Dendam Winarsih

Tega Sekali



Tega Sekali

0"Siapa orangnya yang sudah membuat istriku meninggal, dia tahu masalahku. Tidak-tidak, dia tidak tahu. Lina hiks, aku tidak bisa memaafkan diriku ini, aku salah Lina, aku benar-benar salah padamu. Siapa yang tega melakukan ini padamu Lina! Tega sekali mereka padamu Lina hiks!" Deki menangis sesenggukan karena Lina dibunuh karena mengetahui masalah di masa lalu.     

Deki mengambil bingkai foto Lina, Deki melihat dan memeluknya, dia benar-benar menyesal tidak mengatakan pada Lina hal yang sebenarnya, bodoh amat jika dia membencinya, asal Lina masih hidup.     

"Apa dia Bram yang memberitahukannya? Atau Diman? Bukannya Diman yang berada di rumah sakit dan mengetahui segalanya juga bertemu terakhir kalinya di sana? Apa dia orangnya?" tanya Deki yang penasaran dengan orang yang di katakan oleh Narsih.     

Deki menghapus air matanya dan mengecup bingkai foto Lina. Dia menangis sambil mengusap pelan bingkai fotonya Lina. Hancur hati Deki melihat gambar istrinya yang dia cintai.     

"Tenanglah di sana ya, aku akan selalu merindukanmu, aku sangat merindukanmu. Aku akan mencari siapa yang sudah membunuhmu sayang, aku janji akan mencari mereka," gumam Deki sembari mengusal bingkai foto istrinya.     

Narsih sudah puas karena sudah memberitahukan ke salah satu pembunuh bahwa istrinya di bunuh oleh temannya sendiri. Narsih juga sudah pergi dari hadapan Nona setelah dia memberitahukan ke Nona untuk segera mengambil jimat itu.     

Esok harinya Deki melakukan aktifitas seeprti biasa. Dia mengurus anaknya seperti yang di lakukan oleh Lina. Mereka belum sekolah karena libur beberapa hari.     

"Pa, bisa kita ke makam mama? Aku tadi malam mimpi melihat mama sedih dan menangis. Aku tanya kenapa, mama tidak menjawabnya." Anak sulung Deki mengutarakan apa yang dia rasakan saat ini.     

"Boleh kita akan ke sana. Kalian makan lah dulu, setelah itu kita ke sana ya." Deki tidak tega melilhat anaknya meminta kepada dirinya terlebih lagi mintanya ke makam ibu mereka.     

Selesai makan, Deki dan anak-anaknya pergi ke makam Lina. Deki merasa hatinya hancur karena dia anak-anaknya kehilangan ibunya dan karena pembunuh itu juga dia haurs kehilangan ibu dari anaknya.     

Dua jam perjalanan, Deki sampai ke makam Lina. Deki dan anak-anak langsung ke tempat Lina di semayamkan. Tanah masih merah, bunga-bunga yang di tabur masiih terlihat segar. Deki meletakkan bunga yang dia beli tadi sebelum tiba di tempat peristirahatan istrinya.     

"Mah , kami rindu mama, kami ingin mama dada di sini. Kenapa mama cepat sekali meninggalkan kami di sini bersama papa." anak Deki menangis di depan makan ibu mereka.     

Deki tidak kuasa untuk menahan air matanya melihat anaknya menangis seperti itu. Dia sungguh sedihan terluka. Deki hanya bisa menguatkan anaknya agar anaknya tegar.     

"Jangan menangis sayang, mama tidak akan tenang jika kamu seperti ini. Mama butuh doa anak yang terbaik." Deki mengusap rambut anaknya dia ikut larut dalam kesedihan anaknya.     

Setengah jam Deki dan anaknya berada di makam Lina. Mereka memutuskan untuk pulang. Deki mengenggam tangan anaknya dan bangun sambil menatap makam Lina.     

"Lina, aku akan mencari tahu penyebab kematianmu. Jika sahabatku yang mrelakukan ini padamu maka aku akan membalasnya lebh dari ini. Aku harap kamu tenang di sana. maafkan atas semua kesalahan yang aku lakukan padamu ya sayang." Deki pergi meninggalkan kuburan dan langsung berjalan menuju parkiran mobil.     

Mobil Deki bergerak membelah jalan menuju rumahnya. Deki ingin istirahat sebelum di bekerja esok hari. Sampai di rumah anak-anak Deki langsung masuk ke dalam kamar masing-masing. Deki berjalan ke arah ruang kerja, dia hari ini akan bertemu Diman. Deki duduk di kursi kebesarannya sambil menunggu Diman. Ponsel Deki berdering dia langsung melihat siapa yang menelpon dirinya.     

"Ini nomor siapa ya?" tanya Deki kepada dirinya sendiri.     

Deki membiarkan telpon berdering beberapa kali, karena dia merasa terganggu akhirnya Deki mengangkat ponselnya.     

"Pagi pak Deki, kami dari kantor polisi. Kami mau sampaikan ke bapak. Kami ingin pak Deki datang ke kantor kami untuk memberikan keterangan dan kami akan memberitahu apa yang terjadi dengan kecelakaan istri bapak berdasarkan temuan dii lapangan. Apa bisa bapak datang ke kantor kami hari ini?" tanya pak polisi kepada Deki.     

Deki yang mendengar kabar dari polisi mengenai kecelakaan istrinya pun tidak menyia-nyiakan semuanya. Deki mengiyakan permintaan pak polis padanya.     

"Baik, saya akan ke sana sekarang. terimakasih informasinya ya pak." Deki mengucapkan terima kasih atas pemberitahuan dari pihak polisi mengenai kronologis kecelakaan Lina.     

Deki bangun dari kursinya dia langsung keluar dan bertemu supir. "pak, antar saya ke kantor polisi yang di simpang lampu merah. Cepat ya pak." Deki memrintah sang supir untuk mengantar dia ke sana.     

"Baik pak Deki." Supir bergegas ke luar dan membuka kan pintu untuk Deki. Deki masuk dan duduk di belakang. Supir bergegas naik ke mobil dan duduk di bangku kemudi.     

Mobil Deki keluar dari rumah dan melaju menuju kantor polisi. Deki berharap ini hanya kecelakaan biasa. Dia tidak mau terpengaruh dengan omongan Narsih yang sebenarnya dia musuhnya. Satu jam perjalanan Deki tiba di kantor polis. Supir membukakan pintu untuk majikannya Deki merasa langkah kakinya berat, dia masih berpikiran positif dia tidak mau terpengaruh sdikitpun dengan Narsih.     

"Permisi saya mau bertemu komandan kalian tadi saya di telpon oleh beliau, katanya dia mau mau membicarakan maslah kecelakaan istri saya. Deki menjelaskan kepada anak buah komandan yang berada di meja resepsionois.     

"Dengan pak Deki ya?" tanya anak buah komadan polisi.     

"Iya, saya Deki. Apa komandan ada ?" tanya Deki kepada anak buahnya komandan polisi.     

"Ada pak. Mari saya antar bapak ke dalam." Anak buah komandan polisi mengantar Deki ke dalam ruangan komandanya.     

Anak buah komandan mempersilahkan kepada Deki untuk masuk ke ruangan komandanya. Komandan yang bertemu dengan Deki langsung bangun dan menyambut Deki.     

"Silahkan masuk pak Deki. Saya Rudy. Saya yang menangani kasus istri anda. Silahkan duduk dulu. Tolong bawakan minum untuk pak Deki ya." pinta komandan Rudy kepada anak buahnya.     

"Tidak perlu repot-repot ya. Saya mau tahu kronologis kecelakaan istri saya. Maaf saya belum sempat menghubungi anda, saya masih berduka dan menenangkan anak saya yang kehilangan ibu mereka." Deki menjelaskan ke komadan Rudy kenapa dia tidak mengabari beliau dan bertanya apa yang terjadi.     

"Kecelakaan istri anda karena remnya blong dna kami sudah selidiki jika remnya seperti terpotong. Ada yang sengaja memotong remnya. Tapi kami masih menyimpulkan saja dari penyelidikan awal, belum menyeluruh. jika sudah menyeluruh dan dapat hasil yang real kami akan kabari anda selaku suami korban." penjelasan komandan Rudy membuat Deki lemas dia tidak percaya jika ada yang melakukan itu ke istrinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.