Dendam Winarsih

Aku Kembali



Aku Kembali

0Narsih berada di rumah Dino dia melihat semua orang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Narsih melihat ke arah Ian yang menatapnya. Toni melihat ke arah ke duanya, dia heran dengan kedua sosok berbeda alam ini. Tidak pernah akur sama sekali.     

"Hei, kalian kenapa tidak pernah akur sama sekali, aku tidak tahu jika kalian satu alam, mungkin kalian pasangan serasi, dan banyak yang mendukung kalian," ucap Toni sembari terkekeh geli.     

Ian dan Narsih yang mendenganya hanya bisa menatap ke arah Toni dengan tatapan tajam. Toni yang di tatap hanya berdehem dan membuang muka. Dia takut karena keduanya menyeramkan, mang Dadang datang dan melihat ketiganya yang paling pandang tajam. Mang Dadang yang sedikit jahil duduk di tengah Ian dan Toni.     

"Aku kembali, kalian tidak menyambutku?" tanya mang Dadang kepada keduanya.     

Ian yang melihat kelakuan mang Dadang hanya mendengus kesal. Ian mengusap wajahnya dengan kasar, dia kesal mang Dadang jahil menganggu dia yang kesal dengan Narsih. Dino yang duduk di sebelah Ian menatap ke tiganya.     

"Apa aku ketinggalan sesuatu?" tanya Dino kepada ketiganya.     

Dino yang tidak mendapatkan jawaban dari ketiganya hanya bisa diam dan menghela nafas panjang. "mbak kenapa bisa di sini?" tanya Dino kepada Narsih.     

"Aku hanya ingin saja, tidak ada yang mau mengikuti kalian, dan tidak ada yang mau aku bunuh. Jadi, aku ke sini. Apa aku menganggumu?" tanya Narsih.     

"Tidak, mbak tidak ganggu. Mau di sini lama-lama juga tidak apa. Oh, ya mang. Bagaimana dengan teman Bram itu mang?" tanya Dino kepada mang Dadang.     

"Apa aku menganggu?" tanya mang Jupri yang datang mendadak.     

Semua orang yang melihat kedatangan mang Jupri terkejut, dia muncul begitu saja. "Jupri. Kamu kenapa ke sini?" tanya mang Dadang kepada mang Jupri.     

"Aku baru pulang dari sana, eh maksudnya baru pulang dari rumah sakit, aku penasaran dengan temannya Bram, dan kalian tahu ...," mang Jupri menghentikan ucapannya karena ke empatnya serentak memotong pembicaraan mereka.     

"Tidak!" teriak ke empatnya yang membuat membuat mang Jupri menunjukkan wajah masamnya.     

"Lanjutkan mang, mereka emang tidak menghargaimu mang. Aku berbeda dengan mereka semua, aku tidak seperti mereka, yang menyakiti mang Jupri.     

" Cih, kamu juga sama dengan mereka. Banyak sekali cerita kamu, sudah aku mau lanjutkan. Aku mendapatkan kabar tadi di rumah sakit, kalau dia sudah sadar dan dia sudah dipindahkan ke ruang lain. Apa kita tidak ke sana?" tanya mang Jupri.     

"Mang serius dia sudah sadar?" tanya Dino yang tidak percaya teman Bram selamat setelah dua kali koma.     

Mang Jupri mengangguk kepala pelan. "Mang ke sana karena masih belum mendapatkan apa yang mang inginkan. Jadi, aku ke sana dan dapat kabar itu, semua perawat dan dokter sibuk dengan teman Bram itu. Jadi, kita harus apa Dang?" tanya mang Jupri.     

"Aku rasa, kita harus ke sana. Jangan mang Dadang dan mang Jupri, kalau memang mang Jupri mau ikut bersama mang Dadang boleh, kita pergi ke sana tapi harus kita atur dulu, siapa yang masuk dan siapa yang mengelabui dia," ujar Dino kepada mereka semua.     

"Boleh. Ayo kita atur sekarang." Dino langsung merencanakan apa yang akan dia dan yang lain lakukan.     

Semua orang setuju dan mengacungkan jempolnya ke arah Dino. "Jadi, besok kita pergi. Ingat jangan sampai salah kalian semua. Ini resikonya berat, kita harus bisa melakukan yang benar-benar. Salah sedikit bisa habis kita. Penjara menanti kita semua." Dino memberikan wanti-wanti kepada yang lainnya untuk yang lainnya.     

"Kamu jangan khawatir Dino, kami akan menjalankan misi ini tanpa ada yang tahu. kita pergi besok kan?" tanya Ian yang siap untuk pergi ke rumah sakit.     

"Kalian mau pergi sekarang juga tidak apa. Itu juga kalau kalian semua mau. Aku hanya bisa kasih saran besok, tapi kalau kalian tidak mau besok kita pergi sekarang. Mumpung ada mbak Narsih. Dia akan membuat pengalihan, Bagaimana?" tanya Dino yang menyarankan yang lain untuk pergi hari.     

"Ka-kamu gila apa? ini sudah malam, jangan buat aku pingsan, sekarang itu teman pingsan aku ada si Toni, tapi tidak pingsan berjamaah juga kali, " ketus Ian yang kesal dengan Dino main pergi saja.     

"Tapi benar kata Dino, kita pergi sekarang saja. penjagaan di rumah sakit tidak seramai siang, kami berdua sudah pernah ke sana. Jadi, aman untuk kita pergi ke sana," ucap Mang Dadang kepada yang lain.     

"Iya benar, kalau siang banyak yang berkunjung ke sana. Jam besuk juga siang kan, kalau malam juga ada, tapi tidak terlalu malam juga, ada waktunya. Jadi, kita pas lah ke sana," ucap mang Jupri.     

Ian dan Toni yang mendengarnya hanya bisa merenggut, malam itu para penunggu rumah sakit pasti keluar. Ian menatap Narsih yang hanya diam tidak berkata apapun.     

"Kamu tahu tidak apa yang kami bicarakan mbak manisnya Dinosaurus?" tanya Ian kepada Narsih.     

Narsih yang di tanya seperti menatap tajam ke arah Ian. "Aku tahu. Sangat tahu, jadi aku akan ikut. Kalian jangan takut, aku akan menjaga kalian berdua, jika kalian pingsan, aku akan bawa kalian ke kamar yang dingin, kalian pasti akan senang," ucap Narsih ngasal.     

Toni dan Ian yang mendengar apa yang di katakan oleh Narsih berpikir tempat apa yang dingin dan buat mereka seneng. Mang Dadang, mang Jupri juga Dino hanya geleng kepala. Mereka tahu maksud Narsih. Ian yang mulai ngeh, menatap tajam begitu juga Toni yang baru tahu maksud dari perkataan Narsih.     

"Euhmm, mau aku lempar kamu ke sana hmm? Biar meninggal dua kali kamu mau?" tanya Ian yang kesal karena Narsih meminta dia dan Toni ke kamar itu.     

"Kalian pingsan, jadi aku bawa ke sana lah. Mana mungkin aku bawa kalian ke tempat lain, kalau ke ruang inap, aku tidak ada uang, aku kan hantu cantik, jadi tidak punya uang. Dino uangnya habis, untuk perbaiki genteng dan dinding itu, jadi yang di sana yang gratis." Narsih membuat Ian makin kesal dengannya.     

Ian yang mau melempar bantal ke arah Narsih meleset. Bantal kursinya mengenai wajah Mang Dadang. Bughhh! Ian meringis karena dia melempar ke salah orang.     

"Jangan salahkan aku mang, aku tadi mau lempar hantu sok cantik ini. Yang masuk ke dalam rumah tidak ada salam dan sopan santun sama sekali. Dia butuh di hajar biar jera," ucap Ian kepada Mang Dadang yang sudah cembetut.     

"Aku dukung kamu mas Ian, mbak manisnya mas Dino harus kita hajar," ujar Toni yang mengomporin Ian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.