Dendam Winarsih

Jangan Ganggu Narsih



Jangan Ganggu Narsih

0Semua orang mundur dan menjauh, tidak ada yang berani mendekat sama sekali semuanya menjauh. Narsih memandang tajam sosok yang di depan. Tidak berapa lama, sosok yang di tubuh Paimin keluar dari raga pria tersebut.     

"Jadi, tadi pagi dia makan banyak karena sosok itu. Duh, kalau dia masih terus dengan kita bisa bahaya jiwa kita, makanya aku bertanya tadi tapi Paijo main angkut aja, sekarang mana tuh anak, dia main kabur saja tahunya, aku ingin sekali menghajar dia," ucap Ian yang kesal dengan Paijo.     

"Mas Paijo, pergi mandi katanya, tapi nggak tahu dia kenapa belum keluar," jawab Toni kepada Ian.     

"Jangan ganggu Narsih, pergilah kamu, aku hanya akan berurusan dengan mereka saja, kamu tidak dibutuhkan lagi." sosok itu mengatakan dengan suara datar.     

"Jangan bermimpi jika aku akan pergi dan meninggalkan kamu di sini, aku akan membawamu pergi dari sini, ingat kamu tidak akan pernah bisa pergi dari sini, kamu paham?" tanya Narsih yang sudah mengambil goloknya dari kepala dan mengarahkan kepada sosok yang di depannya.     

Hening tidak ada pembicaraan sama sekali dan begitu juga dengan Dino cs yang memandang dari balik kursi. Mereka tidak mau membuat keadaan makin runyam jika mereka muncul. Paijo yang baru keluar dari kamar mandi dan menggosok rambutnya terkejut melihat sahabatnya dan mamang bersembunyi di balik kursi meja makan.     

"Eh, kalian kenapa sembunyikan di sini, mandi sana kalian ini jorok sekali. Dari pagi tidak mandi kalian semua," ujar Paijo yang berjalan ke kamar melihat ada sosok yang tentu dia sudah tahu dan satunya tidak.     

"Kalian kalau mau berkelahi di luar sana jangan di rumah kami, kamu juga datang ke sini tanpa ada yang mengundang, balik sana ke dukun kamu, tidak ada yang kamu cari di sini pergi sana menyebabkan sekali kalian semua." Paijo berteriak dengan sosok yang berdiri seperti permen itu.     

Sosok itu melihat ke arah Paijo yang memasang wajah penuh amarah dan tentu saja dia tidak bersahabat. Paijo masuk ke dalam kamar dengan membanting pintu kamar dengan kencang dan membuat rumah sedikit bergetar.     

"Mas Paijo itu, takut atau apa ya? Dia masuk dan berkata seperti itu dan lihat saja itu dia membanting pintu cukup keras dan sangat keras. Rumah saja bergetar hebat, dia luar biasa," cicit Toni yang salut kepada Paijo.     

"Dia itu sudah kepergok dan tidak bisa mundur, dia takut mau keluar lihat saja dia pasti sembunyi di kamar dan ngumpet di bawah meja, aku sudah tahu kelakuan dia," ucap Ian yang paham kelakuan si Paijo.     

Paijo yang di kamar langsung bersembunyi di kolong meja. Dia takut kalau sosok yang dia marahi itu datang ke dalam kamar dan tentu membuat dia gemetar hebat.     

"Masih di sini atau mau pergi?" tanya Narsih kepada sosok di depannya.     

"Aku akan tetap berada di sini, sampai mereka serahkan ke aku orang yang mau aku, baru aku akan pergi dari sini, jangan menghalangi aku paham kamu," ucap sosok itu dengan suara datar.     

"Baiklah, jika itu yang kamu mau, jangan jadi aku jika aku melakukan yang tidak akan membuatmu kembali ke alammu," jawab Narsih yang sudah bersiap dengan goloknya.     

Kedua sosok itu saling adu kekuatan dan membuat rumah Dino berantakan. Narsih melayangkan golok ke arah sosok itu dengan cepat, sosok itu menghilang dan membuat narsih mengerang karena amarahnya.     

Keduanya menghilang dan tidak kembali lagi, Dino berusaha keluar dari persembunyian, di susul mang Dadang dan yang lainnya. Mereka melihat ke sana ke mari, tidak ada sama sekali sosok sama sekali.     

"Mang, kemana dia mang?" tanya Dino kepada mang Dadang.     

"Sepertinya mereka berada di tempat yang tidak kita ketahui, biarkan saja, sekarang kita mikirkan ini dulu bagaimana, aku tidak mau kalau aku terlibat lagi, mana mungkin kita kerumah sakit lagi dan mengatakan kepada mereka kalau dia pingsan di jalan, alibinya akan membuat kita makin ketahunan jahatnya." Mang Dadang menunjuk ke arah Paimin yang pingsan di ruang tamu.     

"Lebih baik, kita bersihkan diri dulu, kita tidak mungkin nunggu mereka dan aku pastikan kalau yang kalah itu sosok pocong itu, " ucap Ian kepada yang lain.     

Semua orang setuju dan melakukan kegiatan yang tentu sesuai dengan apa yang biasa mereka lakukan. Mang Dadang dan Dino mengangkat Paimin untuk mereka rebahkan ke atas sofa depan. Tidak tega juga melihat dia tidur di bawah.     

"Mang, kalau dia bangun bagaimana ya? Apa kita usir saja?" tanya Dino yang memandang Paimin masih pingsan.     

"Entahlah, apa dia masih sama isi kepalanya dengan gurunya itu atau tidak aku tidak tahu Dino. Kepalaku pusing, kita lupa tanya bagaimana rencana Nona yang akan menikah dengan Bram jadi apa tidak ya?" tanya mang Dadang.     

Dino mengidikkan bahunya, dan geleng kepala. Mang Dadang yang melihat jawaban dari Dino hanya bisa ikut saja. Ian dan Toni yang sudah selesa mandi duduk di meja makan menyiapkan makanan untuk mereka semua. Makanan yang di beli tadi di sajikan.     

"Apa mereka sudah pergi?" tanya Paijo yang keluar dari kamar.     

"Sudah, jangan mengumpet di bawah kolong meja kamu, makanya nggak kelihatan. Kamu tidak lihat aku dan yang lainnya keluar masuk kamar, kamu itu terlalu penakut tapi sok berani," ucap Ian yang memandang ke arah Paijo yang keluar dengan menggaruk kan kepalanya.     

Paijo mendekati Ian dan Toni yang sedang menata piring dan gelas untuk mereka semua. Paijo melihat tidak ada Dino dan mang Dadang. Dia tidak melihat sama sekali kedua orang itu. Ian yang tahu langsung membuka suara.     

"Mereka mandi, sudah duduk sini." Ian mengajak Paijo untuk duduk.     

Tidak berapa lama, semuanya berkumpul dan duduk di meja makan menikmati makanan, Dino sekali-kali melihat Paimin. Makanan Paimin di sisihkan, siapa tahu dia bangun bisa dia makan nantinya.     

Narsih dan sosok pocong itu berada di tempat yang pas buat mereka adu kekuatan. Mereka berada di kuburan dan saling melawan satu sama lain dan tentu membuat keduanya tidak ada yang mengalah.     

"Mati lah kamu Narsih aku akan buat kamu hancur kali ini, aku akan buat kamu hancur dan tidak akan bisa membalas dendammu lagi." sosok itu langsung melemparkan kain kafaannya ke arah Narsih.     

"Jangan bermimpi aku akan kalah!" seru Narsih yang dengan cepat membelah sosok pocong itu jadi dua bagian dan mencincangnya dengan cepat dan tentu membuat dia sosok pocong itu menjerit dan hilang begitu saja.     

"Sampaikan ke dukun itu, dia akan jadi target dendamku, jangan lupa kan itu." Narsih pergi meninggalkan pocong yang hanya tertinggal kainnya saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.