Dendam Winarsih

Ilmu Gaibnya



Ilmu Gaibnya

0"Dino, sudah sampai ini. Ayo kita pergi sekarang, kita harus pergi, takutnya kita tidak bisa ikut rombongan meliput, tahu sendiri manajer itu." Paijo mengajak Dino untuk turun.     

"Kalian jangan buat kesalahan untuk mencintai dia ya, ingat kalian harus hati-hati. Mereka sudah akur sekarang, jadi kita tidak bisa mengandalkan situasi yang dulu, mereka bersatu mungkin mereka punya rencana lain," ucap Paijo lagi.     

"Baiklah, kalau gitu. Kita tidak akan kecolongan lagi, dan kita akan hati-hati. Kalian kabari aku jika ada apa-apa," jawab ian kepada Dino.     

Dino menganggukkan kepala ke arah Ian dan yang lainnya. Paijo dan Dino turun dari mobil dan masuk ke dalam kantor. Mang Dadang membawa mobil dan langsung menuju ke kantor Diman. Dalam perjalanan tidak ada yang berbicara sama sekali.     

Sesampainya dia ke kantor Diman, mobil parkir agak keluar kantor, karena takut ketahuan oleh Diman. Mereka melihat ke arah kantor Diman tapi tidak ada sedikitpun pergerakan.     

"Mang, kalau Bram berubah bagaimana ya?" tanya Ian kepada Mang Jupri.     

"Aku tidak tahu, dari apa yang dia ucapkan tadi malam membuat aku, benar-benar tidak bisa aku percayai." Mang Jupri masih belum bisa mengatakan kalau dia percaya dengan Bram.     

"Kita lihat nanti saja, jika dia berbohong, ya akan ketahuan nantinya, aku hanya bisa kasih tahu ke kalian, dia pembohong pun akan ada masanya dia kena batunya. Kita tidak perlu mengatakan apapun saat ini, kita fokus saja dengan apa yang ada saat ini," ucap mang Dadang kepada Ian.     

Toni yang menatap ke arah kantor Diman terkejut, dia melihat dukun yang anak buahnya bersama dengan mereka datang ke kantor Diman. Toni berteriak ke arah Ian dengan kencang.     

"Dukun itu ke kantor, aduh dia ngapain ke sini? Kenapa dia ke sana? Kenapa tidak di tahan?" tanya Toni yang heboh karena kedatangan dukun itu.     

Ian dan kedua mamang melihat ke arah kantor yang membuat Toni berteriak dan heboh sendiri. Keduanya membolakan matanya ke arah dukun yang di tarik ke luar. Semuanya mengangga karena melihat dukun itu di seret.     

"Dia diusir? Kenapa bisa?" tanya Ian yang tidak percaya dengan apa yang dia lihat.     

"Jangan tanyakan aku, aku saja tidak tahu." Mang Jupri yang tidak tahu kena dukun itu di usir oleh Diman.     

Terlihat dukun memandang ke arah kantor Diman dan mulutnya bergerak. Sekuriti yang menarik keluar dukun itu langsung jatuh. Ian dan yang lainnya mengangga karena melihat sekuriti itu pingsan mendadak dan kejang-kejang.     

"Kalian lihat itu? Aku mulai mengigil karena dia main ilmu gaibnya, bagaimana kita mau ikuti dia dan melawan dia?" tanya Ian yang mulai keringat dingin melihat ilmu gaibnya dukun itu.     

Mang Jupri mengetuk kepala Ian dengan kencang. Kletukkk! Ian meringis karena perkataannya. Dia hanya bisa merenggut karena kepalanya di ketuk oleh Mang Jupri.     

"Yang minta kamu ikuti dukun itu siapa? Kita kan mau intai si Diman itu, karena dari yang lain dia yang belum dapat tumbalnya, jadi kita intai dia bukan intai dukun itu," ucap Mang Jupri kepada Ian yang mengusap kepalanya.     

"Iashhh! Tapi, tidak juga main ketuk mang, mang kira kepala aku apaan hmm." Ian kesal karena mang Jupri mengetuk kepalanya, dia yang mengusap kepalanya sedikit merenggut dan tentu mulutny di manyunkan.     

"Sudah, coba lihat, dia melihat ke mobil kita. Ayo kabur cepat kita dari sini, jangan di sini, jika tidak kita yang akan jadi kena ke dia, ayo mang kita pergi, kita jangan di sini, cepat kita pergi mang, aku ingin kita pergi." Toni berteriak untuk pergi ke dari tempat di mana dia parkir tadi.     

Mang Dadang yang membawa mobil langsung tancap gas dan langsung pergi dari kantor Diman. Mang Dadang juga ikut ketakutan dan dia tidak mau kalau mereka bernasib sama dengan sekuriti tadi. Ian melihat ke belakang dan terlihat dukun itu mengikuti mereka dengan berjalan, Ian panik karena dukun itu mengikuti dengan jalan kaki saja.     

"Kalau begini habis lah kita, bagaimana ini? aku tidak bisa berkata apapun, aku tidak mau mati, aku tidak mau, aku takut mang!" teriak Ian yang menundukkan kepalanya karena ketakutan.     

"Diam, jangan teriak kamu Ian, kita juga tidak mau mati, tutup mulutmu, kamu buat kami bingung dan panik!" teriak mang Jupri kepada Ian yang menggigil dan dia pingsan.     

Mang Jupri mengangga melihat ke arah Ian yang pingsan dan tidak bisa berkata apapun. Mang Jupri menarik Ian yang pingsan dan merebahkan dia di sandaran mobil. Toni yang melihat Ian pingsan juga ikut menggigil, karena dia ingin pingsan tapi tidak jadi karena melihat mang Dadang yang menatap tajam ke arah dia.     

"Sampai pingsan, aku lempar kamu dan ...." belum sempat mang Dadang menyelesaikan perkataannya, Toni sudah pingsan.     

Hanya helaan nafas yang terdengar dari mulut keduanya. "Dadang, kita harus bagaimana ini, dia masih ikuti kita dengan ilmu gaibnya. Dia tidak mau berhenti sama sekali, kita ke masjid saja, aku yakin dia tidak mau ke masuk ke dalam," ucap mang Jupri kepada Mang Dadang.     

"Iya, boleh juga. Kita ke sana saja. Itu di sana ada masjid kita ke sana saja," ucap mang Dadang kepada Mang Jupri.     

Mang Jupri mengangguk dan mengiyakan apa yang di katakan oleh Mang Dadang. Mobil melaju dan begitu lihat Masjid langsung di belokkan ke dalam masjid. Mang Dadang dan Mang Jupri hanya menghela nafas karena bisa selamat diri dari dukun itu.     

Dukun yang melihat mobil masuk ke dalam masjid hanya diam dan dia pergi begitu saja dari hadapan mereka semuanya. Mang Jupri mengusap wajahnya dan terdiam sesaat.     

"Dang, kita selamat kah?" tanya mang Jupri kepada mang Dadang.     

"Ya, kita selamat. Tapi, untuk saat ini kita aman, tapi nggak kita tidak tahu, apakah kita bisa selamat dari sini atau tidak. Kita harus di sini saja kalau begitu, kita tidak boleh keluar dulu. Bahaya jika kita keluar dari sini," ucap mang Dadang.     

"Iya, kita di sini saja. Kita tidak tahu dia sudah pergi atau tidak. Dang, coba telpon Dino dan Paijo, kita kasih tahu apa yang terjadi." Mang Jupri meminta Mang Dadang untuk menelpon Dino dan Paijo.     

"Iya, aku akan telpon dia." Mang Dadang pun mengambil telpon dan mencari nama Paijo.     

Dua kali telpon tidak di angkat oleh Paijo. Mang Dadang menghubungi Dino tapi tidak juga di angkat. Mang Dadang tidak bisa menghubungi mereka berdua.     

"Sepertinya, mereka tidak mengangkat telponku. Aku tidak tahu mungkin mereka sibuk kerja. Nanti saja kita kabari dia." Mang Dadang menyimpan kembali telponnya.     

"Mimpi apa mimpi apa kita ya semalam ya." mang Jupri bingung kenapa bisa di kejar dukun itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.