Dendam Winarsih

Dia Di Sini



Dia Di Sini

0Deka yang sudah sampai di rumah dukun yang waktu itu dia cari. Dikarenakan dia harus sakit karena ulah Narsih alhasil dia tidak bisa ikut bersama dengan sahabatnya ke sini dan beruntung dia menemukannya dan menghubungi dukun itu lagi.     

"Permisi, ada orang di luar?" tanya Deka kepada penghuni di rumah yang tidak ada sahutan sama sekali.     

"Baik, mungkin aku datang sudah kemalaman, dukun juga manusia perlu tidur, lebih baik aku di mobil saja, kasihan supir aku itu," gumam Deka yang langsung kembali ke mobil.     

Baru selangkah dari rumah dukun itu, seseorang langsung buka pintu. Deka berbalik dan melihat anak buah dukun itu, Deka memdekati anak buah dukun itu.     

"Mbah ada? Bisa panggilkan tidak?" tanya Deka kepada anak buah dukun dengan sopan.     

"Kang Deka, ya? Silahkan, masuk kang." anak buah dukun mempersilahkan Deka masuk.     

Deka pun masuk ke dalam rumah si mbah. Anak buah dukun menutup pintu dan mengikuti tamu si mbah. Anak buah dukun itu meminta Deka untuk duduk di depan meja ritual dukun dan menunggu kedatangan si mbah.     

Ckelkkk!     

Pintu kamar terbuka dan terlihat si mbah lebih segar dari biasanya, Deka yang mau bangun di tahan oleh si mbah. Deka duduk kembali dan menatap ke arah si mbah yang duduk di depannya. Aroma menyan dan dupa menyeruak di penciunan Deka. Kembang juga di lempar oleh si mbah.     

"Dia di sini, tapi dia tidak berani berdiri dihadapanku." si mbah dukun mengatakan dia di sini.     

Deka bingung siapa yang di sini? Bukannya, yang di sini dia saja? Apa Bram dan sahabatnya yang lain juga di sini pikirnya. Terdengar suara mantra si mbah yang terus menerus di ucapkan. Meja ritual bergetar hebat, Deka yang melihat meja bergetar mundur selangkah, dia takut jika dia terkena serangan dari mahluk gaib.     

"Jika berani, sini datang lah. Aku tidak takut lagi padamu. Ke sinilah, kalau memenangkan kamu mengincarku, ini ada orang yang membunuhmu, dia sudah siap, untuk kamu bunuh. Ayo, jangan lama, jika tidak aku yang mmembawamu dengan paksa, kamu pilih mana Narsih?" tanya Si mbah kepada Narsih.     

"Jangan tergoda kamu, pejamkan mata kamu, dia akan datang. Tapi, jangan takut karena jimat itu akan membantu kamu, jadi jangan sampai tergoda dan beranjak dari sana, ingat kamu harus segera menepis apapun itu, paham kamu Deka?" tanya si mbah kepada Deka     

Deka menganggukkan kepala dan menutup matanya. Di mobil Narsih, masih terdiam dan tidak berkata apapun, dia masih belum pergi. Narsih tersenyum karena kedatangannya sudah diketahui oleh mereka.     

Deka yang mendengar apa yang di katakan oleh si mbah menelan salivanya, dia tidak tahu kalau Narsih tahu keberadaan dukun itu dan dirinya. Keringat dingin bercucuran deras di keningnya.     

Deka melihat sekeliling, angin bertiup kencang dan terdengar seperti orang bersiul. Deka benar-benar takut kalau benar dukun menumbalkan dia. Anak buah si mbah juga ikut membaca mantra dan ikut membaca.     

Di dalam mobil, Ian mengusapa lengannya yang benar-benar dingin dan menusuk ke tulangnya. Ian melihat sekeliling dan tentu membuat dia merinding.     

"Dino, kenapa ini udara dingin sekali, lihat itu, angin yang bertiup juga tidak menentu, suara anginnya juga mengerikan Dino," ucap Ian yang memeluk dirinya sendiri.     

Dino juga melihat sekeliling, benar kata Ian, angin bertiup cukup kencang, terlihat pohon bergerak ke sana ke mari dan membuat dia merasakan dingin yang benar-benar menusuk. Toni memandang ke arah Narsih yang menunduk.     

"Mas, mbak Narsih kenapa diam saja ya?" tanya Toni kepada Ian.     

Ian yang memeluk dirinya melihat ke arah Narsih dan benar saja, Narsih hanya diam dan tidak berkata apapun. Ian menyenggol tangan Dino dan menunjukkan ke arah Narsih. Dino yang di senggol melihat ke arah yang Ian tunjukkan. Dino menyerngitkan keningnya dan tentu membuat dia heran kenapa dengan Narsih.     

"Mang, Narsih kenapa?" tanya Dino kepada mang Dadang yang fokus melihat rumah si mbah.     

Mang Dadang yang dipanggil dan ditanyakan berbalik dan melihat ke arah Dino, dia menyerngitkan keningnya saat melihat Narsih yang tertunduk.     

"Dia kenapa Dino?" tanya mang Dadang.     

Dino menggelengkan kepala, dia tidak tahu kenapa bisa Narsih seperti itu. Narsih tidak bergerak sama sekali. Dino dan Ian juga Toni menjauh dari Narsih, karena Narsih mulai bereaksi dan bersiap akan memekik. Dan benar saja, Narsih memekik kencang mobil bergoncang hebat, Paijo yang duduk di depan ikut terkejut. Ian yang bertukar tempat duduk karena Ian mau tidur akhirnya tidak jadi, karena dia melihat Narsih mulai berubah.     

"Duh, mang gimana ini? Dia kenapa mang?" tanya Ian yang panik mobil bergoyang dengan kencang.     

"Jangan panik, ayo kita berdoa saja, aku yakin dia sedang bersama dukun itu, keduanya adu kekuatan, makanya seperti ini. Ayo cepat kita berdoa saja, tidak ada waktu untuk berbicara sama sekali," ucap mang Dadang kepada Ian dan yang lainnya.     

Ian, Dino dan Paijo juga Toni mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan mang Dadang. mereka berdoa dan tidak peduli dengan godaan yang datang, Narsih yang tahu ikut menghabisi hantu yang mengganggu Dino dan sahabatnya.     

"Ke sini kalau kamu berani Narsih! Jangan kamu beraninya di sana! Narsih!" teriak dukun itu yang kesal karena anak buahnya di habisi oleh Narsih.     

Deka masih menutup matanya, Deka mendengar suara istrinya memanggilnya, Deka mulai goyah, dia ingin membuka matanya tapi dia ingat apa yang dikatakan oleh dukun jangan tergoyah.     

"Sayang, tolong aku mas! Mas aku butuh bantuanmu mas! Akhhh!" teriak istri Deka yang menurut Deka itu hanya godaan dari Narsih.     

Narsih terus menghabisi anak buah dukun itu, dia terus membuat perlawanan, Narsih benar-benar marah dan kejamnya Narsih terlihat saat dia menghabisi anak buah dukun itu. Dukun itu mengirim anak buah gaibnya, dia ingin menyerang Narsih dan tentu ingin membuat semua orang yang ikut bersama Narsih terganggu, tapi dukun itu salah, Narsih menghabisi semuanya dan tentu membuat meja ritual si mbah berserakan dan meledak.     

Si mbah yang meja ritualnya meledak dan berhamburan langsung terlempar, anak buah si mbah terkejut karena si mbah terlempar dan muntah darah. Deka yang mendengar ledakkan langsung membuka matanya dan mengangga karena si mbah sudah muntah darah.     

" Dia kenapa? Apa dia baik saja?" tanya Deka yang masih bingung kenapa si mbah bisa kalah dengan Narsih, bukannya dia sudah bertapa? Apa dia berbohong pikirnya dalam hati.     

"Sialan! Aku akan membawa kamu di hadapanku Narsih. Aku tidak akan melepaskan kamu, aku kan buat kamu menyesal karena sudah berbuat seperti ini, kamu Deka cepat bawa wanita itu, teman kamu itu akan aku pengaruhi, aku akan buat dia membenci wanita itu. Sekarang cepat bawa dia ke sini jangan sampai kamu kalah dari dia!" Si mbah memerintahkan Deka untuk membawa Nona ke hadapannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.