Dendam Winarsih

Tidak Punya Hati



Tidak Punya Hati

0"Kamu memang nggak punya hati sama sekali, aku tidak menyangka kamu seperti ini, aku merasa kamu tidak punya hati sama sekali, aku benar-benar tidak menyangka, kamu benar-benar menjijikan Bram." Narsih memandang Bram dengan tatapan penuh amarah golok yang ingin di acungkan ke Bram tidak bisa karena jimat yang Bram gunakan.     

"Ingin bunuh aku? Silakan kalau kamu bisa perempuan busuk, aku tidak akan pernah melarangmu untuk membunuhku, ayo sini mana yang kamu mau bunuh aku, sini apa sini?" tanya Bram pada Narsih yang sudah siap dengan goloknya.     

Akhhhh!     

Narsih menjerit histeris karena dia tidak bisa membunuh Bram. "tunggu aku Bram, aku akan membunuhmu segera, aku akan membunuhmu cepat atau lambat aku akan membunuhmu, bersiaplah," ucap Narsih dengan pandangan tajam.     

Bram hanya tersenyum mengejek ke arah Narsih, jelas membuat Narsih menjerit dan pergi dari hadapan Bram. Bram hanya bisa bernapas lega karena Narsih sudah pergi. Bram melihat Dudi yang pingsan.     

"Bangunkan dia dan ingat awasi mereka semua. Jangan sampai aku melihat mereka lepas, jika mereka lepas maka aku yang akan membuat nyawa kalian lepas. Paham itu?" tanya Bram dengan wajah datar.     

"Paham bos." Bob mengiyakan apa yang di katakan oleh Bram.     

Bram pergi dari gedung tua itu. Dia senang karena bisa membuat Narsih kalah telak. Sampai di mobil Bram termenung, dia memikirkan apa yang dikatakan oleh Narsih tadi.     

"Dia masih mengincarku, aku tidak bisa tinggal diam, jika aku melepaskan Nona maka aku akan dikejar oleh Narsih. tidak-tidak, aku tidak akan buat Nona menjauh dari aku, aku akan buat Nona terikat dengan aku. bagaimana caranya aku bisa terikat dengan dirinya." Bram pusing bagaimana caranya membuat Nona menikah dengannya.     

Sepanjang perjalanan Bram terus memikirkan caranya, dia tidak mempunyai ide sama sekali, Nona belum mau dia nikahi, dia tidak boleh memaksa Nona, yang ada dia lari dan membenciku.     

"Pak Bram, kita sudah sampai di kantor, silahkan pak Bram." supir membuka pintu untuk Bram.     

Bram turun dari mobil dan berjalan dari lobby menuju ruangannya. Sampai di ruangan kerja, Bram di beritahu oleh sekretaris ada tamu untuk Bram.     

"Pak ada tamu, beliau teman anda pak. Pak Diman," ujar sekretaris Bram.     

Bram yang mendengar Diman ke kantornya tersenyum smirk dia akan berpura-pura tidak tahu mengenai masalah yang Diman hadapi. Bram membuka pintu dan terlihat Diman duduk dengan anteng di sofa sambil minum teh.     

"Wah, lihat ini siapa yang datang. Tuan Diman, tetiba datang dan pergi begitu saja seperti jelangkung. Ada apa ke sini?" tanya Bram yang duduk di depan Diman dengan gaya angkuhnya.     

Diman bisa sabar karena dia tahu tidak mudah untuk membuat Bram hancur, salah sedikit bisa dia yang hancur lebih dari dia menghancurkan mereka.     

"Aku hanya berkunjung dan kamu temanku, jadi aku akan pergi ke sini dalam rangka silaturrahmi. Apa tidak boleh?" tanya Diman dengan wajah santai.     

"Wahhh, ada angin apa ini ke sini? Apa aku tidak salah hnm? Apa aku tidak mimpi kamu datang ke sini. Diman-Diman, sudah katakan apa maumu. Jangan sok lugu dan polos kamu. Aku tidak punya waktu." Bram langsung to the point dia ingin tahu apa yang mau Diman katakan.     

"Serahkan dia secara baik-baik, aku hanya mau dia, aku juga tidak mau karena dia persahabatan kita hancur Bram. Kamu tahu bukan, aku tidak mau itu. Jadi serahkan saja dia, setelah itu kita tidak perlu bertemu dengan hantu sialan itu." Diman langsung meminta Nona kepada Bram.     

Bram yang mendengar apa yang Diman katakan hanya mengepalkan tangannya. Dia benci ada orang yang meminta miliknya apa lagi di rampas baik di rampas paksa atau pun tidak.     

"Kamu bilang apa tadi? Aku tidak paham dan tidak dengar apa yang kamu katakan Diman. kamu mau wanita? Wanita mana? Apa istrimu tidak kurang? Atau istrimu tidak layak untuk kamu bawa ke ranjang? Makanya kamu meminta aku mencari wanita." Bram lagi-lagi mengejek Diman yang menginginkan sesuatu.     

"Tutup mulutmu Bram, aku tidak bercanda. serahkan wanitamu, aku akan menyerahkan ke dukun untuk melindungi kita dari wanita sialan itu. Aku tidak ingin terus-terusan di teror olehnya Bram, aku mohon padamu Bram serahkan dia. Jangan egois kamu Bram, aku tidak menyangka kamu lebih memilih dia dari kami sahabatmu, gila kamu Bram. Aku tidak menyangka kamu membuat kami seperti ini, kamu ingin kami jadi tumbal dia iya? Tega kamu Bram. Kamu tidak pernah punya hati sedikit pun untuk kami," ucap Diman kepada Bram.     

"Aku tidak punya hati? Apa tidak salah kamu bilang aku tidak punya hati. Kamu yang tidak punya hati, bukan aku. Kamu mengorbankan orang lain, demi kepentingan kamu sendiri, sial kamu Diman," hardik Bram kepada Diman.     

Diman yang mendengar apa yang Bram katakan terdiam. Dia tahu kalau Bram menyindirnya. Tapi, Diman berusaha tenang dan tidak terkecoh sama sekali.     

"Kenapa Diam? Tidak bisa bicara kamu? Hahaha! Ini lah yang di namakan menusuk dari belakang, sialan kamu Diman. apa salah dia padamu akhhh!" teriak Bram.     

Bram benar-benar kesal karena Diman tidak bisa menahan egonya. "apa maksudmu Bram? Aku tidak mengerti sama sekali dengan apa yang kamu katakan," ucap Diman dengan wajah yang tidak bersalah.     

Bram yang mendengar apa yang Diman katakan mulai emosi, dia bangun dan memukul Diman dengan kencang. Amarah Bram sudah menggebu dan membuat dia tidak bisa menahan amarahnya.     

Bughhh ... bughhh ..     

"Aku yang akan membunuhmu Diman, bukan Narsih yang membunuhmu tapi aku. Sialan kamu Diman. Kamu tidak punya hati sama sekali, aku benar-benar membencimu Diman!" teriak Bram dengan wajah merah padam.     

Sekretaris Bram yang mendengar kegaduhan buru-buru memisahkan Bram dan temannya itu.     

"Bos, tenang bos. Jangan emosi bos," ujar sekretaris Bram kepada bosnya.     

"Pinggir kamu, jangan pisahkan kami, aku ingin dia tahu, jika aku akan membuat dia menemui malaikat mau segera. sin1i kamu Diman sialan!" teriak Bram yang meronta-ronta.     

Bram kesal dan sedih, sepupunya meninggal dalam keadaan yang tidak wajar dia benar-benar sedih. Terlebih yang bunuh adalah teman suaminya sendiri.     

"Aku melakukannya untuk kita, dia sudah tahu kita pelakunya, dia akan melaporkan kita tahu kamu!" teriak Diman dengan kencang.     

"Tapi tidak seperti itu juga Diman. Dia wanita, punya anak, mana hati nuranimu hahh? Apa sudah mati hati nuranimu Diman? Apa sudah tidak ada sedikitpun rasa simpatimu?" tanya Bram dengan suara rendah.     

Diman yang mendengarnya terdiam. Dia baru menyadari kalau dia salah. Dia terlalu egois dan terhasut oleh setan. Dia tidak memikirkan tentang anak dari Lina. Diman terduduk begitu juga dengan Bram.     

"Apa yang harus aku katakan pada Deki?" tanya Diman pada Bram.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.