Dendam Winarsih

Pengkhianat Kamu Bram



Pengkhianat Kamu Bram

0"Aku tidak bisa terus begini, aku yakin dia akan kembali lagi. Ini tidak bisa di biarkan, aku harus bisa buat dia menjauh dan kalau bisa hancur. Dukun itu berapa lama bertapa, percuma dia bertapa tapi tidak bisa juga membuat hantu sialan itu menghilang dari hidup aku." Deka geram karena dia tidak bisa menghindari hantu itu.     

Deka duduk kembali di kursi kebesarannya dan memijit keningnya. Dia melihat jimat yang dia kalung kan dan untuk saat ini dia aman sangat aman. Deka bergegas mengambil tasnya dan langsung pergi dari kantornya, dia tidak mau wanita hantu itu datang ke tempat ini lagi.     

Deka bergegas menuju lift, Deka menekan tombol dan terbuka. Pintu terbuka, Deka langsung masuk dan kembali menekan tombol satu. Panggilan telpon terdengar, Deka mengambil telponnya dan melihat panggilan telpon dari temannya Deki. Deka menyerngitkan keningnya.     

"Deki? Apa yang dia mau ya?" tanya Deka kepada diri sendiri.     

Deka akhirnya mengangkat telponnya dan menjawabnya. "Deki ada apa? Malam-malam kamu telpon aku?" Tanya Deka kepada Deki.     

"Ka, kamu di mana? Apa masih di kantor atau di rumah?" tanya Deki kepada Deka.     

"Aku di kantor, ini mau pulang. Kenapa Ki?" tanya Deka kepada sahabatnya ini.     

Deka sedikit sedih karena temannya ini kehilangan istrinya, tapi dia bisa apa. "aku mau bertemu denganmu jika kamu tidak sibuk, jika sibuk besok saja di kantorku." Deki meminta Deka untuk ke rumahnya. Deka berpikir sejenak, ini sudah malam, dia tidak mau bertemu dengan hantu itu lagi, lebih baik besok pagi saja pikirnya.     

"Besok saja, sudah malam. Aku tidak mau ketemu wanita itu, tadi aku baru ketemu dia, makanya aku tidak mau ke sana, besok saja ya." Deka mengatakan hal yang sebenarnya kepada Deki.     

"Kamu serius? Apa yang hantu itu mau? Ini tidak bisa di biarkan Deka, aku tidak bisa menunggu dia membunuh kita, aku mau secepatnya hantu itu lenyap dari hidup kita." Deki mengatakan dengan suara menggebu.     

"Nanti saja aku kabari. Aku ingin segera pulang, aku tidak mau bertemu dengan dia lagi." Deka menjelaskan apa yang terjadi ke Deki.     

"Baiklah, kalau begitu besok kita ketemu ya," ujar Deki kepada Deka.     

Panggilan telpon berakhir, Deka menyimpan telponnya dan langsung berjalan cepat ke arah mobil. Dia merasakan ada yang memperhatikan dia. Jantung Deka seketika berdetak lebih kencang. Sampai di lobby, supir Deka langsung membukakan pintu kepada majikannya.     

"Langsung pulang saja ya," ucap Deka.     

Mobil melaju ke arah rumah, Deka masih berpikir bagaimana caranya menjauhi hantu yang kejam itu. Tidak berapa lama mobil sampai di rumah Deka, pak supir membuka pintu mobil, Deka keluar dan langsung masuk ke dalam rumah.     

"Mas, kamu baru pulang? Mandi cepat, nanti aku siapkan makanan untuk kamu ya," ucap Dila kepada Deka.     

"Iya, kamu temani aku ya." Deka mengusap wajah Dilla dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.     

Esok harinya, Deka sudah siap untuk pergi bekerja, dia hari ini akan bertemu Deka. Deka tidak sabar untuk membahas masalah ini ke Deki. Setelah selesai sarapan pagi bersama keluarganya, Deka langsung ke pergi ke kantor.     

Mobil langsung melesat membelah jalan menuju kantor. Sampai di kantor Deki, Deka masuk ke dalam dan bertemu dengan resepsionis.     

"Pagi pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis kepada Deka.     

"Pak Dekinya ada?" tanya Deka kepada resepsionis.     

"Ada. Pak Deka ya? Pak Deki sedang menunggu bapak di dalam, silahkan langsung saja, sudah di tunggu pak Deki di ruanganya." Resepsionis mempersilahkan kepada tamu bosnya ke dalam.     

Deka tidak menunggu lama dia langsung ke dalam ruangan Deki. Deka masuk ke dalam lift, tidak berapa lama Deka sampai di ruangan Deki. Deka membuka pintu dan terlihat Deki sudah di kantor.     

"Tumben sudah di kantor? Apa sekarang sudah pindah rumah kamu Deki?" Tanya Deka dengan senyum mengejek.     

"Jangan banyak bicara, kita bahas yang lain saja, aku mau tahu apa yang terjadi?" tanya Deki kepada Deka.     

"Aku tidak tahu, karena dia timbul begitu saja. Dan dia tidak bisa membunuhku karena ini," ucap Deka kepada Deki.     

"Kita tidak bisa mendapat wanita itu. Bram yang menghalangi kita, dia terobsesi dengan orang itu, aku tidak tahu harus apa saat ini, aku hanya bisa meminta anak buah menculik wanita itu, tapi tetap tidak bisa, anak buah Diman saja tidak bisa menangkapnya dan anak buahnya hilang sampai sekarang tidak ketemu." Deki mengatakan apa yang terjadi.     

Deka yang mendengarnya hanya diam dan mengepalkan tangannya. Dia tidak menyangka Bram berani mengkhianati sahabatnya hanya karena cinta.     

"Bram tidak bisa kita kendali, dia benar-benar melupakan kita sahabatnya. Aku sudah tidak tahu lagi. Jangan mencoba menasehati dia, yang ada kamu akan berantem seperti aku dan Diman." Deki menambahkan lagi apa yang harus Deka ketahui.     

"Pengkhianat kamu Bram. Dia lupa bagaimana dulu dia membunuh wanita hantu itu. Aku ingin sekali membunuhnya, apa kita bunuh dia saja langsung. Buat apa dia hidup, kalau dia yang membuat kita dikejar hantu sialan itu. Apa kamu setuju Deki?" tanya Deka kepada Deki.     

"Apa itu tidak kejam? Aku rasa itu kejam, kita minta baik-baik saja bagaimana?" tanya Deki.     

"Dihh! Minta baik-baik katamu? Dia tidak mau jika kita baik-baik, jadi kita paksa kalau nggak bunuh dia sekalian. Gampang kan? Aku akan mengaturnya, kamu jangan takut, aku akan buat dia tidak bisa berkutik apapun, dan untuk dukun kalian tenang saja, dia sedang semedi dan pasti akan membantu kita, kalian tinggu saja." Deka menjelaskan kepada Deki rencanya.     

Deki terdiam dan tidak bisa berkata apapun, dia hanya ikut saja, karena kalau dia membantah pasti akan membuat sahabatnya membencinya. Deka yang melihat Deki melamun dengan cepat memukul meja hingga Deki terkejut.     

"Kamu kenapa hmm? Main mukul meja saja, kamu nggak mikir jantung aku apa. Sialan kamu, aku akan menghajarmu." kesal Deki yang melihat Deka tertawa mengejek ke arahnya.     

"Jangan lamunkan dia, ingat, kamu harus percaya kalau kita akan selamat dan tidak akan membuat hantu itu menakuti kita atau membunuh kita. Patahkan dendam dia, dengan begitu dia akan jadi hantu penasaran yang tidak akan pernah tenang." Deka bersemangat mengatakan akan hal itu.     

Deki hanya menganggukkan kepala dan tersenyum. Biarkan sahabatnya yang bertindak, dia akan mengikuti dari belakang. Deki memikirkan anaknya, dia tidak mau anaknya akan kehilangan kasih sayang darinya jika dendam Winarsih benar-benar terjadi, dan membuat anaknya menjadi yatim piatu.     

"Istriku dibunuh orang Deka." Deki spontan mengatakan itu pada Deka yang membuat Deka terkejut dan mengangga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.