Dendam Winarsih

Diusir Dari Rumah



Diusir Dari Rumah

0Mang Jupri duduk di dekat batu yang ada di pinggir pagar bersama dengan istrinya, dia ingin menghubungi Dino dan lainnya. Istri mang Jupri mengambil telpon dan ternyata telponnya berdering.     

"Pak, Dadang telpon kamu nih, coba jawab pak, siapa tahu penting," ucap bibi Sumi kepada suaminya.     

"Sini telponnya bu, saya jadi tidak tahu kan ada yang telpon, ibu juga nih, yang bawa telponnya coba saya yang pegang pasti tahu ada yang telpon." Mang Jupri menggerutu ke arah istrinya.     

"Oalah pak, kenapa salahkan aku sih, ya sudah, besok kamu yang pegang ini. Aku nggak perlu pegang telpon kamu, entar kalau kamu lupa jangan salahkan aku," ketus bibi Sumi yang kesal dengan suaminya yang marah kepada dirinya.     

Mang Jupri mengambil telpon dan langsung menghubungi mang Dadang yang tadi padam karena tidak dia jawab. Panggilan pertama langsung di jawab.     

"Halo, Dang, kami di usir dari rumah Bram, sekarang kami ada di rumah, kamu dan yang lainnya kemana? Cepat kamu pulang Dang, kami seperti orang yang tidak laku di depan rumah kalian." Mang Jupri langsung mengatakan kepada mang Dadang.     

Mang Dadang yang mendengar apa yang dikatakan oleh mang Jupri terkejut karena mendengar perkataan mang Jupri.     

"Kamu bilang apa tadi? Apa aku tidak salah bicara kah? Kamu tidak salah kan? Kalau kalian nggak di sana bagaimana dengan Nona?" tanya mang Dadang.     

Mang Dadang melihat ke arah Dino yang duduk di belakang. Dino mulai cemas, karena Nona pasti sendirian di rumah Bram. Dino meminta Paijo putar balik dari kode tangannya. Paijo yang tahu langsung mutar balik dan langsung tancap gas ke arah rumah.     

"Pokoknya panjang ceritanya, ayo cepat kami sudah lelah," ucap mang Jupri kepada mang Dadang.     

"Baiklah, kami balik sekarang, jangan kemana-mana ya," ucap mang Dadang kepada mang Jupri.     

Mang Jupri mengakhir panggilan dari mang Dadang, dia langsung menyimpan telponnya dan menunggu kedatangan Mang Dadang. Mang Jupri memikirkan apa yang terjadi semalam dan dia terkejut melihat Bram yang mengusirnya, dia tidak seperti Bram yang dulu, yang sopan sekarang kenapa tidak. Mang Jupri teringat saat dia mendapatkan kabar dari pelayan rumah Bram kecelakaan cukup parah dan dia dikabarkan meninggal.     

"Pak Bram meninggal, dia kecelakaan di jalan raya, tapi supirnya telpon dan dia terluka parah dan sekarang dia di bawa ke rumah sakit," ucap pelayan rumah Bram.     

Mang Jupri dan bibi Sumi saling pandang satu sama lain, mereka hanya diam tidak menunjukkan reaksi apapun, mereka menunggu kabar dari Nona. Semua yang di rumah menunggu kabar dari pak supir Bram dan setelah menunggu cukup lama, suara deru mobil terdengar.     

"Pak, itu suara mobil, apa itu mobil Bram?" tanya bibi Sumi kepada suaminya.     

"Mobil Bram kan kecelakaan, mana mungkin mobilnya utuh kalau sudah kecelakaan, kita lihat saja, jangan kamu berisik, nanti di dengar orang," jawab mang Jupri yang berbisik.     

Bibi Sumi menganggukkan kepala ke arah suaminya. Bibi Sumi menunggu siapa gerangan yang datang, mereka berharap mayat Bramlah yang datang. Tapi, yang datang Bram dan Nona yang wajahnya hanya diam dan wajahnya penuh air mata. Ada rasa sedih di hati Bibi Sumi melihat Nona yang wajahnya murung.     

"Pak, anda selamat? Syukur lah, kalau begitu, saya senang melihatnya," ucap ketua pelayan kepada Bram.     

Bram tidak memperdulikan sama sekali, dia terus masuk dan berjalan menuju kamarnya dan Nona masuk ke kamarnya. Bibi Sumi berjalan masuk ke dalam kamar Nona dia ingin menenangkan Nona, dia tahu kalau Nona pasti sedang membutuhkannya.     

"Bagaimana bisa selamat? Bukannya dia kecelakaan dan parah, tapi kenapa biasa saja?" tanya mang Jupri dalam hati.     

Bibi Sumi mengetuk pintu kamar Nona, dia ingin menenangkan Nona agar lebih tenang lagi. Sahutan dari Nona terdengar dari dalam kamar dan Bibi Sumi masuk ke dalam kamar melihat Nona menangis. Nona berlari memeluk Bibi Sumi dan menangis. Bibi Sumi menepuk pelan punggung Nona dan tersenyum walaupun tidak terlihat Nona.     

"Jangan sedih sayang, coba kamu ceritakan ada apa hmm? Jika kamu tidak cerita mana bibi tahu apa yang membuat kamu menangis, kamu kan udah anggap bibi sebagai ibu kamu kan?" tanya bibi Sumi kepada Nona.     

"Bram sudah mutusin kalau lusa kami menikah, dan tidak ada bantahan sama sekali, aku bingung sekali, aku tidak mau menikah dengan dia bibi, aku tidak mau, aku belum siap, dan dia aneh sejak kecelakan malam ini, aku tidak tahu kenapa, dia maksa aku, dia berubah bibi, aku tidak tahu kenapa dia bisa seperti itu, dia sudah janji kalau dia akan menundanya dan tidak memaksa dan kenapa di percepat," ucap Nona yang menangis tersedu-sedu.     

Mang Jupri yang datang ke kamar Nona mengepalkan tangannya, dia tidak suka kalau Nona di paksa dan apa lagi hanya keinginan sepihak bukan dua pihak.     

"Ayo kita pergi dari sini, kita tidak perlu di sini dan kita cari rumah lain, kamu tidak bisa meneruskan ini Nona, kamu harus tegas dengan dia." mang Jupri mengajak Nona pergi, namun pintu langsung terbuka dan terlihat wajah Bram dengan penuh amarah dan tentu saja wajahnya tidak bersahabat.     

Mang Jupri tidak takut dia akan memperjuangkan Nona dia akan bawa pulang Nona, tapi alhasil anak buah Bram datang dan dengan pandangan sekilas, anak buah Bram menyeret mang Jupri keluar. Mang Jupri yang di seret langsung memberontak, dia memukul anak buah Bram begitu juga dengan Nona dan bibi Sumi, mereka menyelamatkan mang Jupri tapi Nona ditahan oleh Bram, anak buah Bram yang lain menarik Bibi Sumi.     

"Bawa penghasut ini, lempar barangnya dan jangan kasih dia masuk ke sini, jika dia ke sini patah kan kakinya dan kalau perlu bunuh dia. Jangan kasih ampun sama seklai," ucap Bram dengan suara tinggi.     

Nona memandang ke arah Bram dan menggigit tangan Bram dengan kencang. Bram yang di gigit melepaskan Nona dan mengejar mang Jupri dan bibi Sumi. Tapi, langkahnya terhenti karena Bram lebih dulu menangkapnya.     

"Jika selangkah lagi kamu keluar dan selamatkan mereka maka, aku akan membunuh mereka, pilih mana?" tanya Bram kepada Nona.     

Nona terduduk dan menatap sendu ke arah mang     

dan bibi Sumi. Tas mereka di lempar begitu saja dan keduanya pergi keluar malam-malam, dan berujung di rumah Dino dan duduk menunggu Dino datang.     

Tin ... tin ...     

Mobil Dino tiba di rumah dan mereka terkejut karena mang Jupri dan Bibi Sumi di sini tanpa Nona dan tentu mereka sudah tahu kalau Nona di rumah Bram. Dino geram dan ingin menghampiri Bram tapi di cegah oleh mang Dadang.     

"Jangan buat masalah, aku tidak mau kamu celaka, tahan emosi. Katakan kenapa kalian di sini? Kenapa kalian di usir dari rumah, salah kalian apa?" tanya mang Dadang yang kesal karena Bram mengusir kedua orang tua ini.     

"Bisa kita masuk, aku sudah ingin masuk, jika kalian tidak mau masuk, aku akan langgar kalian berdua," ucap Paijo yang di dalam mobil menunggu pagar di buka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.