Dendam Winarsih

Rencana Dino



Rencana Dino

0Dino yang mengikuti Deka akhirnya bisa menemukan menemukan sesuatu yang menurut mereka sangat berharga yaitu rumah dukun itu.     

"Kenapa kita semalam tidak mendekati rumah si dukun itu? Apa dukun itu ilmu dalamnya kuat ya, hingga kita tidak bisa ke temu dengan dia?" Tanya Ian yang mengunyah makanan yang di sajikan di meja.     

Mereka makan pagi bersama, semalaman mereka harus menghadapi serangan dari dukun itu, beruntung saja Paijo tidak kerasukkan terlalu parah.     

"Itu karena kita beruntung dan karena kalau kita tidak beruntung maka, habis lah kita semua. Paijo, kamu sudah baikkan?" Tanya mang Dadang kepada Paijo.     

Paijo menganggukkan kepala, dia tidak mungkin baik jika tidak dibantu oleh mereka semua. Mang Dadang tahu jika Paijo masih memikirkan apa yang terjadi dengan dirinya, mang Dadang tidak mau Paijo masih trauma dia menepuk pundak Paijo untuk memberikan Paijo semangat.     

"Sudah jangan kamu pikirkan, ingat kamu harus selalu berdoa, karena dengan berdoa kamu bisa di lindungi dan jangan buat diri kamu larut dalam masalah semalam." Mang Dadang benar-benar memberikan Paijo semangat, bukan hanya Paijo tapi yang lainnya juga, Paijo tersenyum dan melanjutkan makanannya.     

"Oh ya, aku heran, kenapa kita di serang? Dan apa dia tahu kita datang tadi malam ya?" Tanya Ian kepada mang Dadang dan ketiga sahabatnya.     

"Saya rasa iya mas, mereka tahu kedatangan kita, dan bisa saja, kita akan dikirim lagi hantu seperti kemarin, duh! Bagaimana ini mas?" Tanya Toni dengan wajah cemas.     

"Kalian berdoa saja dengan khusyuk dengan begitu kalian akan terlindung, percaya dengan apa yang saya katakan ke kalian, jangan pernah lupakan doa itu yang paling penting dari sekian banyak hal yang ada di dunia ini."     

Mang Dadang memberikan sekali lagi nasehat dan petuah untuk pria muda di depannya ini. Dino mengangguk dan mengangkat jempolnya. Hari libur dan harus di nikmati dengan bermalasan     

"Kita nggak intai si Deka lagi kah?" Kalau iya, ayo kita ke kantornya, kalau sudah kerja nanti kita tidak bisa mengintai dia, bisa bahaya dengan manajer itu, kita harus tahu kalau manajer itu sangat cerewet, aku rasa di ketelan biji salak lah, makanya dia seperti itu." Ian menyarankan untuk pergi ke kantor Deka untuk mencintai Deka lagi.     

Toni yang menyalakan TV, terkejut melihat wajah Deka yang muncul di TV dan tentu dengan kabar duka. Mang Dadang dan yang lainnya terkejut karena Deka berduka di malam yang sama saat dia bertemu dengan dukun itu.     

"Ini gila, istrinya meninggal di saat dia di rumah dukun itu? Apa itu tidak salah kah? Apa penyebabnya ya?" Tanya Ian yang penasaran kenapa istrinya bisa meninggal.     

"Kalau meninggal itu karena takdir mungkin penyebabnya yang harus kita cari tahu." Mang Dadang menjelaskan apa yang Ian katakan.     

"Mang, apa dia dijadikan tumbal ya?" Tanya Toni kepada mang Dadang.     

Semua terdiam mendengar pertanyaan dari Toni semua memandang ke arah Toni dengan tatapan tajam.     

"Dari mana kamu tahu kalau ini tumbal?" tanya Paijo kepada Toni.     

"Tapi ya, aku rasa ini memang tumbal, kalau Narsih mana mungkin kan bisa bunuh istrinya si Deka itu, dia kan sama kita dan bantu kita, ini aku yakin sekali pasti untuk ilmunya, benar nggak mang yang aku katakan?" Tanya Ian kepada mang Dadang.     

"Kalaupun iya, jadi sasaran ketiga selain Nona, ada satu wanita lagi dan itu istrinya …." Dino tidak bisa meneruskan apapun yang dia pikirkan dan tanpa dia katakan pun yang lain pasti tahu kemana arah tujuan pembicaraan dia.     

"Terlalu sekali dia, untuk apa dia lakukan itu, mereka tidak salah dan mereka hanya manusia biasa saja, aku merasa, kalau dukun itu keterlaluan dan tidak punya hati sama sekali, dan aku tidak habis pikir dia akhhh!" Ian kesal dan geram karena orang yang tidak bersalah ikut jadi korban mereka.     

Mang Dadang menghela nafas panjang, karena dia tidak tahu harus apa. "Kita harus selamatkan dia, kita harus kasih tau Diman untuk berhenti dari menemui dukun itu, jika tidak mau jadi tumbal. Dan apa kita harus kasih tahu Narsih kalau akan ada korban lagi?"     

"Aku rasa dia sudah tahu mang, kalau tidak mana mungkin dia tidak sibuk semalam, tapi karena masih terang dia tidak muncul, coba kita lihat nanti malam apa dia akan muncul lagi atau tidak, kalau dia muncul bisa kita tanyakan dia," Ucap Dino pada mang Dadang dan ke tiga sahabatnya.     

"Itu juga boleh, kita harus tunggu sampai malam. Dan kita harus kasih tahu Jupri, biar dia waspada juga, bisa saja dia juga ikut jadi korban karena dia tinggal bersama dengan Bram. Karena tumbal itu siapapun bisa menurutku, lebih baik kita kasih tahu saja, Dino kabari mang Jupri sekarang, biar aku yang ngomong," Ucap mang Dadang.     

Mang Dadang mengambil ponsel judulnya dan menekan nomor mang Jupri. Dino yang mau mengambil ponsel diurungkan karena mang Dadang lebih dulu mengambil ponselnya.     

Tut … tut …     

Panggilan telpon langsung terjawab oleh mang Jupri dan saat ini kedua pria tua sedang berbicara dan membahas masalah yang sebenarnya.     

"Jadi, kalian ke sana? Dan kenapa bisa aku tidak di ajak? Kalian harus mengajakku, aku harus tahu dan bisa bantu kalian. Jadi, Paijo aman kan?" Tanya mang Jupri kepada mang Dadang.     

"Paijo aman dan tidak mungkin tidak aman, karena menurutku mereka semua pria tangguh, walaupun ada yang pingsan dan itu kamu tahu kan siapa?" Tanya mang Dadang.     

Toni hanya tersenyum kecil karena mendengar apa yang dikatakan mang Dadang. Mang Dadang tersenyum melihat Toni yang malu.     

"Kalau ada masalah kalian katakan padaku, dan kalau mau kesana lagi kasih tahu aku, biar aku ikut kalian, dan satu lagi, aku akan jaga Nona dengan baik juga istriku. Kalian juga, jaga diri."     

"Iya, aku akan menjaga mereka dan diriku sendiri, kami akan ikuti Diman, kalau kamu mau, kita akan pergi bersama, asal nanti tidak ada masalah dengan Bram," Sambung mang Dadang pada sahabatnya itu.     

"Aku akan katakan bertemu dengan sahabatku saja, sisanya aku katakan ke istri dan Nona kalau akan mengintai temannya dia," Jawab mang Jupri pada Mang Dadang.     

"Ok, kami akan menjemputmu, kita pergi sekarang bukan?" Tanya mang Dadang kepada Dino.     

Dino menganggukkan kepala dan tentu membuat semuanya ikut. Mang Dadang pun menyampaikan hal yang Dino dan lainnya katakan.     

"Sekarang, kamu kesini atau kami jemput di tempat biasa Jupri?" Tanya mang Dadang kepada mang Jupri.     

"Aku ke sana saja, Bram lagi tidak ada di rumah, dia pergi dengan Nona, sepertinya mereka mau mempersiapkan acara mereka. Nanti lah kita bahas, aku pergi, kalian tunggu aku ya," Ucap mang Jupri kepada mang Dadang.     

Panggilan keduanya berakhir. Mang Dadang meletakkan kembali telponnya di nakas dan tentu membuat dia bernafas lega.     

"Ayo kita bersiap, kita harus tahu kemana Diman berada, dan kita harus minta Narsih ke rumah Diman untuk menghalangi anak goib si dukun itu." Mang Dadang meminta semuanya bersiap untuk memulai pengintaian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.