Dendam Winarsih

Gelisah



Gelisah

0Narsih yang sudah merasa tenang akhirnya bisa tersenyum kembali. Dia tidak akan ikut campur dengan urusan teman-temannya Bram. Dia akan fokus pada dendamnya.     

"Narsih. kamu tidak mau pergi periksa Nona, aku khawatir dengan dia. Aku tidak mau nona kenapa-napa." Dino meminta Narsih untuk mengawasi Nona di rumah Bram.     

Ian dan yang lainnya memandang ke arah Dino. "Dino. Kamu tidak percaya dengan Nona? Ayo lah Dino, jangan buat kami mengira kalian ada hubungan yang serius. Apa kalian pacaran?" tanya Ian yang menatap curiga ke arah Dino.     

Semua melihat ke arahnya. Dino berpura-pura tidak tahu dan tidak melihat. Ian yang melihat kelakuan Dino bersedih. Paijo dan mang Dadang memicingkan matanya melihat ke arah Dino. Dino salah tingkah dia tidak tahu harus berbuat apa.     

"Kenapa kamu malu Dino. Jika kamu benar-benar cinta pada dia ya sudah lanjutin aja, jangan risau jika Nona itu lari dari kamu. Nona setia orangnya kamu jangan memikirkan apapun. Paham tidak kamu Dino?" tanya mang Dadang kepada Dino.     

"Dia gelisah mang. Makanya dia berkata seperti itu pada mbak manisnya. Kamu bilang ke Nona jaga cinta kita berdua. Eh, ngomong-ngomong bagaimana kabar dari dukun yang selalu kirimkan kita arwah yang mengerikan? Apa dia baik di tempatnya?" tanya Ian sekenaknya.     

"Dia menunggu Nona, karena kedua teman Bram ingin menjadikan Nona tumbal untuk ilmu gaibnya," ujar narsih kepada Dino.     

"Makanya mereka mau culik Nona kan?" tanya Ian kepada Narsih.     

Narsih menganggukkan kepalanya pelan. Narsih menghilang dari pandangan semua. Semua yang duduk di ruang tamu kaget karena Narsih pergi begitu saja.     

"Dia kemana ya? Kenapa lari dia? Kita marahkan dia kah?" tanya Ian yang heran kenapa Narsih pergi begitu saja.     

Semua tidak menemukan jawaban sama sekali. mereka terdiam melihat kepergian Narsih. Narsih pergi ke kantor Diman. Dia ingin tahu apa yang Diman lakukan. Diman yang pulang dari kantor Bram tidak kembali ke rumahnya dia pergi ke kantor untuk menenangkan diri.     

"Bram kamu terlalu bodoh memihak wanita sialan itu. Kenapa kamu memihak dia, kami temanmu. kami yang selalu bersama denganmu, kamu benar-benar bodoh Bram!" Diman geram dan memukul meja dengan kencang     

dia tidak peduli jika orang melihat dia seperti itu. dan beruntungnya kantor Diman sudah sepi.     

Diman yang pulang dari kantor Bram langsung ke tempat hiburan malam. Di seharian di sana, dan berakhir di kantor. Narsih memandang tajam ke arah Diman yang sedikit sempoyongan. Diman memandang kantornya dan melihat ke arah sudut ruangan ada sosok yang membuat dia terkejut setelahnya dia tertawa melihat sosok itu.     

"Mau apa kamu ke sini hmm? Apa kamu ingin membunuhku wanita sialan! Dasar wanita desa, kamu sudah membuat aku menderita, aku juga gelisah karena takut mati, itu semua karena kamu narsih sialan!" teriak diman dengan kencang.     

Narsih mendekati diman dan melihat Diman yang sangat menyedihkan. "jika kamu tidak ingin hidup atau tidak ingin gelisah silahkan kamu bunuh diri saja, aku tidak perlu mengotori tanganku ini. mudah bukan," ucap Narsih yang berusaha menghasut Diman.     

Diman melihat ke arah Narsih dan tersenyum bahagia. "hahaha.kamu benar sekali, kamu meminta aku bunuh diri kan, baiklah. Aku akan bunuh diri. Kamu mau kapan aku bunuh diri hmm? Sekarang atau besok?" tanya Diman kepada Narsih.     

"Sekarang saja. Kamu pasti senang bukan, tidak ada yang menganggu kamu dan aku tidak akan meneror kamu," ujar Narsih kepada Diman.     

Diman memandang ke arah Narsih dan menggapai tangannya ke arah Narsih tapi Narsih menghindari tangan Diman. Narsih tidak mau jimat Diman mengenai dirinya. Diman yang melihat Narsih menghindar menyerngitkan keningnya. Diman emosi karena Narsih menolak.     

"Kamu menghindari aku hahhhh! Kenapa kamu menghindari aku! Aku bukan pembunuh, dia yang pembunuh bukan aku!" pekik Diman dengan suara kencang.     

Diman emosi dan menghancurkan semua barangnya, Narsih menjauhi Diman dan tersenyum kecil, dia puas karena berhasil membuat Diman mengamuk.     

"Aku akan buat kamu menjadi gila, setelah itu jimat itu akan lepas dari tanganmu, giliran yang lain akan aku buat kalian menderita seperti yang aku rasakan selama ini." Narsih pergi dari hadapan Diman. Dia ingin ke tempat Bram dan melihat keadaan Nona tapi sebelum itu dia ke rumah Deki.     

Narsih yang sudah berada di rumah Deki melihat Deki bermain bersama anaknya, dia sedikit terharu melihat anak perempuan bermain. Anak Deki melihat ke arah Narsih dan bangun dari tempat duduknya. Narsih yang di dekati anak Deki menjauh.     

"Mama. Mama kenapa pergi dari aku. aku rindu mama, sini mah main sama aku," ucap Della anak Deki.     

Deki yang awalnya bermain terlihat melamun dia tidak ngeh dengan anaknya. Narsih pergi menghilang dari hadapan anak Deki. Della mengejar Narsih, dia membuka pintu dan melihat Narsih ke aras. Della ikut ke atas, Narsih berhenti di ruang keluarga dan melihat Della mengikutinya. Narsih berubah menjadi wanita cantik.     

"Pergi sana, jangan coba mendekati aku. Aku bukan mamamu, pergilah bersama papamu itu. Aku mau pergi," ucap Narsih yang mengusir anak Deki.     

Della mendekati Narsih dan memberikan boneka beruangnya. Narsih yang menerima boneka dari anak kecil tertegun, dia dilema ingin membunuh ayahnya tapi melihat anak kecil ini Narsih menjadi gelisah. Narsih memberikan boneka yang diberikan Della ke padanya.     

"Apa yang akan aku lakukan saat ini, aku tidak tega melihat anak ini." guman Narsih kepada dirinya sendiri.     

Keduanya bermain bersama dan tertawa, Narsih merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Setelah itu, Narsih menidurkan Della di kamarnya sembari bersenandung kecil. Narsih menepuk pelan paha Della hingga sang anak tertidur. Narsih menjauhi Della saat mendengar Deki memanggil anaknya. Narsih berdiri di sudut kamar sambil memandang ke arah Deki yang sudah masuk ke dalam kamar anaknya.     

"Della, papa cariin kamu, tapi kamu di sini. Tidur juga anak ini. Cepat besar ya nak, papa tidak tahu sampai kapan papa akan menjaga kamu. Apa papa bisa bersama kamu atau tidak nantinya, " gumam Deki dengan wajah sendu. Narsih memandang ke arah Deki dia juga melihat bagaimana Deki memperlakukan anaknya dengan baik dan penuh kasih saya.     

"Lebih baik aku pergi, aku tidak tega melihat mereka seperti ini," gumam Narsih yang pergi dari rumah Deki dengan menembus tembok.     

Narsih pergi ke rumah Bram, dia melihat Nona sedang solat, Narsih hanya bisa berdiri di sudut kamar dan menunggu Nona selesai solat. Narsih melihat betapa kusyuknya Nona menjalankan ibadah sholat isya, dia merindukan masa dia menjadi menjalankan semua ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.