencegahnya," Lina kembali ke ruangan suaminya, dia ingin menanyakan kepada suaminya benar atau tidak dia sudah melakukan hal itu.     

Tap ... tap     

Langkah kaki Lina mendekati kamar suaminya, dia yang ingin ke ruang dokter mengurungkan niatnya karena ada yang ketinggalan dan mendengar hal itu, dia memutuskan kembali ke kamar sang suami.     

Sampai di depan kamar Deki, Lina mendengar prercakapan antara Deki dan Diman, Lina yang mendengarnya menggangga. Dia tidak menyangka jika Deki seperti itu.     

Lina masuk ke dalam kamar yang membuat Deki dan Diman kaget setengah mati.     

''Kamu sudah kembali? Katanya kamu mau ke dokter ya? Apa nggak jadi sayang?" tanya Deki yang wajahnya pucat.     

Deki gugup karena Lina masuk dengan tiba-tiba saat dia dan Diman sedang membahas masalah Narsih dan wanita Bram.     

"Dokternya tidak ada, aku cuma mau pulang. anak-anak mencariku, mereka menanyakan kapan aku kembali. Kamu di sini saja. Aku akan pulang." Lina menjawab pertanyaan Deki.     

Lina berbohong agar Deki percaya padanya, dia tidak mau berdekatan dengan Deki untuk saat ini. Dia masih belum bisa menerima kenyataan yang telah terjadi.     

"Nanti kamu datang ke sini kan sayang?" tanya Deki dengan lembut.     

Lina menatap nanar ke arah suaminya. Mampukah dia melihat wajah suaminya yang pembunuh itu? Deki masih menunggu jawaban dari Lina dan pada akhirnya Lina menggelengkan kepala.     

"Oh, ya sudah kalau begitu. Tidak apa sayang. aku tidak masalah, kamu jaga anak-anak saya. Aku di sini saja." Deki akhirnya pasrah karena jawaban dari istrinya.     

Deki yang mengangkat tangannya ingin memeluk Lina di abaikan oleh Lina. Lina keluar begitu saja dan tidak menyambut tangan suaminya. Diman yang berada di ruangan itu menjadi canggung, Lina yang dia kenal sangat menyayangi dan romantis dengan Deki kini bersikap dingin.     

"Apa dia mendengar semua yang dia katakan tadi? Jika iya maka habis lah sudah," gumam Diman dalam hati.     

Deki menatap nanar kepergiaan istrinya, dia tidak tahu salah dia apa kepada Lina. Deki menghadap ke arah Diman dan menatap sendu ke arah dim2an.     

"Apa dia mendengarkan kita atau dia sudah mengetahui apa yang terjadi?" tanya Deki dengan sendu.     

Diman tidak bisa menjawab sama sekali, dia hanya bisa geleng kepala. Deki pun diam dan tidak bertanya lagi pada Diman. Lina berlari dan menghapus air matanya, dia harus apa saat ini, dia hanya pasrah menerima nasib. Apa lagi mendengar orang yang dibunuh suaminya meminta nyawa suaminya.     

Mang Jupri dan mang Dadang yang gagal mengambil jimat karena keluarga pasien berkumpul di sana. Alhasil mereka pulang. Dalam perjalanan pulang keduanya bertemu dengan wanita yang bertanya tentang yang dia bicarakan tadi.     

"Dang. Itu bukannya wanita yang di lift dan bertanya kepadanya tentang Bram ya? Apa dia istri Bram ya?" tanya mang Jupri yang heran dengan wanita yang kebetulan mereka jumpai lagi .     

"Aku tidak tahu. Mana mungkin kita bertanya pada dia kan? Kalau kamu mau tanya ya silahkan saja." mang Dadang yang menyuruh mang Jupri yang bertanya pada wanita itu.     

"Maaf anda kenapa menangis ya? Apa suami anda masuk rumah sakit ini ya? Kalau iya kami doakan agar suami anda sehat selalu ya," ujar mang Jupri kepada Lina.     

Lina yang mendengar perkataan mang Jupri menganggukkan kepalanya, dia ingin bertanya lebih jauh lagi, tapi dia sungkan untuk bertanya. Pintu lift terbuka dan ketiganya keluar dan berpisah.     

"Dia aneh sekali ya Dang. Aku rasa suaminya sakit parah, jadi dia menangis karena suaminya yang akan meninggal." Mang Jupri bermonolog ada dirinya sendiri.     

"Kamu sudah gila ya?" tanya mang Dadang kepada mang Jupri.     

Mang Jupri yang dikatai sudah gila hanya berdecih. "Permisi, boleh saya bertanya sesuatu pada anda?" tanya seseorang pada mang Dadang dan mang Jupri.     

Mang Dadang dan mang Jupri yang mendengar suara wanita yang bertanya padanya berbalik ke sumber suara. Keduanya kaget karena wanita yang memanggil mereka adalah wanita yang mereka jumpai di lift.     

"Ada apa ya?" tanya mang Jupri.     

Mang Dadang yang melihat wanita tadi menghampiri dirinya dan Jupri menghentikan langkahnya.     

"Saya mau tanya kepada bapak-bapak mengenai apa yang tadi bapak-bapak katakan tadi." Lina akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada Mang Jupri dan Mang Dadang.     

"Silahkan jika mau bertanya pada kami." Mang Jupri mempersilahkan kepada wanita yang ada di depan bertanya.     

"Kita ke tempat yang lebih nyaman boleh?" tanya Lina.     

Keduanya menganggukkan kepala. Ketiganya berjalan menuju ke taman belakang rumah sakit. Sampai di taman mereka duduk berhadapan satu sama lain.     

"Apa kalian mengenal Bram?" tanya Lina.     

Mang Dadang yang mendengar pertanyaan dari wanita di depannya mengangga begitu juga dengan mang Jupri. keduanya saling pandang satu sama lain.     

"Apa aku tidak salah dengar ya? Kamu bertanya kami mengenal Bram?" tanya mang Jupri.     

Lina menganggukkan kepalanya dan menatap penuh harap kalau mereka mengenal Bram. mang Dadang masih bingung, Bram mana pikirnya.     

"Mbak ini siapanya Bram? Dan kalau boleh tahu ada fotonya? Kami tidak asal tebak, karena bisa saja Bram mbak dan Bram kami berbeda jadi bisa tunjukkan fotonya?" tanya mang Dadang kepada Lina.     

"Nama mbak siapa? Saya mang Jupri sedangkan dia teman saya nama Mang Dadang." Mang Jupri memperkenalkan diri agar lebih akrab.     

"Saya Lina. Saya istrinya Deki. Deki itu sahabat Bram, dan ini Bram yang mungkin sama dengan Bram yang kalian bicarakan." Lina menunjukkan kepada mang Dadang dan mang Jupri.     

mang Jupri yang melihat foto Bram kaget, ternyata sama dan mang Jupri melihat ke arah mang Dadang sahabatnya.     

"In-ini maksudnya apa ya?" tanya mang Dadang kepada Lina.     

"Tidak ada maksud apapun. Saya tahu jika kalian tadi membicarakan masalah pembunuhan itu, dan saya terkejut mendengar semua ini. Dan tadi saya juga dengar suami saya dengan sahabatnya Diman mau mencari wanita yang bernama Nona. makanya saya mau tanya siapa Nona dan bagaimana bisa suami saya terlibat dengan masalah pembunuhan ini," ucap Lina kepada mang Dadang dan mang Jupri.     

Helaan nafas terdengar dengan sangat kasar dari kedua pria tua. "Sebenarnya itu masa lalu suami kamu nak. Semua karena cinta, ya cinta yang di tolak berujung pembunuhan. Itu Bram yang memulainya dan semuanya ikut. Tapi saya tidak tahu persis entah Bram atau mereka yang memberikan ide itu pembunuhan itu, yang pasti mereka membunuh pasutri yang baru menikah dan malam pertama. Keji dan sadis aku saja tidak percaya saat itu." Mang Jupri mengingat kejadian waktu narsih dibunuh oleh Bram dan ketiga sahabatnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.