Dendam Winarsih

Dia Jahat



Dia Jahat

0Arya membuka pintu untuk mobil masuk ke dalam garasi rumah. Toni membawa masuk ke dalam istri mang Jupri, Dino membawa tas keduanya. Mang Dadang menepuk pundak mang Jupri, dia berharap kalau mang Jupri sabar.     

"Dino, bagaimana dengan Nona ya? Aku nggak habis pikir dia mengusir keduanya." Ian menatap ke arah Dino yang masuk ke rumah dan membuka kunci, dia langsung meletakkan tas ke dalam kamar tamu. Dino kembali keluar dan duduk bersama di dekat Ian.     

"Aku tidak tahu bagaimana Nona, aku rasa saat ini dia pasti kesepian dan entahlah. Mang dan Bibi, kenapa ini? Dia pulang dari rumah aneh atau bagaimana?" tanya Dino yang penasaran dengan apa yang terjadi.     

Bibi Sumi seketika menangis dia mengingat Nona yang mengadu padanya yang mengatakan kalau Bram mau mempercepat pernikahannya. Dino memandang ke arah bibi yang menangis, dia juga tidak tega untuk bertanya lagi.     

"Mereka pulang sudah dalam keadaan tidak baik, kami dapat kabar dia kecelakaan dan katanya cukup parah dan sebagai lah. Aku berharap, dia meninggal jadi kita sedikit ringan kan, tapi pada kenyataannya, dia malah hidup dan pulang ke rumah dengan wajah yang entahlah, dan Nona juga menangis, dan kami tidak tahu kenapa, jadi istri saya menemui dan menenangkan tapi nyatanya kami di usir, padahal aku cuma bilang kita pergi jika tidak mau menikah tapi kita malah di usir." mang Jupri langsung mengatakan kenapa dia di usir.     

"Jadi, dia tahu kalian melarang dia? Harusnya bisa di rem juga mang, kalau sudah seperti ini, Nona siapa yang jaga, kan makin kacau kan, kita tidak bisa lakukan apapun saat ini," ucap Dino yang sedikit kesal karena mang Jupri tidak bisa jaga omongannya.     

Mang Jupri dan Bibi Sumi hanya bisa diam dan tertunduk, mereka tidak tahu jika akan terjadi seperti ini, mereka juga tidak tahu kalau seperti ini kejadiannya. Mang Dadang berpikir sejenak dia berharap bisa menemukan jalannya.     

"Kamu tahu arti jiwa suci?" tanya mang Dadang .     

"Jiwa suci? Untuk apa?" tanya Mang Jupri kepada mang Dadang.     

"Si Paimin mengatakan kepada kita kalau mau ambil jimat mereka harus dari jiwa suci, kami tahu kalau dia tidak terluka karena jimat itu, dan hanya jiwa suci yang bisa, dan kamu tahu tidak jiwa itu yang bisa, kalau kita rampas sekali gus tidak bisa, karena jimat itu tidak bisa sembarangan kita ambil, jadi kita perlu jiwa suci." mang Dadang harus mengatakan yang sebenrnya ke mang Jupri.     

"Jadi, kalian tahu kalau dia kecelakaan dan tidak terluka?" tanya mang Jupri kepada semuanya.     

"Iya, kami tahu, karena kami ada saat Nona di kabari kalau dia kecelakaan karena itu kamk yang antar, kami berharap dia juga meninggal, tapi pada kenyataannya tidak seperti yang kami pikirkan." Aku sedikit pusing memikirnya.Makanya itu jimat yang selamat kan dia dari kecelakaan itu, jimat itu harus di kasih dengan sukarela tanpa paksaan, mana mungkin dia mau kasih walaupun tukaran dengan Nona sekalipun." Ian menjelaskan apa yang terjadi.     

"Aku pikir kalian tidak tahu dia kecelakaan, dia memang aneh, makanya itu aku bingung dia kenapa bisa berubah, apa karena jimat itu. Itu jimat tanah kuburan Narsih kan? Jadi, tanah kuburan itu bahaya juga ya, kita harus cari seperti yang dikatakan kamu Dang," jawab mang Jupri.     

"Makanya kita mau ke desa salak, mau tanya apakah maksudnya, kalian tahu sendiri kita tidak maksudnya, entah jiwa yang di tumbalkan atau apa kan kita tidak tahu, jika di tumbalkan maka sama saja dengan mereka kita menumbalkan mereka," ucap Dino.     

"Tapi, kalau menurutku tidak lah Dino. Jiwa suci itu anak yang baru lahir dan anak itu yang ambil jimat itu, maksudnya begini aduh gimana ya mau jelaskannya," ucap Paijo yang bingung mau mengatakannya.     

"Aku paham, maksud kamu anak yang baru lahir dan anak itu yang kemungkinan bisa ambil, kemungkinan dia gendong dan anak itu yang ambil saat di gendong begitu kan?" tanya Ian lagi.     

"Bukan gitu juga mas, ada caranya kali benar nggak Paimin?" tanya Toni kepada Paimin.     

Paimin yang di tanya hanya geleng kepala. "saya tidak tahu sama sekali, saya hanya dapat mimpi setelah itu tidak tahu sama sekali, jiwa yang seperti apa, karena saya bukan dukun saya hanya pengikutnya yang nyasar ke sini dan tidak tahu harus apa saat ini."     

Mang Dadang tidak tahu arti makna jiwa itu apa, dan tentu membuat dia pusing memikirkan apa yang terjadi.     

"Jadi, kita harus apa sekarang?" tanya Ian lagi.     

"Aku rasa kita harus bawa dia dari rumah Bram, jika tidak maka kita tidak tahu Nona nanti seperti apa di sana, kita harus bisa bawa dia apapun resikonya," ucap Dino kepada semuanya.     

"Kita tidak perlu memikirkan jiwa suci itu kah?" tanya Toni kepada Dino dan mang Dadang.     

Keduanya hanya geleng kepala pelan. Toni hanya diam saja dia hanya ikut saja. Ian mulai berpikir bagaimana bawa Nona dari rumah Bram dia tiba-tiba tersenyum ke arah Dino. Dino yang melihatnya hanya menyerngitkan keningnya.     

"Dino, Nona masih kerja kan? Jadi kita bawa dia saat kerja saja, dengan begitu kita tidak perlu berhadapan dengan Bram dan anak buahnya, takutnya, rumah dia di jaga oleh mereka, kita yang kesulitan nantinya. Kesempatan kita tidak akan datang dua kali, jadi kita harus bisa bawa dia saat dia di kantor, jika tidak kita akan lihat Nona sedih dan bisa saja lebih dari itu, karena dia jahat, " ucap Ian kepada semuanya.     

"Aku rasa benar juga kata Ian, kita harus bisa bawa dia dari kantor," kata Paijo kepada sahabatnya.     

Dino berpikir apa yang dikatakan oleh sahabatnya ini, benar kata mereka, kalau bisa bawa saat dia di kantor. Mang Dadang melihat ke arah Dino yang masih termenung memikirkan apa yang Ian katakan.     

"Bagaimana Dino? Jika kita bawa dia saat di kantor atau bagaimana?" tanya mang Dadang lagi.     

"Kita lihat situasi juga mang, aku takutnya sekarang dia malah di jaga ketat, dan kita ingin ada keributan di kantor, yang ada kita di pecat dan sulit untuk cari kerja kan, dia dekat dengan manajer dan bisa saja nantinya, dia di minta berhenti bekerja, itu lebih bahaya lagi, makin sulit kita mendekati dia," jawab Dino kepada mang Dadang.     

"Kalau dia minta manajer memecat Nona bagaimana ya Dino? Makin bahaya kitanya untuk mendekati dia, yang ada kita kesulitan mau ke rumahnya, lihat sendiri saja mang Jupri harus menjauh dari rumah jika mau kita jemput. Benarkan mang Jupri?" tanya Ian kepada mang Jupri.     

"Iya benar, jadi kita harus pakai cara Ian saja, bawa dia dari kantor itu lebih aman, tapi harus hati-hati, jika tidak bisa ketahuan pengawal Bram." mang Jupri menyetujui apa yang Ian katakan dan meminta mereka hati-hati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.