Dendam Winarsih

Tolong Aku Mang!



Tolong Aku Mang!

0Mobil sudah sampai di warung makan yang biasa, mereka masuk ke dalam warung, terlihat ramai oleh pengunjung. Ian dan mang Dadang turun di susul oleh Toni dan mang Jupri.     

"Eh, kita mau bawa pulang apa makan di rumah ini?" tanya Ian kepada ketiganya.     

"Kita makan di rumah saja, kasihan dengan Paimin, dia sendirian di rumah. Entah jadi apa dia di rumah, apa dia sudah makan atau tidak, kita tidak tahu kan." Mang Dadang mengusulkan Ian untuk makan di rumah saja karena kasihan dengan Paimin.     

"Kalian ada penghuni baru ya, kalian banyak menampung orangnya, dua ini aja kalian masih tampung, apa lagi nambah satu orang lagi, makin berat hidup kalian," Mang Jupri terkekeh karena mengatakan hal yang membuat mang Dadang dan Toni berdecih mendengarnya.     

"Sudah, sama-sama saling menumpang jangan banyak cerita, sudah ayo kita pergi sekarang." Ian pun berbalik dan masuk ke dalam warung.     

Selesai membeli makanan mereka langsung pergi ke rumah. Jarak dari warung ke rumah tidak terlalu jauh. Ian memarkirkan mobil ke dalam rumah. Ian melihat ada keanehan di rumahnya, dia bingung kenapa suasana rumah ini beda. Ian masuk perlahan ke rumah tapi yang dia lihat pintu tidak di kunci.     

"Ada yang tidak benar ini mang, sepertinya dia berbuat masalah, lihatlah, rumah kita tidak di kunci dan apa jangan-jangan dia melakukan ritual dari dukunnya. Duh, gawat sekali," ucap Ian kepada mang Dadang.     

Mang Jupri yang ikut masuk ke dalam rumah, si mamang melihat rumah dalam keadaan kacau. Si mamang mengangga melihat kondisi rumah. Tidak ada yang bisa mang Jupri katakan.     

"Kalian tidak salah apa? Rumah kalian sudah seperti kapal pecah dan ...." mang Jupri yang kaget melihat sosok yang mengerikan.     

Semua orang mundur ke belakang karena sosok yang menakutkan ada di depan mata mereka. Paimin yang sudah tidak berdaya karena luka di wajah dan mulutnya juga berdarah.     

"Apa yang terjadi ini mang? Si-siapa dia? Apa ini yang tadi atau kiriman dukun dia?" tanya Ian yang berbisik ke arah mang Dadang.     

"Aku tidak tahu sama sekali, karena ini belum jelas sama sekali." bisik mang Dadang kepada Ian.     

"Siapa kamu! Mau apa kamu ke sini? Lepaskan dia, jangan sakiti dia," ucap mang Jupri kepada sosok yang lainnya.     

Sosok yang di depan mata mereka langsung melempar Paimin ke arah dinding. Tubuh Paimin terbentur dan tentu saja membuat dia mengeluarkan darah yang cukup banyak.     

"Serahkan wanita itu aku ingin wanita itu sekarang, jika tidak aku akan membunuhmu. Aku tidak akan melepaskan kalian, aku akan buat kalian tidak akan bernapas lagi!" sosok misterius itu mengancam mereka semuanya.     

Narsih yang sudah mengahajar sosok yang mengikuti Ian dan yang lainnya kembali ke rumah. Sampai di rumah, terlihat ada sosok lain, Narsih langsung berdiri di depan Ian secara tiba-tiba. Ian dan ketiganya terkejut karena ada Narsih.     

"Akhhh! Mbak, kamu kenapa mengejutkan aku hahh! Kamu buat aku terkejut tahu tidak! Sana pergi hadapi sosok yang mengerikan itu." Ian menolak punggung Narsih untuk menghadapi sosok yang mengerikan itu.     

Narsih yang di tolak ke depan oleh Ian hanya bisa diam, dia menoleh ke arah belakang dan memandang Ian dengan tatapan tajam. Ian yang dipandang hanya cuek dan tidak peduli.     

"Tolong aku mang, dia memandang aku, dia menakutkan sekali, aku takut jika dia menebasku," bisik Ian sambil melirik Narsih.     

"Biarkan saja kamu di tebas, yang ada kamu tidak bisa menganggu dia. Narsih selamatkan dia, dan bawa sosok itu dari sini, kami tidak tahu dari mana dia datangnya, dia juga menakutkan." mang Dadang meminta Narsih membawa dia pergi.     

Narsih memandang kembali sosok itu dengan pandangan tajam, sosok yang wajahnya hancur, matanya keluar dan darah bercucuran di kepalanya juga wajahnya menambah kengerian di sosok itu.     

"Pergi, jika tidak ingin aku habisi kamu, pulang ke majikan kamu, jangan sampai aku dan majikan kamu aku bunuh juga dengan tangan aku ini. Pergi dan jangan menganggu mereka." Narsih memberikan ancaman kepada sosok yang menakutkan itu.     

"Jangan pernah mimpi, aku tidak akan pergi dari sini. Sebelum kalian serahkan wanita itu. Aku mau Nona, aku hanya mau dia, kasih ke aku sekarang, tidak ada bantahan sama sekali. Aku sudah katakan pada mereka, aku akan pergi jika aku akan mendapatkan Nona, jika tidak aku tidak akan pulang, jadi serahkan dia sekarang, aku tidak punya waktu berlama lagi." sosok yang mengerikan itu lagi-lagi meminta Nona untuk dia bawa ke majikannya.     

"Langkahi aku dulu, jika kamu mau ambil dia," ucap Narsih yang tiba-tiba hilang.     

Ian, mang Dadang, Toni dan mang Jupri mengangga melihat apa yang Narsih lakukan. Mereka tidak menyangka kalau Narsih hilang. Ian menelan salivanya, dia sudah buat sosok itu marah.     

"Narsih ingin sekali aku telan hidup-hidup. Aku hanya mau membuat perhitungan dengan Narsih nantinya." Ian berbisik pelan ke telinga mang Jupri.     

"Aku rasa, kita akan habis Ian, apa Dino dan Paijo belum pulang ya, aku akan pulang saja, kalian hadapi dia saja ya, aku akan doakan kalian biar selamat." Mang Jupri segera mundur ke belakang, tapi tangan sosok itu terulur ke arah mang Jupri, tapi naas tangan itu ke arah Toni.     

Mereka yang melihat Toni ke tarik oleh sosok itu langsung kembali menarik Toni. Ian tidak peduli jika dia yang terluka. Ian menarik dengan kuat, mang Jupri juga menarik namun kekuatan mereka tidak sebanding dengan kekuatan yang sosok itu miliki.     

"Sosok itu kuat dan tidak bisa kita hadapi, aku tidak kuat lagi." Ian menendang ke arah sosok itu.     

Tangan satunya tidak tinggal diam, sosok itu menarik Ian ke arahnya. Ian yang terkejut berteriak kencang. "Akhhh! Tolong aku mang!" teriak Ian.     

Toni yang di cekik mulai lemas dan tidak bisa bernafas. Gubrakkk! Mang Dadang dan Mang Jupri terkejut karena melihat kedatangan seseorang dari luar. Dino dan Paijo muncul dari luar. Keduanya terkejut karena sosok yang mengerikan mencekik kedua sahabatnya.     

"Ada apa? Kenapa dia ada di sini dan lihat mang, mereka sudah lemah ayo kita selamatkan." Dino mendatangi sosok itu, dia tidak peduli sama sekali melihat wajah ngeri sosok di depannya.     

"Dino, ada apa ini?" tanya seseorang dari belakang.     

Semua melihat ke arah belakang. Dino terkejut melihat siapa yang datang ke rumahnya. "Di-dia kenapa di sini?" tanya Ian yang masih bisa bertanya walaupun tidak terdengar,     

"Kenapa kamu di sini? Pergi sana, jangan di sini!" Dino mengusir yang datang ke rumahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.