Dendam Winarsih

Jangan Bunuh Aku Narsih



Jangan Bunuh Aku Narsih

Dukun yang dikelabui Narsih meronta ingin dilepaskan dia melihat ke arah anak buahnya yang diam dan memandangnya. Mbah dukun itu geram karena anak buahnya tidak bertindak. Umpatan terus dikeluarkan oleh mbah dukun itu. Dia menyesal karena menerima tawaran dari kliennya yang bernama Deka.     

"Masih belum mengaku juga?" tanya Narsih dengan suara yang tinggi.     

"Kau, hajar dia, buat dia mati cepat!" teriak Mbah dukun dengan suara menggema dan kencang.     

Sosok yang membawa Narsih itu bergerak dan mulai menyerang Narsih. Narsih yang di serang hanya diam, dia tidak bergeming sama sekali, dia terus menekan leher dukun itu hingga dukun itu kesulitan untuk bernafas.     

"Jangan bunuh aku Narsih! Aku hanya di suruh orang saja. Aku di suruh Dino!" Dukun itu sengaja mengatakan itu karena Deka yang memintanya.     

Deka sudah menyelidiki semua teman Nona dan yang terdekat dan menjadi kekasih Nona adalah Dino. Narsih yang mendengar apa yang dia katakan tidak percaya sama sekali. Narsih makin menekan leher dukun itu hingga terangkat ke atas. Kaki dukun itu mulai bergerak karena kakinya tidak menginjak bumi.     

Anak buah dukun itu ikut mencekik Narsih, tapi Narsih tidak bergeming dia menepis sosok itu hingga terjengkang ke bawah. Gubrakkk! Dukun yang melihat anak buahnya tidak bisa membuat Narsih kalah hanya bisa mengerang kesakitan, tubuhnya sudah lemas pasokan udara juga hampir habis.     

Anak buah dukun itu mulai mendekati Narsih tapi Narsih langsung menarik goloknya di atas kepala dan menyabetnya ke arah sosok yang mendekati dia. Sekali sabetan kepala sosok itu putus dan membuat sosok itu seketika tidak bergerak dan menghilang. Dukun yang melihat anak buahnya hilang dan kalah mulai gemetar, keringat dingin bercucuran di keningnya. Narsih melihat ke arah dukun itu, dia menatap tajam ke arah sosok itu dengan tatapan tajam.     

"Masih belum mengaku siapa yang menyuruh kamu melakukan ini hm?" tanya Narsih dengan pandangan menusuk dan mengintimidasi si dukun.     

Dukun itu geleng kepala dan menelan salivanya dengan kasar. dia tidak tahu harus jawab apa, dia saja tidak tahu harus apa saat ini. Dia sudah berjanji akan mengatakan kalau Dino yang melakukan ini.     

"Aku tidak tahu sama sekali, dia mengaku namanya Dino, dia kenal dengan wanita itu, jika bukan dari dia mana mungkin aku tahu nama wanita itu. Kamu bisa pikir itu, jadi lepaskan aku, aku sudah jujur padamu, aku tidak berbohong padamu kan? Jadi, jangan bunuh aku Narsih. Aku mohon padamu." Dukun itu mohon kepada Narsih agar tidak di bunuh oleh Narsih.     

Narsih tidak percaya sama sekali, Dino tidak mungkin melakukan itu, dia tidak akan mungkin membuat Nona celaka, dari yang dia lihat tadi saja sudah terlihat kalau Dino ketakutan dan tidak terima Nona pergi bersamanya. Dukun itu sedikit senang karena Narsih termakan hasutan dari dirinya, dia senang karena bisa membuat hantu sialan itu mulai bimbang. Namun, Narsih menatap tajam ke arah dukun itu. Sang dukun yang awalnya di atas angin mulai gemetar karena Narsih mulai mengarahkan goloknya,     

"Jangan mencoba menipuku! Aku akan benar membunuhmu jika kamu berbohong padaku. Aku benar-benar membunuhmu pria sialan!" teriak Narsih dan sretttt! Satu sabitan membuat kepala dukun itu lepas dan jatuh ke bawah.     

Narsih membuang jasad dukun itu ke bawah. Bughhh! Jasad dukun itu terhempas di meja ritualnya, dia juga tidak peduli sama sekali dengan dukun itu. Narsih langsung pergi dari rumah dukun itu. Deka yang melihat dari kejauhan sosok wanita yang mirip Narsih keluar dari rumah dukunnya menembus pintu rumah dukun itu.     

"Apa dukun itu sudah dibunuh juga dengan hantu itu? Sial, aku sepertinya tidak bisa mengelabui hantu itu, dia sangat pintar, lebih baik aku pergi saja, biarkan saja dukun itu mati. Dia sama sekali tidak berguna. Ini semua karena dukun sialan itu dan Bram dia yang menyebabkan aku kehilangan istriku, sekarang dia mau bahagia, tidak akan aku biarkan dia bahagia sama sekali," gumam Deka dengan wajah yang mengerang karena kesal dan marah terhadap Bram.     

Narsih kembali ke rumah Dino terlihat semua orang duduk dan sedang makan malam, walaupun kejadian tadi cukup menakutkan bagi mereka, tapi mereka tetap tenang dan makan untuk tenaga mereka. Ian meringis karena lehernya sedikit sakit untuk menelan. Begitu juga dengan Toni dan Paimin.     

"Mbak Narsih datang? Tadi mbaknya kenapa pergi?" tanya Toni kepada Narsih yang tiba-tiba masuk dari pintu begitu saja.     

"Kenapa kamu menyamar Narsih?" tanya Dino dengan tatapan tajam.     

"Karena dengan menyamar aku bisa selamatkan teman kamu." Narsih menjawab dengan suara datar.     

Semua menatap ke arah Narsih yang berbeda dari yang biasanya. Dia terlihat sangat berbeda dan hanya menjawab dengan nada yang seperti penuh amarah. Dino tidak takut dengan perubahan Narsih dia masih memandang ke arah Narsih. Mang Dadang yang melihat keanehan dari Narsih menatap tajam dan mulai membuka suaranya.     

"Apa yang dia katakan? Apa dia menuduh kami yang melakukan itu atau dia mengatakan kalau Dino pelakunya?" tanya mang Dadang yang langsung ke intinya.     

Ian, Paijo dan Toni juga Paimin mengangga mendengar pertanyaan dari Mang Dadang. Mereka menatap ke arah Narsih dan meminta jawaban dari Narsih.     

"Mbak, mbak nggak percayakan kata dukun itu?" tanya Ian dengan tatapan penasaran.     

Paijo yang melihat Narsih diam mulai emosi. Pranggg! Paijo membanting sendok makannya dan terdengar suara yang cukup keras dari bantingan suara sendok Narsih.     

"Kamu percaya kan? Makanya kamu seperti ini. Hantu sialan kalian semuanya! Kurang apa kami membantumu hahh! Kami tidak akan mengorbankan nyawa sahabat kami, dan dia orang yang dicintai oleh Dino, jadi mana mungkin Dino melakukan itu! Apa tujuan dia melakukan itu pada Nona hahhh!" teriak Paijo yang kesal karena Narsih percaya dengan ucapan dukun itu.     

Paijo dan Narsih saling pandang satu sama lain. Dia tidak peduli sama sekali dan dia tidak takut jika golok itu menebas leher dia. Mang Dadang berdehem dan menenangkan Paijo yang emosi. Dino terdiam menatap ke arah Narsih. Tidak ada yang berbicara sama sekali.     

"Mbak ... Mbak Narsih!" panggil Dino yang heran kenapa Narsih melamun.     

Narsih terkesiap karena panggilan Dino. Narsih memandang ke arah semuanya. Dia bingung ternyata dia hanya melamun dan tentu saja bukan Dino yang melakukannya. Narsih melihat ke arah Paijo yang tengah makan sambil menatap dia.     

"Kenapa dia melamun Dino? Mbak manis Dinosaurus melamun. Bisa gitu hantu melamun aneh sekali kamu mbak manis Dino," kekeh Ian yang di sambut senyuman dan tawa semuanya.     

Narsih ikut tersenyum tapi senyumnya tidak terlihat sama sekali. Mang Dadang geleng melihat kelakuan Narsih. Mang Dadang pun mulai membuka suara.     

"Apa yang membuat kamu melamun? Apa dukun yang sama dengan dukun si Paimin?" tanya mang Dadang kepada Narsih.     

"Dukun itu mengatakan kalau Dino pelakunya, aku tidak percaya dan aku membunuh dia, aku tidak tahu siapa dia, dan dia suruhan siapa yang pasti bukan guru dia," ucap Narsih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.