Dendam Winarsih

Menjauh Atau Mati



Menjauh Atau Mati

0"Kita harus pergi dari sini Odoy, kita tidak mungkin berada di sini yang ada. Jika beerada di sini bisa mati kita. Aku tidak mau dibunuh oleh bos Bram." anak buah Odoy meminta bosnya untuk pergi dari tempat penyekapan.     

"Aku tidak tahu kita mau lewat mana. Kamu lihat gedung itu tidak ada jendela sama sekali tembok smuanya. Apa mungkin kita bisa keluar. Bos Bram tidak bisa kita anggap enteng penngawalnya juga tidak bisa kita pandang sebelah mata. Jadi lebih baik kita menjauh atau mati pilihan kita jika terus melawan dia." Odoy menjelaskan apa yang terjadi.     

Odoy tahu jika bos Bram bukan orang sembaranagan dia orang yang berkuasa. Suara yang cukup keras terdengar di telinga mereka. Anak buah Bram saling pandang satu sama lain. Mereka tidak ada yang berbicara karena suara yang cukup keras mereka dengar.     

"Kamu cek sana, siapa tahu ada orang yang datang ke sini," ujar anak buah Bram yang satunya.     

Rekannya bangun dari tempat duduk dan mencari di mana arah suara. Anak buah Bram yang mencari asal suara binggung tidak ada sama sekali yang jatuh. Narsih yang berada di pojokan menatap ke arah anak buah Bram.     

"Tidak ada siapa-saiapa pun. Tapi, suara tadi sangat kencang dan berasal dari sini." anak buah Bram menggaruk rambutnya.     

Anak buah Bram yang ingin kembali ke rekannya yang lain tanpa sengaja melihat bayangan putih yang sekelibatan. Anak buah Bram terdiam dan mulai menggigil.     

"Apa yang terbang tadi ya? Apa di sini ada hantu? Aku harus segera pergi dari sini." anak buah Bram berjalan dengan cepat menuju ke tempat temannya.     

Narsih memberikan tanda kedatangannya. aroma melati tercium dengan sangat kuat dan aroma lain juga terdengar. Anak buah Bram yang ingin berbelok ke ruangan yang di mana ada rekannya terkejut karena dia melihat bayangan wanita yang berdiri di depannya.     

"Si-siapa di sana?" tanya anak buah Bram yang bernama Dudi.     

Dudi menelan salivanya karena melihat sosok yang dia masih belum jelas melihatnya. Sosok itu berdiri di tempat yang gelap. Narsih berjalan pelan dan dengan cepat gerakkan narsih sampai di depan Dudi. Dudi yang bisa melihat sosok itu hanya bisa mengangga dan tidak bisa berkata apa-apa. Narsih terseneyum menakutkan dan membuat bulu kuduk merinding.     

"Aku pinjam tubuhmu. Hanya sebentar saja." Narsih dengan cepat masuk ke dalam tubuh Dudi bagai angin.     

Dudi yang sudah kerasukkan arwah Narsih mulai berkelakuan aneh. Wajahnya pucat dan jalannya juga pelan dan tangannya selalu di lentikkan. Dudi atau Narsih masuk ke ruangan di mana tahanan Bram di tahan dan rekan Dudi berada.     

"Kamu kenapa lama sekaali?" tanya rekan Dudi si Bob.     

"Aku tadi cek di sekeliling. Tidak ada apa-apa aku cek aman saja. Suara itu mungkin suara kucing atau binatang malam." Narsih menjelaskan apa yang terjadi. Bob hanya diam saja tidak bertanya lagi.     

Bob yang melihat Dudi beda dengan yang tadi mulai curiga. dia tidak melihat Dudi yang banyak bicara. Bob menyikut lengan Dudi dan memberikan dia rokok.     

"Mau rokok tidak?" tanya Bob kepada Dudi.     

Dudi mengambil rokok yang diberikan oleh Bob. Narsih yang berada di tubuh Dudi tidak mengerti cara menggunakannya. Dia melihat rokok yang di kasih. Narsih hanya membulak balikkan rokoknya.     

"Dudi, kamu kenapa? Kenapa kamu melihat rokok seperti itu? Aku lihat kamu aneh sejak ulang dari mengawasi di luar sana. Apa kamu kesambet ya? Rokok yang biasa kamu hisap di bolak balik seperti itu. Kamu tidak suka ya?" tanya Bob kepada Dudi.     

Narsih yang berada di tubuh Dudi geleng kepala. Dia membuang rokok itu dan memandang ke arah Bob dengan tatapan tajam. Rekan Bob yang lainnya menatap Dudi dengan tatapan yang sedikit ketakutan.     

"Aku rasa dia bukan Dudi lah, lihat saja lingkar matanya hitam dan aku yakin dia kesambet penunggu sini." rekannya memandang ke arah Dudi.     

Anak buah Diman yang di ikat mendengar percakapan mereka berdua. "bos Odoy, aku rasa teman mereka kerasukkan. Lihat saja itu wajahnya terlihat aneh dan kakinya itu lihat saja menggantung dan lurus gitu, kata nenek aku itu tandanya dia kerasukkan." anak buah Odoy menjelaskan apa yang terjadi dengan anak buah Bram.     

"Sudah biarkan saja, kita duduk di sini saja. Jangan ikut campur, yang ada kita akan di bunuh. Aku masih ingin hidup lagi. Kalau kamu mau ikut campur silahkan." Odoy memandang anak buahnya yang terus memperhatikan anak buah bos Bram yang katanya kerasukkan.     

Tap ... tap ...     

Langkah kaki terdengar dan itu ada lah Bram yang masuk ke dalam ruangan tempat anak buah Diman di sandera. Bram melihat anak buahnya berdiri dan memberikan hormat kepadanya. Beda dengan Dudi yang masih duduk tidak peduli sama sekali.     

"Hei, kamu berdiri cepat. Bos Bram datang ini. kenapa kamu hanya diam saja?" tanya Bob kepada Dudi.     

Dudi memandang ke arah Bob dan menatap tajam ke arah Bob. Bram yang melihatnya hanya diam dan melipatkan tangannya ke arah Dudi.     

"Kenapa dia? Apa dia orang baru? Atau orang lama? Kenapa kelakuannya aneh sekali. apa kalian tidak memberitahukan aku siapa ke dia?" tanya bram yang mulai kesal.     

bob merasa tidak enak dengan bosnya. dia mendekati dudi dan mengajaknya berdiri tapi bukannya berdiri narsih memandang tajam ke arah bram dan mendekati bram dengan sangat dekat.     

"Kenapa kang Bram kamu tidak mengenali saya lagi?" tanya Narsih yang memandang Bram dan tersenyum ke arah Bram.     

Bram yang tahu siapa mulai mundur, dia tidak menyangka jika narsih masuk ke dalam tubuh anak buahnya. Dia mengigil karena Narsih tersenyum dan tiba-tiba keluar dari tubuh Dudi dan tertawa kencang.     

Hahahahahha     

Narsih terbang ke sana ke mari, Bram yang melihat Narsih terbang sambil tertawa. Bram terus memandang ke atas dan Narsih. Narsih mendekati Bram sekali lagi. Dia melihat Bram dengan mata yang dalam dan tajam.     

"Jauhi Nona, jangan kamu dekati dia, jika tidak ingin aku membunuhmu, jangan bermimpi memiliki dia Bram, jangan pernah bermimpi kamu," ucap Narsih dengan suara dingin tapi menakutkan.     

Bram yang mendengar nama Nona di sebut seketika tersenyum, dia takut ya, tapi dia tidak menunjukkan kalau dia takut dengan Narsih.     

"Aku dekat dengan Nona itu urusanku, jangan berpikir aku akan melepaskan dia, ingat baik-baik aku tidak akan pernah meninggalkan dia, kamu ancam seperti apa pun tidak akan pernah aku turuti. Atau kamu cemburu aku dekat dengan Nona? Kalau iya aku senang, tapi aku sedih karena apa? Karena aku tidak akan pernah mau dengan kamu, kamu sudah sampah dan tidak akan bisa di pakai lagi. Dan juga kamu itu sudah tiada lagi, kamu bisa lihat diri kamu seperti apa? Menjijikkan sekali." Bram menghina Narsih tanpa ada perasaan.     

Narsih yang di hina langsung menjerit histeris, dia mengambil golok tapi saat mau menancapkan ke Bram jimat Bram membuat Narsih mengurungkan niatnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.