Dendam Winarsih

Dila Meninggal



Dila Meninggal

0Deka pulang karena di minta oleh si mbah untuk pulang karena Narsih datang, Narsih memang datang tapi dia melawan anak buah dukun itu dengan segala kemampuannya sampai saat dia selesai melakukannya, terlihat mobil Deka sudah pergi dari rumah dukun itu.     

"Dino, dia sudah pergi, ayo kita pergi dari sini. Dukun itu membunuh istri sahabat Bram yang tadi, dia sudah menjadikan istrinya tumbal, dan dia menjadikan aku kambing hitamnya dan kalian juga telibat, ayo kita kembali, sebelum dia bertindak lagi. Aku melihat dia menyerang kita lagi, anak buahnya menelpon polisi untuk menangkap kalian, cepat pergi, aku akan halangi mereka, " ucap Narsih pada Dino dan temannya yang lainnya.     

"Sial tuh dukun, aku akan habisi dia nanti," Ian geram mendengar apa yang dikatakan oleh Narsih.     

Paijo langsung tancap gas dan meninggalkan tempat tersebut. Paijo merasakan ada sesuatu yang aneh, kepalanya sangat berat dan tentu membuat dia tidak bisa membawa mobil dengan benar. Mang Dadang yang melihat keadaan Paijo sangat mengkhawatirkan berusaha membacakan doa.     

Mobil oleng ke kiri dan ke kanan, Paijo mengerang kesakitan karena tubuhnya sangat panas dan tidak bisa di kendalikan. Dino tidak tahu harus apa, dia akhirnya maju kedepan dan berusaha untuk memindahkan Paijo kebelakang. Ian dan Toni membantu menahan tubuh Paijo dan dengan cepat mereka sudah pindah.     

Mang Dadang pindah ke belakang dan membantu Paijo, Dino yang mengemudi mobil sedangkan yang lain sibuk membuat Paijo sadar. Paijo teriak kencang, dia menjerit dan menggerang kesakitan. Narsih kembali masuk begitu saja dan melihat Paijo sudah mengerang kesakitan.     

"Keluar lah!' Narsih meminta sosok yang di dalam tubuh Paijo untuk keluar dan tentu membuat sosok di tubuh Paijo mengamuk. Paijo yang sudah kerasukkan menarik rambut Narsih dan golok Narsih terlempar di pangkuan Toni.     

Toni yang terkejut langsung pingsan ke belakang, Dino yang melihat Toni pingsan ke arah dirinya mulai kewalahan.     

"Ehh, Toni, ya Tuhan, ampun dah, kamu ini lah. Kenapa lah kamu ini pakai acara pingsan segala," ucap Dino yang mendengus karena Toni jatuh.     

Dino melihat ke arah belakang, sahabatnya dan mang Dadang sibuk melepaskan tangan Paijo yang menarik rambut Narsih. Narsih mengikuti ke arah mana rambutnya di tarik. Ian dan mang Dadang berusaha untuk menarik tangan Paijo tapi tangannya masih tetap sama dan tidak bisa di pisahkan oleh tarik menarik rambut Narsih.     

"Paijo, kamu cari mati saja ya! Kamu pikir kamu itu sudah kuat apa? Jangan tarik rambut dia! Yang ada rambut kamu di tarik bisa lepas! Mang ini bagaimana?" teriak Ian yang sudah lelah menarik tangan Paijo.     

Setelah, sampai di tempat perbatasan kota dan desa tadi, Narsih dengan mudah membuat roh atau makhluk astral itu lepas dari tubuh Paijo. Ian dan mang Dadang bisa bernapas lega, Paijo pingsan dan yang keluar dari tubuh Paijo bertubuh besar dan berbulu.     

"Kita selamat, kita harus bisa selamat dan tahu tidak aku ingin tidur, Dino ayo cepat bawa pulang kami," ucap Ian yang lemas dan tersandar di sandaran kursi.     

Mang Dadang juga lelah, dia tidak menyangka mereka akan melalui ini semua. Mobil melaju sampai ke rumah mereka masing-masing. Ian membantu mengangkat Paijo dan Toni bersama yang lainnya setelah itu mereka langsung tertidur.     

Deka yang di minta untuk pulang akhirnya sampai juga di rumahnya, dia melihat rumahnya sudah ramai para penjaga tertunduk dan wajah sendu menghiasi raut wajahnya. Deka yang takut akan apa yang dia dengar tadi buru-buru masuk ke dalam dan benar saja, para pengawal menurunkan istrinya dari atas menuju ke bawah.     

"Papa! Mama meninggal!" Anak Deka menangis karena sang mama meninggal dunia.     

Deka terdiam dan hoyong ke belakang. Pak supir yang melihatnya langsung menangkap majikannya agar tidak jatuh. Deka merasakan jika teriakkan itu adalah teriak kan istrinya bukan Narsih yang dukun itu katakan. Deka teriak dengan kencang dia tidak menyangka kalau dia bisa terpengaruh oleh omongan dukun itu dan sekarang Dila meninggal dunia.     

Deka mendekati Dila yang sudah diletakkan di tempat tidur. Deka dan anaknya duduk di sebelah orang yang dia cintai. Deka memegang tangan Dila, yang tadi pagi dia pegang masih hangat dan sekarang sudah dingin dan tidak merespon dia lagi. Terlihat wajahnya pucat seperti kehabisan darah, wajahnya juga tidak seperti semula walau pun meninggal tapi tidak seperti orang tua, ini wajahnya sungguh mengerikan sekali.     

"Pak, nanti umumkan di masjid dan kabari asisten saja untuk mengatakan kalau istri saya meninggal dan tolong atur semua ya," ucap Deka kepada ketua pelayan di rumah.     

"Baik Pak, akan saya siapkan semuanya dan akan saya sampaikan pesan pak Deka." kepala pelayan pergi dari hadapan Deka.     

Deka hanya bisa menatap sendu wajahnya istrinya, dia tidak tahu harus apa saat ini. Dia mau salah kan siapa pun dia tidak tahu. Para pelayan sibuk dengan semua persiapan pemakaman untuk esok hari. Deka melihat ke arah pelayan yang membawa bunga dan dupa. Deka bangun dan mengejar pelayannya.     

"Ini, apa?" tanya Deka yang penasaran dengan yang di bawa oleh pelayan itu.     

"Saya tidak tahu pak, soalnya tadi saya temukan di sebelah ibu, dan ada ular juga di sana membelit ibu pak, makanya saya panggil pengawal untuk masuk ke dalam kamar ibu, tapi mereka masuk, ular itu sudah pergi dari kamar ibu lewat atas pak," ucap pelayan yang membawa bunga dan yang lainnya.     

Deka yang mendengar apa yang dikatakan oleh pelayannya mengangga, kenapa bisa ada ular dan bunga di kamarnya? Narsih tidak mungkin melakukan itu, sialan kamu, pasti kamu yang menumbalkan istriku, dasar dukun tidak berguna. Deka benar-benar membuat dia tidak habis pikir, kedatangan dia ternyata membawa petaka dan mengorbankan istri.     

"Awas kamu, aku akan buat kamu hancur dukun sialan! Aku akan buat kamu tidak bisa dapatkan apapun!" geram Deka.     

Deka kembali duduk di sebelah jasad istrinya yang terlihat sangat menyedihkan, tubuhnya yang sedikit berisi, sekarang harus terlihat sangat kurus dan dia saja tidak mengenali istrinya itu. Sahabat Deka mendapatkan kabar kalau Dila meninggal, mereka pun bergegas ke rumah Deka, walaupun mereka ada yang tidak cocok tetap untuk masalah ini di tepikan sedikit.     

Deka masih bungkam karena tidak mau membahas masalah kematian istrinya, dia juga tidak banyak bicara, Deka menyesali apa yang terjadi, teriakkan istrinya membuat dia terus teringat di kepalanya dan tidak akan bisa dia lupakan. Deka menyesal karena percaya dengan dukun itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.