Dendam Winarsih

Balas Dendam Deki



Balas Dendam Deki

0"Pak komandan kapan saya bisa mendapatkan kabar siapa yang membunuh istri saya?" tanya Deki.     

"Kita masih menyelidikinya pak Deki. Anda sabar saja ya, saya yakin kita akan menemukan siapa dalangnya. Anda jangan khawatikan masalh itu. Serahkan pada saya. telpon istri anda juga akan saya selidiki kita akan lihat panggilan terakhir dia ke siapa. Dari situ kita akan tahu dia kemana dan berjumpa siapa. Kami harap anda sabar dan jangan memberitahukan ke siapapun. Saya tidak mau kasus ini terungkap dan pelakunya kabur. Anda pahamkan maksud saya pak Deki," ujar pak komandan Rudy kepada Deki.     

"Saya paham pak komandan, saya akan merahasiakan ini pada semua orang. Saya mohon pada anda tolong usut kecelakaan istri saya. Saya mau tahu apa motifnya sampai membunuh istri saya." Deki menatap pak komadan Rudy dengan penuh harap agar dapat menangkap istirnya.     

"Saya pasti akan mengabari anda. Anda jangan khawatirkan itu pak Deki. Mohon kerja samanya ya," ujar pak komandan kepada Deki.     

Deki pun izin pulang dari ruangan pak komandan. Pak komadan dan Deki bersalaman. Komadan mengantarkan Deki ke luar. Deki pergi dari kantor polisi. Deki melihat mobilnya sudah berada di depan lobby menunggu Deki .     

"Pak kita kembali pulang saja. Saya tidak ke kantor dan satu lagi jangan katakan kalau saya dari sini ya. Saya tidak ada yang mau tahu saya kemana hari ini. Cukup kita saja yang tahu ya." Deki meminta supir pribadinya tidak memberitahukan kepada siapapun mengetahui dia ke kantor polisi.     

"Baik pak. Saya akan tutup mulut. Semoga kasus ibu bisa cepat selesai." pak supir mendoakan almh majikannya dengan tulus.     

"Terima kasih banyak pak." Deki senang masih ada yang peduli dengan istrinya itu.     

Mobil meninggalkan kantor polisi menuju kerumah. Diman yang sudah berada di rumah Deki di minta untuk tunggu. Diman heran kenapa Deki tidak memberitahu dia pergi. Diman khawatir jika Deki sudah tahu jika dia lah yang membunuh Lina. Diman gelisah dan duduknya tidak tenang, dia gagal mengkambing hitamkan Bram yang akan menjadi target untuk memuluskan rencananya.     

Brummm ... brummm ...     

Mobil Deki tiba di rumah. Diman berusaha untuk tenang agar Deki tidak curiga dengan dia, Deki masuk ke dalam rumah dan terlihat Diman sudah berada di dalam rumahnya.     

"Man. sudah lama datangnya? Aku ada urusan tadi. Ayo kita ke ruanganku, aku mau kita bicara di dalam saja. Tidak enak bicara di sini." Deki berjalan ke dalam ruangan bersama Diman.     

Sampai di dalam ruangan kerja, keduanya duduk santai. Pelayan memberikan tamu dan majikannya minuman. Sekarang tinggal Diman dan Deki di ruang itu.     

"Apa anak buahmu sudah ketemu Man?" tanya Deki.     

Diman menghela nafas panjang, dia sudah tahu jika anak buahnya ke tangkap oleh Bram. Deki yang melihanya sudah tahu jawaban dari Diman.     

"Kita tidak bisa membuat Bram itu membantu kita. Dia tetap mau wanita itu menjadikan miliknya. Kita hanya bisa menunggu dia lengah saja. Tapi dia tidak akan lengah apa lagi kita sudah ketahuan oleh dia jadi kita akan susah mendekati dia." Deki hanya bisa menghela nafas karena tidak bisa mendekati Nona.     

"Aku punya ide yang mungkin akan membuat Bram tidak bisa berkata apa-apa dan dia akan menurutinya. Kamu tunggu saja, aku akan buat dia hancur." Diman tersenyum smirik ke arah Deki.     

Deki menyerngitkan keningnya. Dia heran rencana apa yang di katakan oleh Diman."kamu mau merencanakan apa Man? Kamu tidak berniat membunuh dia kan?" tanya Deki yang takut jika Diman membunuh Bram. Yang ada bukannya selesai masalahnya, malah makin melebar.     

Diman melihat Deki yang sedikit ketakutan dengan rencananya. "kamu tenang saja ya, aku akan urus semuanya. Kapan kamu akan bertemu dengandukun itu lagi?" tanya Diman pada Deki     

"Tunggu wanita itu kita tangkap, baru kita ke sana. percuma juga kita ke sana tapi tidak ada wanita itu."     

"Baiklah. aku harap kita bisa dapat wanita itu ya." Diman berharap wanita bersama Bram bisa dia dapatkan dalam waktu dekat.     

"Deki. apa semalam kamu di datangi oleh Narsih? Dia muncul di depanku. Aku benar-benar takut, saat dia datang di depanku. Dia menyeramkan dan katanya Lina dibunuh orang dan katanya orang yang dekat dengannya. Aku rasa Bram yang membunuh dia." Diman mulai membuka celah untuk mempengaruhi Deki.     

Deki yang mendengar perkataan Diman terkejut. Dia tidak menyangka jika Diman mengatakan kalau Lina dibunuh dan yang bunuh adalah Bram.     

"Kamu yakin Diman jika yang bunuh itu Bram? kita tidak bisa nuduh dia. Kita tidak punya bukti sama sekali. Bram dan Lina sepupu, dia tidak mungkin dia yang melakukannya. Mereka jarang bertemu jika tidak ada yang penting tapi kalau pun ada dia tidak akan datang. Aku sudah paham dengan dia." Deki masih belum percaya jika Bram yang membunuh Lina.     

"Aku hanya menduga saja. Tapi itu dari Narsih. Dia datang dan memberitahukan kepadaku. Aku tidak percaya tapi mau bagaimana lagi, Narsih tidak mungkin bohong kan." Diman lagi-lagi menghasut Deki agar dia percaya..     

Deki masih diam dan tidak berkata apa pun. Karena dia tidak mau nuduh tanpa bukti dari polisi. Deki hanya tersenyum kecil Diman yang mellihat Deki tersenyuim ikut tersenyum karena dia merasa jika deki percaya padanya.     

"Aku pulang dulu ya. Kamu kabari aku jika anak buahmu dapat info yang penting. Aku mau ke rumah sakit untuk melihat Deka kamu mau ikut aku ke sana?" tanya Diman.     

"Nanti saja ya. aku ingin bersama anak-anak dulu saja. Mereka butuh aku. Titip salam saja dengan istrinya ya." Deki tidak ingin pergi kemana-mana dia ingin bersama anaknya saja di rumah.     

"Ya sudah. Nanti aku kabari jika Deka sudah sadar ya." Diman meninggalkan ruang kerja Deki.     

Sepeninggalan Diman, Deki mengusap wajahnya dia tidak tahu harus percaya pada siapa. Narsih memang datang ke hadapan dia tapi dia tidak mengatakan siapa yang membunuhnya, dia hanya tahu teman dekat tapi siapa pikirnya. Jika benar itu kedua temannya, maka dia yang akan membunuh mereka dengan tangannya. Balas dendam Deki akan dia lakukan jika dia tahu siapa yang membunuh anaknya.     

"Aku yakin bukan Bram yang melakukannya. Karena yang tahu itu hanya aku dan Diman. Aku harus menunggu kabar dari polis. Aku mau tahu panggialn terakhir Lina ke siapa" Deki benar-benar tidak bisa berpikir saat ini. Dia ingin kembali ke kamar dan ingin mellihat foto Lina dan memeluknya. Terlambat tapi mau bagaimana lagi. Sudah terjadi tidak bisa diputar kembali.     

Ceklekk!     

Pintu terbuka, Deki masuk dan berjalan menuju ranjangnya. Deki mengambil foto Lina bersama dia dan anak-anak. Setetes air mata keluar begitu saja di sudut mata Deki.     

"Lina. aku rindu kamu. Aku tidak bisa jauh darimu. Aku harap kamu tidak marah dengan keslahan aku di masa lalu. Deki selalu menyesal karena masa lalunya yang kejam dan tidak berhati itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.