Dendam Winarsih

Jangan Takut



Jangan Takut

0Oceng yang ketakutan langsung keluar dari gedung tersebut dan berlari ke arah mobil. Oceng yang masuk ke dalam mobil melihat anak buahnya sudah berada di dalam.     

"Kalian sejak kapan di sini? Kenapa kalian tidak menungguku hahh!" teriak Oceng dengan kencang karena kesal anak buahnya pergi meninggalkan dia di dalam.     

"Bos tidak lihat, kalau aku dan dia di terbangkan ke atas beruntung aku selamat, jika tidak maka habislah aku pulang tinggal mayat." anak buah Oceng yang di bawa Narsih tadi selamat. Narsih tidak membunuhnya karena alasan yang Narsih sendiri yang tahu kenapa.     

"Sudah, ayo kita pulang segera. Aku takut berada di sini. Nyawaku sudah berada di ujung tanduk. Besok saja kita laporkan ke bos Deka sekarang kita harus segera pulang, Aku lelah dan ingin istirahat. Aku tidak mau bertemu sosok wanita itu lagi. Aku takut sekali." Oceng meminta anak buahnya untuk pergi.     

Narsih melihat kearah mereka semua dan mendekati mereka sembari tersenyum. Ian yang melihat senyum Narsih mendengus kesal.     

"Sudah senyumnya mbak manisku? Jika sudah, ayo buka cepat. Aku tidak mau kamu senyum terus, yang ada gigimu kering," Ian kesal Narsih hanya senyum saja.     

Narsih mengarahkan golok ke arah tali dan membukanya. Semuanya bernapas lega karena bisa bebas. Mereka semua bergegas pergi dan masuk ke dalam mobil.     

"Beruntung mereka tidak mengambil kunci kita, jika mereka bawa kunci kita, maka aku akan menghajar dia," cicit Ian yang wajahnya masam.     

Mobil meninggalkan gedung tua dan langsung membelah jalanan menuju rumah. Sampai di rumah semua masuk ke kamar dan membersihkan diri.     

Pagi-pagi Deka bangun dan memandang ke arah Dila yang sedang solat, dia merasa bersalah karena dia sebagai suami sudah berbuat dosa dan akibat dosa masa lalunya sekarang dia mendapat kan karmanya. Dila yang sudah selesai melihat kearah suaminya yang sudah bangun.     

"Mas. Kamu sudah bangun? Mau minum atau mau makan mas?" tanya Dila kepada Deka.     

"Tidak, aku tidak mau apa-apa kok. Aku hanya mau melihatmu saja." Deka pun tersenyum kecil ke arah Dila.     

Dila pun ikut tersenyum karena melihat suaminya tersenyum kecil. Dila melipat sajadah dan duduk membereskan barang-barangnya yang akan dia bawa ke rumah.     

"Apa telponku kamu bawa Dila?" tanya Deka kepada Dila.     

Dila mengernyitkan keningnya. Dia heran kenapa suaminya bertanya seperti itu. Bukannya dia sudah memberikannya. Dila mendekati nakas dan mencari telponnya. Dila melihat telpon suaminya di sebelah dan menunjukkan ke arah Deka.     

"Ini apa mas? Kamu lupa atau bagaimana mas?" tanya Dila yang memberikan telpon ke suaminya.     

"Iya lupa, maaf ya sayang. Aku sebenarnya ingin peluk kamu, makanya aku bertanya seperti itu," cicit Deka kepada Dila.     

Dila geleng kepala melihat suaminya yang mulai nakal. Dila mencubit lengan suaminya. Jam menunjukkan pukul delapan, tidak terasa saatnya dia pulang, puas bercengkrama dengan suami, Dila pulang karena mau membawa pakaian kotor dan tentu melihat anak-anak di rumah.     

"Mas. Aku pergi dulu ya, kamu tidak apa kan aku pergi? Aku ingin melihat anak-anak di rumah, nanti aku ke sini lagi. Dan semalam, sahabat kamu datang, mereka aku yang memberitahu kan, kamu pasti lupa kan memberitahu mereka. Katanya sih, mau ke sini. Tapi, kamu jangan terlalu berharap juga, karena mereka punya keluarga dan kegiatan masing-masing." Dila memberitahu kan kepada Deka jika sahabatnya datang dan jangan meminta sahabatnya datang karena mereka sibuk.     

"Iya, kamu jangan pikirkan aku. Kamu urus anak-anak saja. Aku juga tidak akan menyusahkan mereka. Kamu hati-hati ya pulangnya," jawab Deka dengan senyuman manisnya.     

Dila pun pulang, tinggal Deka sendiri. Deka tidak mau menunjukkan kalau dia sudah menggunakan telponnya. Tidak berapa lama, suara ketukkan terdengar, Deka mempersilahkan tamu datang. Deka melihat anak buahnya yang semalam dia telpon.     

Oceng menundukkan kepala memberi hormat kepada bosnya. "pagi bos, maaf saya lama ke sini. Saya menunggu istri Anda pulang dulu."     

"Bagaimana? Kamu dapat tidak wanita yang mau membunuh saya, dan rekannya datang ke sini yang tua itu. Apa mau mereka ke sini," ujar Deka dengan suara geram dan barito.     

"I-itu, a-anu bos. Selama kami tidak menemukan wanita itu yang kami temui pria tua itu dan sosok menakutkan bawa golok dan dia membuat saya hampir meninggal, golok itu di pipi saya dan saya meminta maaf ke dia untuk lepaskan saya, beruntung dia mau melepaskan saya. Jika tidak, maka saya akan di kuburan saat ini," jawab Oceng kepada Deka.     

"Apa maksudmu? Siapa yang kamu maksudkan?" tanya Deka yang bingung anak buahnya bilang apa.     

"Sosok yang menyeramkan bos. Saya tidak mau jika saya berurusan dengan dia. Saya takut, sangat takut bos. Dia bukan imbang kita." Oceng mengatakan kalau dia takut.     

"Buat apa kamu takut. Jangan takut kamu, dia tidak mungkin menyakiti kalian, kalian bisa ke dukun, minta jimat. Kalian harus bawa wanita itu dengan begitu hantu itu akan mengikuti kalian, setelah itu biar aku yang urus. Kalian cari dukun sana setelah itu baru kalian selesaikan. Ingat, jangan buat kesalahan jika tidak mau kalian masuk ke kuburan." Deka menyarankan anak buahnya ke dukun.     

Oceng terdiam karena dia tidak kenal dukun, dia penjahat yang kerjanya menculik orang bukan menculik hantu atau apalah Deka yang melihat anak buahnya diam mendengus kesal.     

"Apa kamu tidak paham juga?" tanya Deka.     

Oceng geleng kepala sambil tersenyum. Deka ingin sekali melempar anak buahnya ini dengan infus dan mencuci otaknya biar nyambung.     

"Aku mau kamu culik wanita yang waktu itu datang ke sini dan aku sudah lihatkan fotonya, nah setelah itu, hantu yang kamu temui itu datang untuk selamat kan dia, terus saat itu biar aku yang urus jika hantu itu datang. Paham tidak?" tanya Deka lagi.     

Oceng hanya anggukkan kepala, dia tidak tahu apa bisa dia menjauhi hantu itu. Lihatnya saja sudah menyeramkan apa lagi menangkapnya.     

"Kalau paham, aku kan kasih waktu kamu seminggu, ingat selesaikan semuanya. Jika kamu tidak bisa, maka aku akan mengantarkan kamu ke tempat yang kamu sukai," ucap Deka yang membuat Oceng menyerngitkan kening.     

"Apa nama tempatnya bos? Setahu saya, tempat yang saya sukai adalah tempat banyak wanitanya dan minuman bos," jawab Oceng.     

"Kalau itu tidak, ini lebih dari itu. Saya akan kirim kamu ke kuburan. Itu kan tempat yang kamu sukai kan? Sudah sana, pergi dari sini. Saya mau kabar baik." Deka mengusir Oceng untuk pergi.     

"Kalau kuburan bos saja dulu, sudah tahu itu hantu masih juga mau dekati aneh," Oceng hanya bisa menggerutu dan meninggalkan ruang inap bos Deka begitu saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.