Dendam Winarsih

Terjebak



Terjebak

0Mang Dadang dan Mang Jupri hanya bisa duduk di mobil menunggu telpon dari Paijo dan Dino. Mereka pusing karena tidak bisa kemana-mana. Ian dan Toni akhirnya bangun dari pingsannya. Mang Jupri tidak membangunkan keduanya karena toh mereka akan bangun sendiri.     

"Duh, sakitnya kepala aku. Kenapa aku bisa pingsan ya?" tanya Ian yang memijat kepalanya.     

"Karena kamu memang mau pingsan. Kamu itu langganan pingsan, aku sampai heran kenapa bisa pingsan terus kamunya. Aku sampai tidak habis pikir sama sekali, aku harap kamu tidak pingsan lagi, karena kita terjebak di mobil. Tapi, beruntung kita di masjid." mang Jupri menyahut apa yang Ian katakan.     

"Apa kita selamat," ucap Toni kepada Mang Dadang.     

Mang Dadang geleng kepala ke arah Toni. Menurut kamu sendiri kita selamat tidak?" tanya mang Dadang kepada Toni.     

Toni geleng kepala dan sekaligus menganggukkan kepalanya. Toni melihat ke arah luar mobil dan dia sedikit terkejut karena dia sekarang berada di masjid.     

"Kita mau solat ya?" tanya Toni.     

"Iya, bentar lagi azan zuhur, kita harus pergi solat dan kita akan solat di sini. Jadi, kita boleh turun sekarang, jangan kalian pingsan lagi di dalam." ucap mang Dadang kepada Toni.     

Mang Dadang keluar dari mobil, dia melihat ke arah luar dan melihat ada seseorang yang memandang dirinya. Mang Dadang tidak memperdulikan itu, dia sudah menduga kalau itu adalah dukun si Paimin.     

"Mang, tunggu aku. Aku mau ikut." Toni keluar dan menyusul mang Dadang di ikuti oleh Ian dan mang Jupri.     

Keempatnya langsung pergi ke dalam, sebelum masuk ke dalam masjid, mereka langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan sekalian mengambil wudhu. Selesai mengambil wudhu, mereka semua masuk ke dalam masjid dan menunaikan ibadah solat sunat terlebih dahulu.     

Selesai solat, keempat saling pandang satu sama lain. Ian menoleh ke belakang dan melihat apakah ada dukun itu lagi. Ian terkejut karena melihat dukun itu masih ada di masjid dan masih mengawasi mereka.     

"Oh mang, apa dia mengenal mobil Dino ya? Atau dia tahu siapa yang menculik anak buahnya si Paimin itu?" tanya Ian kepada mang Dadang.     

"Dia masih belum balik ya? Biarkan saja, aku tidak akan peduli sama sekali, ilmu dia kalah dengan ilmu kita yang ada kita bisa habis jika berurusan dengan dia.Oh ya, kita harus kasih tahu Dino dan Paijo. Kita tidak mungkin tidak kasih tahu dia, takutnya dia mencari kita lagi," ucap mang Dadang kepada Ian.     

Ian hanya menganggukkkan kepala kepada mang Dadang. Dia mengambil ponsel dan melakukan panggilan kepada Dino dan Paijo. Panggilan pertama tidak di jawab sama sekali, Ian menyerngitkan keningnya karena panggilan telpon tidak di jawab.     

Tut ... tut ...     

"Kemana si Dinosaurus ini, kenapa dia tidak menjawab telponku, aku sudah lelah menunggu dia, aku rasa dia tidak tahu aku menelpon dia. Kalau liputan begini, telpon tidak di angkat," ucap Ian yang tidak bisa menghubungi Dino dan Paijo.     

"Jadi, kita harus apa ya?" tanya Toni kepada mang Jupri.     

"Kita berdoa saja, minta yang terbaik untuk diri kita agar bisa keluar dari sini dan tidak terjebak oleh dukun yang berdiri di sana," ucap mang Jupri menepuk pundak Toni.     

Toni menganggukkan kepala dan menundukkan kepalanya, dia tidak tahu kalau saat ini dia dan yang lainnya harus berada di masjid demi menghindari dukun itu. Azan berkumandang, semua bersiap untuk menunaikan ibadah solat zuhur, dan kemungkinan besar mereka akan berada di sini sampai solat isya jika tidak ada yang menyelamatkan mereka.     

Ian dan Toni khusyuk menjalankan solat zuhur begitu juga dengan mang Dadang dan mang Jupri yang fokus dan khusyuk. Selesai solat, mereka belum beranjak dari tempat duduk, mereka masih berdoa mohon untuk keselamatan mereka dari apapun itu.     

"Dino, kita tidak kasih tahu ke Ian dan yang lainnya, kalau kita nanti pulang agak malam. Jangan jemput kita karena kita akan di antar langsung oleh mobil kantor." Paijo mengingatkan Dino untuk menyampaikan ke Ian dan si mamang agar tidak menjemput mereka.     

"Aku lupa mengatakan ini pada mereka pasti mereka mencari aku, duh bisa bahaya ini kalau mereka jemput kita tidak ada, tapi kan kita bilang ke mereka tunggu kita kabari, tidak apa lah, kita kasih tahu saja ke mereka, biar mereka tidak cemas." Dino menepuk keningnya karena dia lupa mengatakan ke Ian kalau dia pulang malam.     

Dino mengambil telponnya dan terkejut panggilan cukup banyak dari Ian, dan si mamang "Paijo, ini panggilan telpon banyak sekali, dari Ian dan mang Dadang. Kira-kira ada apa ya?" tanya Dino kepada Paijo.     

Paijo yang tengah makan bersama rekannya mengangga, dia tidak tahu kalau Ian melakukan panggilan. Paijo mengambil telponnya dan dia juga terkejut karena mang Dadang juga Ian menelpo dirinya.     

"Kenapa ini, kok mereka telpon kita, apa ada yang penting ya sampai mereka berdua Dino, aku kok cemas ya dengan mereka berempat." Paijo menelpon Ian tapi tidak di angkat sama sekali.     

Dino juga melakukan panggilan telpon tapi tetap tidak di angkat. Mereka menepuk kening karena ini waktu solat zuhur. Keduanya menunggu waktu solat zuhur selesai sambil makan dan izin untuk ke musola terdekat untuk solat. Selesai solat, Dino mencoba menelpon Ian dan akhinya di terima oleh Ian.     

"Ian, kenapa kamu telpon aku dan Paijo? Kami masih liputan tadi dan hari ini kami juga pulang malam juga dan tidak bisa pulang bersama, kemungkinan kami di jemput. Kalian baik-baik saja kan?" tanya Dino yang penasaran kenapa mereka menelpon dirinya.     

"Gawat, kami tidak bisa kemana-mana, karena kami terjebak dan kamu tahu tidak kalau sudah terjebak, tidak bisa bergerak. Dan kami terjebak oleh dukun si Diman. Kami tidak bisa keluar sama sekali. Sekarang kami di masjid, jemput kami Dino, aku benar-benar frustasi sekali, aku sudah tidak tahu bilang lagi. Aku tidak bisa bilang apapun lagi," ucap Ian dengan suara lirih.     

Dino yang mendengarnya hanya bisa mengumpat, dia tidak tahu lagi mau katakan apa. Paijo yang ikut mendengarnya mengangga, kenapa dukun itu bisa sampai di sini dan apa maunya pikirnya.     

"Kalian ketemu di mana dia? Apa kalian tidak tahu hmm? Dia itu bisa saja memperngaruhi kalian semua duh, habis lah kita kalau begini." Paijo tidak tahu mau bicara apa. Dia heran kenapa si dukun itu ke sana.     

"Tidak tahu, karena saat kami mengawasi Diman, kami lihat dia, Toni awalnya dan saat bersama dia melihat mobil kami dan entahlah Dino, Paijo aku tidak bisa katakan apapun, aku bingung. Sekarang kami harus menunggu di sini dan entah sampai kapan kami di sini," ucap Ian lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.