Dendam Winarsih

Aku Akan Melawanmu



Aku Akan Melawanmu

0Seminggu lebih Deka berada di rumah sakit dan saatnya dia pulang ke rumah dan kembali ke aktivitas yang tertunda. Deka tidak di apartemen lagi, dia sudah pindah rumah.     

"Mas, kamu akan pergi ke kantor kah?" tanya Dila kepada Deka yang sudah siap untuk pergi ke kantor.     

"Iya, aku sudah lama tidak ke kantor. Banyak kerjaan yang menungguku. Aku tidak mau kamu yang mengurus pekerjaan aku, selama ini kamu yang mengurusnya kan, jadi saatnya aku yang melakukannya." Deka mendekati Dila dan memeluknya dengan erat juga mengecupnya.     

"Aku ingin kamu istirahat, kamu sakit dan belum sembuh benar, aku tidak mau sakit kamu berulang. Aku sedih jika kamu harus sakit lagi." Dila menumpahkan kegelisahannya.     

Deka tersenyum karena dia mendapatkan perhatian dari orang yang dia cintai. "Sudah aku tidak apa, kamu jangan memikirkan apapun ya. Sudah yuk kita keluar aku sudah telat juga ini," Ujar Deka yang menggandeng tangan istrinya.     

Dila pun tidak bisa berbuat apapun, dia hanya ikut saja. Deka sarapan bersama anak dia istri dia akan ke temu dengan anak buahnya Oceng. Selesai sarapan Deka bergegas ke mobil. Supir pribadi Deka membuka pintu untuk majikannya. Deka masuk ke dalam dan di susul pak supir. Mobil Deka membelah jalanan dan langsung bergerak menuju kantor.     

Bip!     

Pesan dari anak buahnya masuk ke telponnya. Deka membuka dan terlihat pesan dari Oceng. "dia sudah dapatkan jimatnya. Bagus kalau begitu, aku akan mendapatkan hantu itu sedikit lagi. Dengan begitu aku akan bisa selamat dari dia." Deka berharap dia bisa selamat jika wanita itu bisa dia culik dan tukar dengan Narsih.     

"Pak. Kita sudah sampai," ujar pak supir yang membukakan pintu untuk majikannya.     

Deka sedikit melamun akhirnya tersedar dan keluar dari mobil dan masuk ke dalam kantor. Semua karyawan Deka mengucapkan selamat atas kesembuhan bos mereka, Deka hanya senyum dan mengucapkan terima kasih kepada mereka semua.     

"Pak, tamu Anda sudah datang. Dia duduk di ruang tunggu. Apa bapak mau minta dia ke ruangan bapak atau di ruang itu saja?" tanya sekretaris Deka yang berjalan bersama Deka ke ruangan kerja bosnya.     

"Bawa ke ruangan saya saja, saya mau bertemu dengan dia di sana saja. Kalian jangan ada masuk ke dalam. Untuk laporan, nanti saat aku minta kalian kasih paham." Deka sengaja tidak meminta karyawan untuk masuk ke dalam ruangannya.     

"Baik. Kalau gitu saya akan minta tamu Anda ke ruangan Anda." Sekretaris Deka meminta izin untuk pergi menjemput tamu bosnya.     

Deka yang masuk ke dalam ruangan kerjanya kembali tersenyum. Tidak berapa lama, tamu yang ditunggu datang. Oceng dan beberapa anak buahnya masuk ke ruangan Deka. Deka memandang Oceng dengan tatapan tajam dan tidak ada senyum sedikit pun.     

"Permisi bos. Maaf baru bisa kabari Anda." Oceng menyapa Deka dan duduk di depan Deka. Sekretaris Deka keluar dari ruangan bosnya.     

"Jadi, bagaimana? Apa kalian sudah siap? Kalian kan dapat jimat itu? Jadi, bisa kalian lanjutkan apa yang tertunda. Aku harap kalian jangan salah tangkap." Deka memerintahkan untuk Oceng menangkap wanita itu.     

"Baik bos." Oceng mengiyakan apa yang bos Deka katakan.     

Oceng keluar dari ruangan Deka dia melanjutkan pekerjaanya menangkap wanita yang tidak lain Nona. Berbekal foto dari bos Deka, Oceng langsung ke tempat tujuan di mana lagi kalau bukan di kantor berita. Deka menunggu kabar baik dari anak buah. Dia sudah memberitahu ke dukun yang lama, dia akan membawa Nona secepatnya. Dukun yang sedang semedi tidak membalas pesan Deka, yang balas anak buahnya.     

Deka bekerja dengan tenang dan fokus sampai malam menjelang. Dia ingin memeriksa laporan yang sudah lama dia tinggalkan. Tanpa Deka ketahui Narsih berada di ruangan Deka dan dia melihat Deka, orang yang pertama dia lukai, tapi selamat dan sekarang dia mencari masalah lagi.     

Sretttt!     

Narsih menunjukkan ke Deka kedatangannya. Deka terkejut karena mendengar suara yang membuat dia menghentikan pekerjaanya. Deka melihat jam tangannya sudah malam. Deka melihat gelas di depannya bergerak maju ke hadapannya. Deka mundur dan mulai menyelidiki setiap sudut, dia tidak tahu harus apa saat ini.     

"Siapa di sana? Jangan coba kamu menakuti aku! Aku tidak takut sama sekali. Aku akan menghadapi kamu. Keluar lah!" Deka mulai berteriak kencang.     

Narsih menunjukan keberadaan dia di depan Deka. Deka melihat gorden bergerak dan kertas berterbangan ke sana kemari. Deka yang geram dan amarahnya sudah di ubun-ubun.     

"Keluar aku bilang. Aku akan melawanmu. Aku tidak akan takut sama sekali. Aku akan membuat kamu tidak akan di terima di mana pun. Bahkan di Neraka juga nggak. Keluar aku bilang!" teriak Deka yang sudah muak karena Narsih hanya menunjukkan barang-barang yang ada di dekat Deka.     

Narsih mendekati Deka tapi tidak menunjukkan wajahnya, Narsih melihat wajahnya Deka, wajah yang melecehkan dia. Narsih tidak bisa mendekati Deka, dia akan mencari cara agar Deka melepaskannya. Deka merasakan tubuhnya merinding, dia yakin Narsih ada di sekitar dia.     

"Deka. Aku menunggu kamu, aku sangat menunggu kamu, ikut aku Deka. Aku ingin bermadu kasih Deka. Kamu mau tidak Deka sayang!" Narsih membuat Deka ketakutan, dia mencari Narsih tapi tidak ada.     

"Kamu takut hmm? Takut karena jimat ini? Hahaha. Cihhh! Hadapi aku jika kamu menunggu aku. Aku yakin kamu tidak akan berani. Aku yakin, kamu tidak akan berani bertemu dengan aku. Kamu pasti malu kan melihat wajahmu yang buruk itu?" tanya Deka yang menghina Narsih.     

Deka terkejut karena wanita cantik muncul di depannya. Wajah Narsih yang terlihat sangat memukau dan wajah mudanya membuat Deka tidak mengejapkan matanya.     

"Aku datang kang. Kamu merindukan aku?" tanya Narsih.     

Deka tidak berkata apapun, dia hanya diam dan memandang Narsih. Narsih tidak berani memegang Deka, karena dia merasakan panas karena jimat yang Deka pakai. Deka yang ingin memegang Narsih dengan tangannya menjauh.     

"Kenapa kamu menjauh, kamu takut hmm? Ayo sini, katanya kamu merindukan aku? Bukan aku, karena aku mau menghabisi kamu, menghabisi kamu dengan tangan aku." Deka langsung memegang tangan Narsih.     

Narsih yang tangannya di pegang menjerit. Narsih tidak bisa lepas, Narsih langsung berubah wujudnya menjadi wajah yang menyeramkan. Golok yang di kepalanya terlihat jelas oleh Deka. Golok yang dia bawa untuk membacok Narsih terlihat di depannya. Deka takut tapi dia tetap tenang dan tidak menunjukkan ketakutannya di depan Narsih.     

"Bagaimana? Suka tidak dengan pegangan aku hmm? Mana wajah cantikmu itu hmm? Mana! Kamu menakuti aku dan menyebabkan aku terluka hingga koma, kali ini aku akan buat kamu tidak bisa tenang. Termasuk wanita itu. Kalian akan aku habisi." Deka benar-benar membuat Narsih kesakitan. Jimat itu membakar tangannya, Narsih langsung menghilang dan tidak terlihat di depan Deka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.