Dendam Winarsih

Lina Meninggal



Lina Meninggal

0Lina yang sudah di mobil meninggalkan parkiran, dia ingin menunggu anaknya pulang les. Tidak masalah dia akan menunggu lama. Dari pada di rumah dia akan memikirkan tentang kejahatan suaminya.     

"Kenapa ramai sekali ini jalanan, biasanya tidak seramai ini lah. Ini ramai, mungkin waktu pulang kerja kali ya." Lina melakukan kendaraannya dengan kecepatan rata-rata. Dia tidak mau terjadi apa-apa.     

Lina yang melaju ke arah yang benar tiba-tiba ada mobil berlawanan arah datang dari depan dan menabrak mobil Lina. Lina yang mobilnya di tabrak dari depan mencoba menghindar tapi sayang, mobil itu tidak bisa berbelok dan yang lebih parahnya, mobil tidak bisa mengerem.     

"Ini kenapa bisa macet remnya? Tidak mungkin macet dan tidak mungkin bermasalah. Aku yakin, ini tidak mungkin bermasalah," gumam Lina yang berusaha untuk menginjak pedal gas, tapi naas mobil Lina menghantam mobil di depan dengan kencang.     

Brakkk!     

Mobil menabrak dan membuat mobil Lina remuk dan Lina keluar dari mobil dan terlempar cukup jauh. Semua orang yang melihat Lina tidak bisa membantu, mereka hanya bisa menghubungi polisi terdekat.     

Anak buah Diman yang memang sengaja mengikuti Lina langsung menghubungi Diman. "Sudah selesai. dia tewas bos."     

"Bagus, aku harap kalian tidak melakukan kesalahan. Ingat jangan meninggalkan jejak dalam hal ini paham!" Diman menekankan kata paham kepada anak buahnya.     

Panggilan berakhir, Diman merasa ada sedikit tidak nyaman karena merebut kebahagiaan sahabatnya, jika dia tidak melakukan itu maka dia yang akan benar-benar bermasalah.     

Lina yang sudah dibawa ke rumah sakit tempat suaminya Deki di rawat. Deki yang sedang minum tanpa sengaja menyenggol gelas hingga pecah.     

Prangg!     

Deki menatap nanar gelas yang pecah karena dia yang ketidaksengajaannya. Deki mulai berpikiran buruk, karena dia memikirkan Lina. Lina belum mengabari dia sama sekali. padahal dia dua hari lagi dia akan pulang.     

"Aku harap dia baik-baik saja. Tidak ada yang terjadi dengan istriku." Deki merasakan ada sesuatu tapi dia tidak tahu apa itu.     

Drt ... drt ...     

Deki meraih telponnya dia melihat id penelpon yang tidak lain nomor istrinya Lina. Deki bergegas mengangkat telpon dari istrinya. Dia berpikir jika itu adalah istrinya Lina tapi nyatanya bukan Lina melainkan pak polisi.     

"Sayang, kamu kenapa tidak kabari aku jika kamu sudah di rumah. Aku mencemaskan kamu sayang." Deki mengungkapkan perasaannya.     

"Pak Deki. Maaf saya bukan istri anda. Saya dari pihak polisi mau mengatakan kepada anda bahwa istri anda masuk rumah sakit karena kecelakaan. Anda bisa ke rumah sakit Bina Kasih. Saya ingin berbincang dengan anda di sini." pak polisi menjelaskan kepada Deki tentang kecelakaan yang terjadi dengan lina istri Deki.     

Duarrr!     

Deki seperti di aambar petir, dia merasa kalau dia hancur karena istrinya kecelakaan dan di bawa di rumah sakit tempat dia di rawat. Deki tidak perlu izin dokter atau perawat, dia ingin segera pergi dari rumah sakit ini untuk melihat istrinya.     

Perlahan Deki bangun dan mengambil infusnya. Dia ingin ke ruang UGD, tidak berapa lama suster datang ke ruangan Deki, dia tahu jika isti Deki kecelakaan sekarang sedang di periksa di ruang bawa.     

"Mari pak Deki kami bantu anda." Suster membantu Deki untuk duduk di kursi roda dan tentu membuat Deki sedikit terbantu.     

Suster mendorong kursi roda Deki. Deki masih gemetaran karena dia tidak percaya dengan keadaan yang sebenarnya. Dia masih merasa jika Lina tidak kecelakaan. Sampai di lift keduanya masuk. Lima menit lift tiba di lantai bawah, suster membawa Deki untuk bertemu dengan polisi yang sudah berada di sana.     

"Pak polisi bagaimana dengan keadaan istri saya? Apa istri saya baik saja? Saya mau tahu kenapa istri saya bisa kecelakaan?" tanya Deki bertubi-tubi kepada pak polisi.     

"Kami masih mencari tahu penyebabnya, dari saksi mata. Mobil istri anda menabrak yang ada di depannya. Mobil di depan mau melaju dan memotong kendaraan di depannya karena tidak sempat rem, mobil menabrak ke arah depan terjadi lah tabrakkan beruntun di daerah kawasan lampu merah. Sekarang kami menunggu hasil dari dokter bagaimana kondisi korban." pak polisi menjelaskan apa yang terjadi kepada Deki.     

Deki termenung mendengar apa yang di katakan pak polisi. Dia tidak tahu istrinya akan selamat atau tidak. Dia tidak mau kehilangan istrinya. Dia belum siap untuk kehilangan istrinya. Tidak berapa lama dokter keluar dan menemui Deki dan pak polisi.     

"Bagaimana dokter dengan istri saya? Dia baik saja bukan?" tanya Deki dengan wajah penuh harap.     

"Maafkan kami. Istri anda meninggal dunia. dia kehilangan banyak darah. Kepalanya juga pecah dan kami tidak bisa menghentikan darahnya. Maafkan kami. Anda bersabar ya pak Deki." Dokter akhirnya mengungkapkan bahwa Lina meninggal.     

"Tidak mungkin, Lina tidak meninggal, dia tidak meninggal dokter. tolong periksa lagi, obati dia lagi, aku mohon padamu dokter. Aku mohon padamu!" teriak Deki dengan kencang.     

Suster yang bersama Deki berusaha menenangkan Deki yang berteriak memanggil Lina. Dokter yang berada di sana memberikan penenang kepada Deki agar Deki tenang. Deki yang di suntik akhirnya tenang dan tertidur.     

"Bawa saja ke ruangannya, saya akan menjahit korban. Tolong hubungi kerabatnya yang lain." Dokter memerintahkan kepada suster untuk membawa Deki ke kamarnya kembali.     

Dari kejauhan terlihat Diman sedang mengintai sahabatnya yang tengah berduka. Dia sebenarnya sedih tapi dia bisa apa. Diman tersenyum melihat kerja anak buahnya membuahkan hasil.     

"Sekarang giliran wanita Bram. Dia korban selanjutnya. Sudah cukup dia berleha-leha. Sekarang aku akan buat dia menjadi tumbal dan menjauhkan aku dari Narsih." seringai keluar dari sudut bibir Diman.     

Diman meninggalkan rumah sakit. Dia tidak mau untuk melihat adegan yang akan membuat dia merasa menyesal karena sudah membuat rekannya ini menderita. Berita kecelakaan tersiar di televisi. Bram yang melihat berita tersebut terkejut, dia tidak menyangka jika istri Deki meninggal dunia.     

"Aku tidak menyangka istri Deki meninggal kecelakaan. Mana dia lagi sakit lagi. Sungguh mengerikan sekali, apa ini karma dia ya?" tanya Bram dalam hati.     

Bram mulai tidak nyaman dengan yang namanya karma. dia takut jika terjadi pada dirinya. Bram mengusap wajahnya dengan kasar dan dia tidak tahu harus berbuat apa-apa lagi. Saat ini dia harus menghindari Narsih dan mimpi itu.     

"Bram, kamu kenapa? Kok melamun saja?" tanya nona kepada Bram yang melamun.     

Bram yang terkejut mengelua dadanya dengan pelan. Dia tidak menyangka Nona mengagetkan dia. Nona menyengitkan keningnya melihat Bram terkejut.     

"Kamu buat aku terkejut ya. Aku tidak menyangka kamu ke sini. Ada apa hmm?" tanya Bram kepada Nona.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.