Dendam Winarsih

Hadapi Aku



Hadapi Aku

"Aku tidak tahu, sepertinya mbak manis kamu itu lagi makan ayam bakar. Makanya dia lupa untuk menyelamatkan kira." Ian asal menebak karena dia tidak melihat Narsih di sini.     

"Kamu ini, di saat seperti ini masih saja bercanda," ucap mang Dadang yang geleng kepala melihat Ian yang bercanda di saat mereka di culik.     

"Mang, aku seperti ini agar tidak lelah menunggu dan tidak takut mang." Ian lelah karena menunggu mereka maunya apa.     

Ketua yang menelpon Deka mengakhiri panggilan telpon dan mendekati ke empatnya. Mang Dadang memicing kan matanya dan menatap ke arah pria tegap itu.     

"Kalian mau bermain dengan bos kami kan? Aku hanya mau kasih kalian penawaran, serahkan wanita itu dan jangan ganggu bos kami. Kalian kan yang berusaha mau membunuh bos kami. Kalian masuk ke kamar bos kami benar kan?" tanya pria yang menculik mereka semua.     

"Anda bilang apa? Wanita mana hmm? Kami ini memang petugas rumah sakit, jadi tidak mungkin kami mau membunuh bos kalian." Mang Dadang berusaha untuk meyakinkan pria di depannya.     

"Jangan banyak bicara kalian. Aku tidak akan percaya dengan omongan kalian. Kalian belum tahu sudah berapa banyak yang kami bunuh. Jadi, jika kalian tidak mengaku dan menyerahkan wanita itu maka bersiap saja aku akan bunuh kalian dengan sadis. Jadi, katakan cepat pada kami, mana wanita itu cepat!" teriak pria bertubuh besar.     

HAhahahahah!     

Suara tawa terdengar jelas dan itu adalah suara Narsih. Mereka semua mencari sumber tawa yang cukup menakut itu. Anak buah Deka saling pandang satu sama lain. Mereka tidak tahu di mana keberadaan suara tawa yang menakutkan itu.     

"Bos. Itu suara yang menakutkan itu bukan sih?" tanya anak buahnya kepada sang ketua.     

Anak buah Deka yang di ketuai oleh Oceng hanya diam saja. Dia masih mencari kemana sumber suara tersebut berasal. Dia saja masih mencari sosok yang tertawa di gedung tua ini.     

"Kalian jangan takut. Dia tidak akan berani. Aku sudah punya jimatnya dan aku akan .... " suara teriakkan terdengar cukup kencang dan membuat mereka melihat ke sumber suara.     

"Akhhhh!" teriak kan kencang itu berasal dari anak buah Oceng yang di tarik ke atas. Siapa lagi kalau bukan Narsih yang berada di atas.     

Mereka memandang ke atas, tapi tidak bisa mereka jumpai sama sekali di mana Narsih dan orang yang ditarik Narsih.     

"Mas Ian, mbak manisnya mas Dino datang ya?" Tanya Toni dengan berbisik.     

"Iya, dia akan menunjukkan kejamnya. Kita lihat saja, bagaimana nantinya. Apakah lebih kejam dari sebelumnya atau malah kejam dari sebelumnya," cicit Ian kepada Toni dengan berbisik.     

Toni menganggukkan kepala dan mencari mbak manis Dino. Mereka melihat ke atas dan Narsih masih bergelayutan melihat anak buah Deka. Hanya anak buah Deka yang tidak melihat, Dino dan yang lainnya melihatnya.     

"Itu dia, aku harap dia bisa menghabisi mereka semua." Paijo yang melihat Narsih tersenyum.     

Narsih dengan cepat menarik satu anak buah Deka ke atas dan jeritan anak buah Deka terdengar menyayat hati. Oceng yang anaknya hilang dua mulai kesal.     

"Keluar kamu! Jangan bersembunyi kamu di sana!" teriak Oceng kepada Narsih.     

Semua anak buah Oceng bersembunyi di belakang bos mereka. Oceng yang melihat anak buahnya yang bersembunyi di belakangnya kesal, mereka terlalu takut dan tidak bisa di andalkan.     

"Jangan mendekati aku, kalian cari dia. Kita tembak saja dia!" pekik Oceng dengan kencang.     

Oceng memerintahkan anak buahnya untuk mencari Narsih. Tapi, belum mereka mencari Narsih, yang di cari sudah muncul. Narsih memandang ke arah semuanya. Anak buah Oceng mundur dan tidak berani untuk mendekat sama sekali. Narsih benar-benar terlihat kejam dan wajahnya menakutkan. Golok tidak lupa dia bawa, Narsih tidak sedikitpun menunjukkan ketakutan.     

"Ini dia, wanita yang di cari itu. Kenapa dia bisa dari atas. Apa dia hantu?" tanya Oceng yang penasaran.     

"Kamu diminta untuk mencari dia kah?" tanya Mang Dadang kepada ketua penjahat itu.     

"Wanita yang mencelakai bosku. Tapi, bosku tidak mengatakan dia seperti ini," jawab Oceng yang menunjukkan rasa takutnya.     

Mang Dadang hanya geleng kepala dan tidak tahu harus ngomong apa. "Harusnya kalian bertanya kepada dia siapa yang kalian incar. Kalau dia wanita yang kalian maksud silahkan saja hadapi dia, jangan salahkan kami jika kalian akan cepat masuk ke dalam kubur."     

"Hadapi aku. Jika kalian berani. Aku yang kalian cari bukan?" tanya Narsih dengan suara datar dan pandangan yang tajam.     

Oceng melihat ke arah Narsih, dia tidak mengerti kenapa bos mereka meminta mereka untuk membunuh sosok yang tidak menapak ke bumi. Oceng yang mundur perlahan harus terhenti karena Narsih ada di belakang.     

"Sejak kapan kamu ada di belakangku? Pergi dari hadapanku, jika tidak aku akan menembakmu!" Teriak Oceng dengan kencang.     

"Kenapa? Kamu takut? Jika takut, jangan bermain dengan aku. Kasih tahu bos kamu itu, jangan main asal nyulik orang. Kalau dia mau hadapi aku saja, jangan hadapi yang lainnya. Aku tidak akan segan-segan untuk membunuh kalian semua. Paham kamu?" tanya Narsih yang mencabut goloknya dari kepalanya.     

Darah segar keluar dari kepalanya dan tentu membuat Oceng muntah. Narsih pindah-pindah, dari belakang Oceng sekarang dia berada di depan Oceng.     

"Kamu lihat golok ini kan? Ini akan tembus ke kepala kamu, jadi jangan mencoba mendekati mereka dan jangan buat aku membunuh bos kalian. Sampaikan ke dia, aku masih kasih dia koma, nanti aku akan buat dia tidur selamanya." Narsih mulai memainkan golok yang penuh darah itu ke wajah Oceng.     

Oceng yang wajahnya di mainkan oleh Narsih menggigil, dia tidak bisa menembak sosok di depannya ini, karena golok yang berdarah itu sudah di wajahnya.     

"Lepaskan saya, saya akan kasih tahu bos saya. Kalian jangan takut, saya akan sampaikan. Tolong lepaskan saya, jangan bunuh saya. Saya hanya diminta menculik dan menyerahkan wanita yang ingin membunuh dia waktu dia sadar itu. Yang mengakibatkan bos saya koma lagi dan dia baru sadar juga. Jadi, saya tidak tahu katany dia bersama bapak tua ini." Oceng menjelaskan apa yang di katakan bosnya kepada mereka.     

Mang Dadang tahu siapa yang di maksud siapa wanita itu. Mang Dadang tidak mau menjawabnya, karena dia pasti akan mencelakai Nona. Dino melirik ke arah Mang Dadang, dia curiga yang di maksud penjahat itu Nona.     

"Aku tidak peduli siapa yang bos kalian maksudkan. Aku hanya mau pergi dan jangan menunjukkan wajah kalian lagi di hadapanku. Paham kamu!" teriak Narsih.     

Oceng yang takut hanya mengangguk pelan dan mundur ke belakang. Dia mencari anak buahnya tapi anak buahnya tidak ada. Dia mengumpat karena di tinggal oleh anak buahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.