Dendam Winarsih

Aku Akan Membunuhmu



Aku Akan Membunuhmu

0Ian dan Toni berjalan beriringan, Toni masih memeluk Ian dengan erat dan tentu membuat Ian risih dengan apa yang Toni lakukan.     

"Bisa tidak, jangan buat aku melemparmu dari gedung ini? Jika aku lempar kamu, maka aku akan buat kamu jadi arwah penasaran, mau kamu?" tanya Ian yang kesal dengan kelakuan Toni.     

Dari masuk ke dalam kantor dia terus di gelayutin oleh Toni, hingga para karyawan lain melihat dia dengan tatapan berbeda, dia tidak berbeda dia lelaki normal sangat normal dan tentu saja tidak akan membuat malu keluarga besarnya. Untuk itu dia ingin kesal dan berkata seperti itu kepada Toni.     

"Tapi, aku kan takut mas, aku takut kalau aku akan didatangi oleh dia, bisa pingsan dan kalau pingsan kalau tidak bagaimana?" tanya Toni.     

"Auhh, ahhh. Kamu buat aku geli, sana jauh-jauh," ucap Ian yang menepis tangan Toni dan setelah lepas dia langsung pergi ke dalam ruangan.     

Nona sudah ada di dalam bersama dengan Paijo. Paijo menyerngitkan keningnya, karena tidak melihat mang Dadang bersama mereka. Nona yang melihat kedatangan dari Dino dan Ian juga Toni tersenyum.     

"Loh, katanya ada mang Dadang? Mana dia? Kenapa dia tidak ada? Kamu bohong ya Paijo?" tanya Nona kepada Paijo.     

Paijo kaget karena karena Nona mengatakan hal itu kepadanya. "emang ada, kamu saja yang tidak tahu. Mana Dino? Kenapa dia tidak ada bersama kalian?" tanya Paijo yang heran mereka hanya datang bertiga saja.     

"Dia pergi bersama si Paimin itu, jika dia ke sini bahaya, karena kamu tahu kan, si Nona ada di sini dan dia tidak mungkin menemui si Nona di sini bahaya bagi Nona," ucap Ian yang duduk di sebelah Nona.     

Ian mencolek dagu Nona dengan genit, Ian juga mengedipkan matanya ke arah Nona. Dino hanya geleng kepala karena kelakuan Ian, Dino melanjutkan pekerjaan begitu juga yang lainnya. Dua jam pekerjaan, Dino cs mendapatkan kabar yang mengejutkan.     

Gubrakk!     

Pintu ruang kerja terbuka dan terlihat wajah mang Dadang yang ngos ngosan. Dino cs terkejut karena kedatangan Mang Dadang seorang diri.     

"Mana dia?" tanya semuanya kepada mang Dadang.     

"Dia kabur dan dia juga akhhh! Aku hanya tinggal sebentar ke kamar mandi, tapi dia hilang, aku sudah mencarinya, tapi tidak ke seluruh kantor ini, aku tidak enak hati, karena bukan karyawan di sini, bagaimana ini!" mang Dadang mengacak rambutnya dengn kasar.     

Ian mengumpat dengan kencang, dia geram dengan Paimin dan dia juga tidak tahu tuh anak mau apa. Mang Dadang di tarik oleh Nona ke kursi untuk duduk di kursi dan memberikan minum.     

"Kalian cari sana, takutnya dia kesana kemari dan dia juga bukan karyawan di sini, jadi kita tidak bisa membiarkan dia sendiri di sini, ayo sana, jangan bengong saja kalian," ucap Nona yang menyuruh Dino cs mencari orang yang mereka maksudkan.     

"Ahkkkk! Dia menyusahkan sekali. Aku akan membunuhnya nanti jika ketemu." Ian yang kesal mengepalkan tangannya karena Paimin hilang.     

"Kalian cari siapa?" tanya seseorang dari belakang.     

"Akhhhh! Dari mana kamu pergi hahhh!" teriak Ian yang terkejut.     

Dino juga terkejut begitu juga Paijo, Toni dan mang Dadang. Mang Dadang bangun dan melihat Paimin. Mang Dadang memeluk tubuh Paimin dan membawa Paimin masuk. Ian mengangga melihat kelakuan mang Dadang yang absurd.     

"Dino, tampar aku! A ....," Ian yang belum selesai bicara langsung di tampar oleh Dino.     

Plakkkk!     

Ian menatap ke arah Dino yang memukulnya, Dino yang di pandang oleh Ian hanya mengangkat kan bahunya. Dino berjalan ke arah mang Dadang, dia ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya.     

"Aku belum meminta kamu untuk menampar kamu, jadi jangan kamu tampar dulu aku, dasar Dinosaurus sialan!" teriak Ian dengan kencang.     

"Lah, kan kamu minta aku tampar, kalian dengar kan tadi, jadi salah aku, salah ayah dan ibu aku juga salah kakek dan nenek aku, salahkan dia tuh, yang kabur tidak menentu, dan kamu, kenapa kamu kabur hahhh!" teriak Dino yang kesal karena si Paimin kabur.     

Nona menepuk pelan pundak Dino dan tersenyum kepada Dino. Dino tersenyum ke arah Nona dengan malu-malu. Ian yang melihat kelakuan keduanya hanya bisa mencibirkan mulutnya.     

"Hei, jangan buat kemesraan kalian di sini, tuh mang Dadang iri pada kalian berdua, kalian menyebalkan sekali, aku sangat muak lihat kalian, saat sedih kalian sedih saat seperti ini kalian melupakan manusia di sini dan kamu, sudah pernah dibunuh orang tidak?" tanya Ian kepada Paimin.     

"Belum, siapa yang mau aku bunuh?" tanya Paimin dengan polosnya.     

Ian mengangga mendengar pertanyaan dari Paimin, siapa yang mau di bunuh? Ian memegang tengkuknya yang pusing akibat pertanyaan dari Paimin.     

"Tolong aku, aku hanya ingin hidup seribu tahun lagi, nggak Narsih, nggak dia semuanya menyebalkan sekali," cicit Ian yang duduk di bantu oleh Paijo.     

"Kebanyakan makan bubur ayam kamu tuh, makanya seperti itu, makanya kamu jangan sok makan sampai berkilo-kilo, rasakan kamu," ucap Paijo yang memarahi si Ian.     

Paimin melihat ke arah Nona dan tersenyum. "dia istri kamu kah?" tanya Paimin yang menyebut Nona istri Dino.     

Dino dan Nona saling pandang satu sama lain, mereka tidak menyangka bisa dikatakan istri oleh anak buah dukun ini. dino mendekati anak buah dukun ini yang sedikit berbeda dari dukun atau gurunya ini.     

"Kamu tidak ingat dia?" tanya Dino kepada Paimin.     

Paimin geleng kepala ke arah Dino, dia tidak tahu siapa wanita yang di sebelah Dino. Dino bangun dan menarik mang Dadang dan yang lainnya untuk berdiskusi. Semua berkumpul dan tentu membuat mereka sedikit penasaran apa yang akan Dino katakan.     

"Apa otaknya sedang terganggu? Atau dia berpura-pura untuk lupa ingatan tujuannya untuk mendapatkan Nona?" tanya Dino yang curiga.     

"Atau bisa saja jimat itu yang membuat dia seperti ini. Kita mana tahu kan kalau jimat itu sangat berpengaruh dengan dia dan itu membuat dia seperti ini. Kalau takut Nona di ketahui maka, jangan dekati dia, kita harus buat Nona menjauhi dia dan kalau bisa jangan kasih tahu nama Nona dan bilang aja dia istri kamu Dino," ucap mang Dadang,     

"Mana bisa, dia kan tinggal di rumah Bram itu, kalau pulang dia tidak bersama kita bahaya kan," ucap Dino lagi.     

"Aku setuju dengan apa yang Dino katakan, bilang saja pacar kalau nggak tunangan aja, kan bagus tuh, kalau bisa namanya juga di ubah," jawab Ian.     

Semua memandang ke arah Ian yang mengatakan nama Nona di ubah. "siapa yang mau kamu kasih nama buat Nona?" tanya Paijo.     

"Kasih saja namanya Narsih." Toni mengatakan asal kepada yang lainnya.     

Plakkk!     

"Nama mbak manis jangan di sangkut pautkan dia dengan nama Nona yang manis ini," cicit Ian yang mukul Toni. Toni memanyunkan bibirnya karena kepalanya di pukul Ian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.