Dendam Winarsih

Narsih Lepaskan Aku



Narsih Lepaskan Aku

0Dino hanya mengangga melihat kedatangan Nona. Dino takut Nona akan di culik oleh mereka. Dino mendekati Nona dan dia tidak mau Nona terlibat oleh sosok yang menyeramkan ini.     

"Pergi dari sini, jangan ke sini. Tidak ada yang menyelamatkan kamu Nona, pergi sana, jangan kamu buat diri kamu habis dan di culik oleh dia." Dino meminta dia pergi dari sini.     

Nona terlihat mendekati sosok itu dan tidak, memperdulikan apa yang dikatakan oleh Dino. Paijo menghalangi Nona dan menarik Nona tapi Nona memandang ke arah Paijo dengan tatapan tajam.     

"Jika selama ini mereka mencari aku, maka aku akan ikut mereka, aku tidak akan menghindar lagi Paijo, aku tidak mau menghindar lagi, sudah cukup Paijo. Aku mohon kali ini saja Paijo, aku mohon pada kalian" ucap Nona yang memelas.     

Sosok yang menyeramkan itu melepaskan Toni dan Ian dan tersenyum karena wanita yang di depannya menyerahkan diri. Sosok yang menyeramkan itu tertawa karena bisa membuat wanita ini dia bawa ke rumah majikannya.     

"Hahahaha! Lepaskan dia, dia dengan suka rela ikut denganku dan jangan kalian menghalangi aku, jika tidak ingin aku membunuh kalian dengan sangat sadis, sekarang pergi dan jangan buat aku emosi dan membunuh kalian.     

"Aku tidak peduli sama sekali, pergi! Kasih tahu majikan kamu atau siapapun itu, aku tidak menyerahkan dia kepada kalian. Paham kalian semua!" teriak Dino yang menghalangi Nona.     

"Nona, jangan gila kamu! Dia akan membunuh kamu, jadi pergi dari sini, dan jangan gila kamu Nona!' teriak Paijo yang sudah kesal dengan Nona yang nekat menyerahkan diri.     

Nona yang memandang ke arah Paijo dengan lebih dalam. Tiba-tiba, tangan yang terpegang di lengan Nona lepas dan mundur. Dino yang menghalangi Nona menatap heran keduanya,     

"Ke-kenapa kamu melepaskan dia? Paijo! Kenapa kamu lepaskan dia hahhh!" teriak Dino dengan kencang.     

Paijo geleng kepala dan menjauhi Nona. Mang Dadang dan Mang Jupri geleng kepala karena melihat kelakuan Paijo yang membiarkan Nona pergi begitu saja. Paijo berdiri di sebelah mang Dadang dan tertunduk. Mang Jupri menghampiri Paijo dan menarik kepalanya untuk melihat dia.     

"Paijo, tatap saya. Paijo! Lihat saya cepat!" teriak mang Jupri kepada Paijo.     

Paijo yang kepalanya di tarik untuk menghadap dia hanya dia saja. Mang Jupri hanya bisa diam dan menatap lekat ke arah Paijo dia bingung kenapa saat melihat mata Nona, Paijo langsung berubah.     

"Nona, jangan aku mohon padamu!" Dino memohon pada Nona namun, dengan cepat tangan sosok tadi menjulur ke arah Nona dan mencekik lehernya, dengan secepat kilat sosok itu menghilang.     

Mang Jupri yang melihat sosok itu dan Nona tersentak apa lagi senyuman Nona beda dengan senyuman Nona yang biasanya. Mang Narsih tahu kalau itu adalah Narsih.     

"Dia bukan Narsih. Paijo katakan padaku, yang kamu lihat tadi di matanya adalah Narsih bukan?" tanya mang Jupri kepada Paijo yang masih diam seperti orang linglung.     

Mang Dadang mengangkat Toni dan Ian. Keduanya di bawa ke kursi, Paimin yang terduduk di sudut dibawa ke kursi. Ketiganya bisa bernapas lega. Mereka lega karena bisa lepas dari sosok yang menakutkan itu.     

"Mang, kenapa mengatakan dia Narsih?" tanya Dino yang mendekati Mang Jupri.     

"Karena dia memang bukan Nona. Pantas saja dia pergi tadi, ternyata dia menyamar menjadi Nona. Siapa yang memintanya? Apa itu Bram? Atau sahabatnya. Aku harus segera pulang, aku tidak mau mereka berdua diculik." Mang Jupri langsung pulang.     

"Jupri, aku akan antar kamu," ucap mang Dadang.     

"Aku temani mang, Paijo hei! Kamu di sini saja, jangan kemana-mana paham kamu!" Dino meminta Paijo tetap di sini bersama Ian dan yang lainnya.     

"Baiklah, aku akan temani dia, kalian jangan khawatir kan itu. kalian tenang saja," ucap Paijo yang sudah mulai sadar.     

Mang Jupri, Mang Dadang juga Dino pergi keluar. Ian mengusap lehernya yang sakit karena kelakuan sosok itu Paijo melihat ketiganya terluka di bagian leher dan yang lebih parah Paimin.     

"Kalian harus di obati, aku tidak mau kalian terluka dan ingat kalian jangan bergerak sama sekali." Paijo bangun dan mengambil obat yang seadanya dan air hangat untuk mengobati mereka.     

Ian menganggukkan kepala, dia selamat karena Nona ada, tapi kenapa Nona mau menyerahkan diri dan kemana Narsih yang tidak membantu mereka dan tiba-tiba menghilang begitu saja.     

Sosok yang membawa Nona akhirnya tiba di rumah majikannya, dia adalah dukun yang berbeda dan dia adalah orang yang Deka minta. Deka tidak memberitahu kepada sahabatnya kalau dia mencari dukun lagi. Dan saat ini dukun itu sudah ngirimkan sosok ke rumah Dino. Dua sosok itu yang dia kirimkan, satu sosok dia kirim ke kantor Diman dan dua sosok lagi ke rumah dan saat ini dukun itu senang karena wanita yang dia incar dapat.     

"Ini wanita yang mbah minta, apa tugaski sudah selesai?' tanya sosok yang membawa Nona yang sebenarnya itu Narsih.     

"Belum, kamu tetap di sini, tunggu aku melakukan sesuatu pada wanita ini. Wanita ini luar biasa sangat cantik dan dia pasti masih perawan dan aku akan buat dia menjadi milikku." mbah dukun itu memandang Narsih yang menyamar sebagai Nona.     

"Dia mirip dengan wanita malam yang sangat menggoda itu, aku menyukai dia dan aku sangat menyukainya. Siapa namamu?" tanya mbah dukun itu yang berpura-pura menanyakan namanya, padahal dia tahu kalau dia Nona.     

Narsih yang melihat kelakuan mbah dukun itu, tersenyum, dia tahu jika yang di depannya ini sudah bernafsu dengan dia, tubuh Narsih yang molek membuat dia lupa akan ritual yang dia kerjakan. Sosok yang menyeramkan itu hanya berdiri di samping dia tidak mengetahui apapun, tanpa izin dari mbah dia tidak bisa berbuat apapun.     

"Kita bermain dulu, setelah itu aku akan bebaskan kamu." mbah mulai memegang wajah Narsih dan sretttt! Secara spontan wajah yang cantik itu berubah menjadi menakutkan dan tentu membuat mbah dukun itu gemetaran.     

Tangan Narsih sudah berada di leher si mbah dan tentu saja membuat mbah dukun itu panik. Wajah Narsih di miring kan ke kanan dan terlihat jelas wajah mengerikan dengan darah keluar dari kepalanya. Dia juga tidak mengeluarkan ulat yang menjijikan dan juga golok masih tertancap di kepalanya.     

"Saya Narsih! Apa kita mau bersenang-senang?" tanya Narsih dengan suara yang datar.     

"Akhhh! Sialan kamu! Kamu menipuku! Narsih le-lepaskan aku! Akhhhh! Sakit, hei kamu, hajar di-dia!" teriak si mbah dengan suara tercekat karena cekikian yang cukup kuat dari tangan Narsih.     

"Siapa yang menyuruhmu?" tanya Narsih dengan suara datar dan dingin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.