Dendam Winarsih

Mau Bermain Dengan Ku



Mau Bermain Dengan Ku

0Mbah dukun yang geram karena dia ditantang oleh pria yang membantu Narsih. Mbah dukun yang melihat anak buahnya di pukul dukun itu mulai membacakan mantra untuk mengirim sosok gaib untuk menghabisi mereka semuanya.     

"Mau bermain denganku rupanya kalian, aku tidak akan melepaskan kalian semua, dan buat kamu Diman, aku akan segera membawa kamu ke sini, aku butuh tumbal istrimu itu, aku butuh dia untuk membuat wanita hantu itu hancur dan membuat aku makin berkuasa, aku harus dapatkan dia, harus kalau tidak aku tidak bisa tenang," gumam Si Mbah dengan wajah penuh amarah.     

Mbah terus melihat anak buahnya dari wadah tanah liat dan di dalamnya ada air dengan bunga ada juga dupa yang benar-benar asapnya mengepul dengan sangat kuat aroma yang tercium di indera penciuman.     

"Sokowo seung ang golo kurto makunoe!" mantra terus di lontarkan oleh dukun itu dengan cukup lancar.     

Anak buah dukun itu langsung bereaksi saat mantra di bacakan oleh dukun. Paimin bangun dan mencekik leher Paijo dan itu bisa terlihat di wadah sang dukun, dukun itu tersenyum dan merasa puas dan senang karena dia akan membunuh satu dari pria yang membantu Narsih.     

"Bagus, cekik dia dan jangan biarkan dia hidup, ayo cekik dia Paimin. Jangan buat dia hidup!" seru si mbah yang sibuk dengan ritualnya dan melemparkan bunga dan membaca mantra dan tentu saja membuat suasana di rumah gubuk mbah dukun itu menyeramkan.     

Sambil melihat ke wadah tanah liat si mbah terus membacakan mantra dan saat bersamaan wadah tanah liat yang jadi penghubung antara dia dan anak buah dukun itu meledak.     

Duarrrr!     

Seketika air itu muncrat keluar mengenai wajah mbah dukun. Mbah dukun yang terkena air sesajin menjerit, dia tidak menyangka kalau anak buahnya kalah oleh mereka semua.     

"Akhhhh! Sial kalian semuanya, aku tidak menyangka kalau mereka memukul anak buahku lagi, sial kalian semua!" teriak mbah dukun dengan kencang.     

Si mbah mulai melakukan sesuatu lagi tapi dia tidak melihat anak buahnya lagi, samar-samar terlihat wajah mereka tapi tidak terlalu jelas sama sekali. Si mbah langsung melakukan lagi ritualnya, dia mengganti air dalam wadah tanah liat dan mulai membaca mantra yang beda lagi, mantra untuk menghilangkan kabut putih yang menutupi mereka semua. Tapi sayang sekali, tidak terlihat juga kemana mereka membawa Paimin.     

"Akhhhh! Di mana keberadaan Paimin saat ini ya, aku tidak tahu kenapa dia tidak terlihat. Apa mereka membuang Paimin ke tempat lain? Akhhhh! Awas kalian, aku akan meminta anak buah gaibku mencelakai mereka semua. Tunggu kalian semua," ucap si mbah dalam hati.     

Mbah dukun langsung bangun dan mengambil tali pocong dan rambut panjang yang kusut dengan paku, dia mengambil semuanya dari lemari khusus yang berada di dalam kamarnya.     

Si mbah kembali ke meja ritualnya dan langsung mengganti wadah tanah liat dan langsung mengisi air dan bunga, dupa dan meyan, turut dia taruh di meja. Seringai muncul di sudut bibirnya dengan seringai yang sangat menakutkan.     

"Bersiaplah kalian semua, aku akan menghabiskan kalian semuanya, aku tidak akan mengampuni kalian, tunggu lah kalian!" seru si mbah dukun dengan suara berat dan datar.     

Si mbah dukun yang kehilangan jejak anak buahnya, dia tidak akan membiarkan Dino cs untuk seenaknya lepas setelah mereka membuat dia harus menanggung akibat dari mereka. Si mbah kesal karena gurunya harus meninggal di tangan Narsih dan sekarang dia tidak menemukan anak buahnya, dia juga tidak bisa melihat kabut putih itu.     

"Krongosong welasuo no wasano karuyako magonowasean maturene! Wahai makhluk yang aku letakkan benda ini di depan meja ini, keluarlah segera dan temui aku segera. Aku memanggil kalian, untuk menjalankan tugas yang akan membantu aku, aku ingin kalian keluar segera cepat keluar kalian!" teriak mbah dukun dengan kencang.     

Krekkk! Duarrrrr!     

Suara petir mulai terdengar dan terlihat sangat jelas dari luar. Suasana di sekitar rumah si mbah mulai gelap padahal belum malam. Mbah mulai merasakan anak buahnya datang, dia tidak tahu siapa yang akan datang dan membantunya. Tidak butuh lama, sosok wanita yang menyeramkan muncul di depannya dan ternyata sosok yang datang adalah sosok wanita yang sama menyeramkan.     

"Ada apa kamu memanggilku? Apa kamu mau minta bantuan dariku?" tanya hantu wanita itu pada si mbah dengan wajah yange nyeramamkan.     

"Iya, aku mau kamu cari anak buahku Paimin dan datang ke rumah yang ada di dalam wadah tanah liat ini, aku mau kamu habisi dia, dan jangan kasih kesempatan mereka semua hidup. Balaskan dendamku padanya, dan aku mau kamu jangan sisakan satu orang pun," jawab si mbah pada wanita dukun itu.     

"Imbalanku apa? Kamu tahu pak tua, apa imbalanku? Anak yang ada masih di dalam kandungan dan itu harus ada sebelum aku pergi menghabisi mereka." wanita itu meminta sesuatu yang membuat si mbah dukun menatap ke arah wanita dengan tatapan tajam. Si mbah belum menyediakan makanan untuk wanita hantu ini, tapi dia akan mengakali wanita hantu ini.     

"Kalau itu jangan khawatir, aku akan menyediakannya, tapi saat ini ayam cemani ini dulu, Baru setelah itu segera aku sediakan orok bayi untuk kamu, cepat lah, nanti malam aku mau kamu membunuh mereka dan jangan buat kesalahan, semuanya. Paham tidak?" tanya si mbah dengan suara datar.     

Hantu wanita itu tidak mengatakan apapun dia melihat ayam hitam atau ayam cemani yang di sediakan si mbah dukun itu kepada dia. Hantu wanita itu langsung bergerak ke arah ayam cemani dan langsung melahapnya tanpa menunggu lagi. Dua ekor ayam di lahap langsung dan tidak menunggu lama lagi.     

"Bagus, makan yang banyak, buat balas dendam aku terwujud, setelah itu, aku akan buat mereka yang sudah melupakan aku akan aku balas semuanya. Kalian ada butuhnya ke aku, jika tidak aku tidak akan datang, tunggu saja kalian semua, aku harap hantu sialan itu tidak menggagalkan rencanaku." Dukun itu memandang ke arah wanita hantu itu.     

Setelah puas hantu wanita itu langsung pergi dan malam pun menjelang, si mbah melihat dari wadah tanah liat dan memantau apa yang terjadi dan saat dia melihat rencananya gagal, karena kehadiran Narsih, membuat dia geram dan ingin menghabisi Narsih tapi sayang sekali belum sempat dia membantu arwah yang dia kirim. Narsih sudah membawa wanita hantu itu pergi entah kemana. Wadah yang di depan dukun itu untuk kedua kalinya meledak dan tumpah membasahi dirinya.     

"Akhhhh! Awas kamu Narsih! Aku akan menghajarmu!" teriak dukun itu dengan kencang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.