Dendam Winarsih

Dia Kejamkah



Dia Kejamkah

0 Ian yang makan ayam bakar memandang ke arah rumah sakit Ian melihat Bram keluar dari rumah sakit.     

"Itu lihat, dia sudah pulang. Kenapa dia sudah pulang? Bukannya dia temannya, harusnya kan dia pulang sedikit agak lama ini ngga, apa mereka berantem benaran?" tanya Ian yang masih belum percaya.     

"Kan aku sudah tanya ke Ian dan si mamang ini. Benar atau tidak, tapi mereka tidak jawab sama sekali," ujar Paijo yang pertanyaan dia tidak di jawab oleh Dino dan ke dua mamang.     

"Aku rasa iya. Karena satu mau tumbal kan Nona, satunya nggak, jadi pecah kongsi mereka. tapi kalian tenang saja, kita akan manfaat itu. Kita minta Nona memperngaruhi Bram. Ya, hitung-hitung menghasut lah. Bagaimana? Kalian suka tidak?" tanya Dino yang berharap sahabatnya dan kedua mamang bisa menerima usulan dari dia.     

"Kalau mamang setuju saja. Supaya mereka saling salah menyalahkan. Kita tahu salah satunya dari mereka kan sudah menusuk dari belakang. Kejam ngga tuh." Mang Jupri setuju dengan usulan Dino.     

Ian melihat mobil Bram keluar dan meninggalkan rumah sakit. Mereka membuang muka agar tidak ketahuan. Setelah itu mereka memandang ke arah mobil Bram yang hilang begitu saja. Paijo memicingkan mata dan terlihat Deki keluar dari rumah sakit.     

"Benar dugaanku, mereka berantem. Kalau tidak mana mungkin mereka pulang sendiri-sendiri. Paling tidak mereka bisa keluar bersamaan kan, ini ngga. Dino, kamu harus telpon kekasih hati kamu itu. Jangan kamu lupakan itu, semakin cepat semakin baik." Paijo memberikan saran ke Dino untuk membujuk Nona untuk menghasut Bram.     

"Nanti saat kita ke kantor saja. Sekarang, ayo kita pergi. Kalian sudah selesai kan makannya?" tanya mang Jupri kepada yang lainnya.     

"Jupri. Kami saja baru makan ini. Sabar lah." mang Dadang baru juga mencicipi makanannya sudah di minta pulang.     

Mang Jupri hanya tersenyum mendengarnya. Dino hanya geleng kepala karena kelakuan mang Jupri. Selesai makan mereka semua pulang. Mang Jupri diantar oleh Dino untuk pulang kerumah.     

"Aku turunin di sana saja. Jangan sampai di rumah bahaya buat kita." mang Jupri menunjuk ke arah jalan yang satu blok dekat dengan rumah Bram.     

Paijo menghentikan tempat yang mang Jupri katakan. Mang Jupri turun dan berjalan pelan menuju rumah Bram. Mang Jupri terlihat santai dan tidak ada ketegangan. Dino langsung pulang menyusuri jalanan yang sepi, tapi entah kenapa Paijo melihat ada yang mengikuti mereka.     

"Teman-teman. Kita kedatangan tamu tuh, sepertinya kita ketahuan oleh mereka karena kita mengantarkan mang Jupri ke rumah si Bram. Apa ini anak buah Bram? Atau anak buah Bram ya?" tanya Paijo kepada yang lainnya.     

Mereka semua melihat ke arah belakang. Terkejut dan mengangga melihat mobil yang mengikuti mereka.     

"Itu mungkin orang lewat. Kita tidak mungkin nuduh itu anak buah mereka berempat kan?" tanya mang Dadang yang masih berpikiran positif.     

Tapi salah, dugaan mang Dadang meleset. Mobil yang di belakang langsung memotong mobil mereka. Paijo yang membawa mobil terkejut karena mobil tiba-tiba menikung mereka.     

Cittttt!     

Mobil berhenti mendadak dan hampir menabrak mobil di depan. Dino mengumpat karena dia dan yang lainnya terjerembab ke depan. Mang Dadang mengusap keningnya yang terkena dasbor mobil depan.     

"Akhhh! Sakitnya kepalaku. Siapa yang main masuk saja. Sudah tidak mau hidup lagi kah mereka." mang Dadang meringis kesakitan karena kepalanya kebentur.     

Sekelompok orang keluar dari mobil dan langsung mengetuk dengan kencang kaca mobil. Paijo masih kekeh untuk tidak membuka jendela mobil. Paijo melihat ke arah mang Dadang yang duduk di sebelahnya.     

"Mang, bagaimana ini! Kita keluar atau tidak ya? kita tidak mungkin keluar dari sini, Kita nggak kenal mereka dan kita tidak mungkin sedang di rampok kan?" tanya Paijo kepada mang Dadang.     

"Kita keluar saja. Nanti kaca mobil kita akan di pecahkan oleh mereka. Kalau di rampok, kita bisa menghajar mereka. Kalau tidak, kita bisa tanya siapa yang melakukan ini pada kita." mang Dadang meminta semua yang di mobil turun.     

Paijo pun akhirnya turun diikuti yang lainnya. Tidak ada yang berbicara sedikitpun. Mereka masih menunggu siapa dan apa mau mereka sebenarnya. Dino tidak melihat siapapun di jalan yang sekarang mereka berada.     

"Kalian terlalu lama. Kalian semua ikut kami. Jangan kalian membantah, paham kalian!" sentak pria yang berbadan besar.     

"Kalian siapa? Jangan pernah sekali membawa kami pergi, salah kami apa hmm? Apa kalian rampok? Atau kalian suruhan Bram?" tanya Dino kepada pria bertubuh besar itu.     

"Jangan terlalu ikut campur dan ikut saja aku. Kalian, bawa mereka semua. Jangan ada yang ketinggalan. Mobilnya kalian bawa cepat, aku akan buat perhitungan dengan mereka." pria yang bertubuh besar yang mereka duga adalah ketua dari mereka semua.     

"Baik bos. Kalian semua ayo ikut dan naik mobil cepat." anak buah pria itu menarik ke empatnya untuk masuk ke dalam mobil.     

Mereka semua sebelum masuk mobil diikat dan mata mereka di tutup dengan kain. Mereka tidak tahu siapa dan kenapa mereka diculik. Mobil bergerak dan entah kemana mereka dibawa. Mang Dadang berdoa di dalam hati agar mereka selamat. Tidak berapa lama, mobil berhenti dan mereka semua dibawa turun dan di seret ke dalam. Mereka ikut saja dan tidak bisa protes sama sekali.     

"Buka ikatan matanya. Cepat buka dan ikat mereka di sana. Jangan sampai mereka lepas paham kalian. Nanti bos akan marah pada kita semua." pria besar itu memerintahkan anak buahnya mengikat mereka semua di kursi.     

"Kalian siapa hahhh! Jangan berbuat yang aneh semua. Katakan padaku siapa yang menyuruh kalian hahhhh!" teriak Dino dengan wajah marah dan kesal.     

"Tutup mulut kalian. Jika tidak diam, maka aku sendiri yang akan menutup mulutmu itu, " ketua penjahat itu menghardik Dino dengan suara kencang.     

Narsih yang berdiri di dekat lemari tua masih memperhatikan kegiatan mereka. Tidak berapa lama, suara telpon pria itu berdering. Ketua yang menculik mereka mengangkat telpon dan entah siapa. Samar-samar mereka mendengar nama Deka.     

"Mang, itu Deka yang tadi kita datangi itu bukan sih?" Tanya Dino dengan berbisik.     

"Iya, benar sekali. Apa dia tahu kita ke sana. Dan dia berpura-pura tidur tadi dan kita terjebak." mang Dadang baru tahu jika yang menculik mereka itu Deka,     

"Dino dia kejamkah?" tanya Ian yang berbisik ke telinga Dino.     

*Kita belum bertemu dia kan, jadi kita tidak tahu dia kejam atau tidak, jadi kita lihat saja. Ngomong-ngomong Narsih tidak membantu kita kah?" tanya Dino yang tidak melihat Narsih di sekitar mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.