Dendam Winarsih

Suamiku Kejam



Suamiku Kejam

0"Katakan jika yang dikatakan oleh bapak- bapak katakan itu tidak benar. Aku hanya mau mendengar kebenarannya saja. Tidak lebih dari itu. Aku mohon kalian jangan menutupi atau mengarang cerita hanya karena wanita yang bernama Narsih dan Nona itu." Lina masih tidak percaya dengan penjelasan dari mang Jupri.     

Mang Dadang yang kesal dengan Lina bangun dari tempat duduknya. "ayo Jupri kita pulang sekarang. Percuma kamu jelasain ke wanita ini. Dia egois dan dia sama dengan suaminya yang pembunuh keji dan kejam itu. Kamu wanita tapi tidak peduli dengan apa yang di rasakan oleh wanita lainnya. Kamu urus suami kamu itu agar dia tidak mendekati anak kami Nona. Jika dia menculik Nona dan menjadikan tumbal ke dukun sialan itu, maka kami tidak segan untuk menghabisi dia." Mang Dadang keal karena perkataan Lina yang menuduh Narsih dan Nona.     

"Jika kamu tidak percaya. Minta dia membuka jimat yang dia pakai saat ini, jika dia menolaknya maka apa yang saya katakan itu benar adanya saya tidak akan menuduh sembarangan, karena saya takut dosa. Sekarang terserah kamu ya, saya permisi dulu," ujar mang Jupri yang langsung pergi bersama dengan sahabatnya mang Dadang.     

Lina terdiam mendengar apa yang di katakan oleh mang Jupri, dia pernah melihat sesuatu yang di leher suaminya. Tapi dia tidak ada pertanyaan sama sekali mengenai jimat yang di pakai dia. Suamiku kejam, dia sudah membuat aib untuk aku dan keluarganya pikir Lina dengan wajah sendu.     

"Apa benar jimat itu yang sering dia pakai oleh mas Deki? Jika yang dikatakan si mamang itu jimatnya? Maka aku akan meminta dia membukanya, apapun caranya. aku akan membuktikannya sendiri." Lina betekad mencari tahu sendiri.     

Lina pegi dari taman itu dan kembali ke rumahnya. Deki yang kedatangan dokter untuk memeriksanya. Deki sedih karena dia tidak ditemani oleh Lina istrinya.     

"Pak Deki sudah bisa pulang, dua hari lagi, lukanya juga sudah sedikit mengering. Jangan banyak bergerak ya, nanti lukanya kambuh lagi. Ya sudah saya permisi keluar dulu ya pak Deki, jangan lupa obatnya di minum ya," ujar dokter kepada Deki.     

"Terima kasih banyak yang dokter." Deki lega karena dia akan segera pulang dua hari lagi dan setelah itu dia akan membawa Nona ke hadapan dukun itu dan setelah itu dia akan selamat dari hantu Narsih itu.     

Lina mendapatkan telpon dari Diman. Dia ingin membicarakan sesuatu kepada Lina. Dia ingin Lina meluruskan apa yang terjadi. Lina yang mendapatkan telepon dari Diman menyergitkan keningnya.     

"Mau apa dia menelpon aku? Apa dia mau membela diri?" tanya Lina dalam hati.     

Lina akhirnya mengangkat telponnya." Ada apa Man?" tanya Lina pada Diman.     

"Lina kamu di mana? Bisa kita ketemu Lina?" tanya Diman dengan suara tenang.     

"Aku sekarang ada di luar aku mau antar anakku les. Ada apa ya?" tanya Lina.     

"Setelah itu bisa kita ketemu? Aku mau mengatakan sesuatu." Diman berharap Lina mau bertemu dengan dia.     

"Boleh, kita di mal dekat anakku les, aku tunggu kamu di sana ya," ucap Lina kepada Diman.     

"Aku akan ke sana. Tunggu aku." Diman pun bergegas pergi dari rumah sakit.     

Diman mau menjelaskan apa yang terjadi dia tidak mau Lina salah paham. Dia berharap Lina bisa di bohongi. Jika tidak maka rencana dia akan hancur. Sepulang dari rumah sakit, Lina langsung ke rumah dan sampai di rumah dia bergegas mengantar anaknya les.     

"Mau apa dia ya? Apa dia mau menjelaskan apa yang di katakan oleh mang Jupri tadi ya?" tanya Lina dengan penasaran.     

Lina yang sudah mengantar anaknya les, langsung pergi ketempat yang di tuju. Lima menit dia sampai di mal dan duduk di restoran. Tidak berapa lama Diman datang menghampiri Lina.     

"Maaf membuatmu lama menunggu, aku harap kamu tidak kecewa dengan keterlambatan aku."     

Lina hanya diam saja dan memandang ke arah Diman dengan tatapan menyelidik. "Ada apa kamu meminta aku untuk bertemu denganmu? Apa kamu diminta mas Deki untuk menjelaskan perbuatan kalian di masa lalu dan akan kalian ulangi di masa depan nanti?" tanya Lina dengan tatapan tajam.     

Diman terdiam mendengar perkataan Lina. Dia tidak tahu harus berkata apa saat ini, Lina mengatakan hal yang membuat dia terkejut. Lina memandang Diman yang gugup dan tentu membuat dia makin yakin jika suaminya itu kejam dan tidak mempunyai hati, begitu juga dengan pria di depannya ini.     

"Kamu ngomong apa Lina? Aku tidak mengerti apapun, aku hanya tidak tahu mau jawab apa. Karena yang kamu tuduhkan itu tidak benar adanya." ucap Diman kepada Lina.     

"Cihh! Kamu pikir aku percaya? Tidak akan aku percaya. Kamu dan dia sama-sama bohong. Kalian kejam, tahu tidak. Kalian membunuh mereka semua di masa sekarang kalian juga mau membunuh lagi. Kenapa? Kalian takut akan ketahuan kebusukkan kalian hmm?" tanya Lina yang sudah kesal karena Diman masih menutupi kesalahan mereka.     

"Aku tidak bohong sama sekali, aku berkata jujur padamu, aku tidak berbohong sama sekali, jika aku bohong, maka aku yang akan mendapatkan karmanya." Diman meyakinkan Lina agar dia percaya padanya.     

Tapi sayang, Lina tidak akan percaya. Dia melihat tali di leher yang sama dengan suaminya. Lina bangun mendekati Diman dan tersenyum smirk.     

"Buka kalungmu itu, jika kamu benar tidak bersalah. Tapi, jika kamu tidak mau berarti kamu danas Deki pelakunya. Aku tidak akan membiarkan kalian lepas begitu saja. Kalian harus membayarnya, nyawa di ganti nyawa." Lina pergi setelah mengatakan hal itu.     

Diman yang mendengar apa yang di katakan oleh Lina mulai gemetar, dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Lina. Diman mengepalkan tangannya dengan kencang. Diman mengambil ponsel dan menghubungi anak buahnya.     

"Habisi istri Deki. Dia akan membuatku celaka, buat dia tidak bisa melihat matahari esok hari." Diman memerintahkan kepada anak buahnya untuk membunuh Lina.     

Diman merasa Lina sudah terlalu banyak ikut campur dia tidak bisa di ajak kompromi dan dibohongi. Lebih baik pergi dari dunia ini dari pada hidup menyusahkan dia.     

"Deki, maafkan aku. Aku harus mengakhiri hidup istrimu itu. Aku harap kamu paham Deki." Diman bergumam dalam hati.     

Diman tidak tega tapi Lina sudah mengancam dia dan Deki. Jadi dia akan menghabisi siapapun yang ikut campur dengan masalah yang mereka hadapi. Lina yang pulang dari pertemuannya dengan Diman tidak percaya sama sekali. Dia bergegas untuk pergi dari hidup Deki. Dia tidak mau satu rumah dengan Deki.     

"Aku harus pergi, aku tidak mau bersama pembunuh itu. Aku ingin menjaga anak-anakku." Lina bermonolog dengan dirinya.     

Anak buah Diman yang sudah di beri pekerjaan untuk menghabisi istri Deki sudah melakukan pekerjaannya. Mereka melihat kepergian istri sahabat bosnya. Anak buah Diman yang sudah menjalankan tugas langsung memberikan kabar ke bosnya.     

"Pekerjaan selesai bos." Anak buah Diman mengatakan ke Diman jika pekerjaan mereka sudah selesai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.