Dendam Winarsih

Nona Koma



Nona Koma

0Nona yang melihat mang Jupri dan Bibi Sumi pergi dari rumah karena di usir oleh Bram mulai geram dan amarah Nona mulai memuncak. Dia tidak terima jika mang Jupri dan bibi Sumi di usir begitu saja. Nona melihat ke arah Bram dengan pandangan lekat dan penuh amarah yang sudah di ubun-ubun.     

"Berani sekali kamu mengusir paman dan bibiku Bram? Apa kamu tidak menjaga perasaan aku? Jika kamu mengusir mereka aku juga kamu usir? Jika kamu tidak mau usir aku, tidak masalah, aku akan pergi dari sini sendiri dan ingat Bram, jangan pernah jumpai aku lagi, aku tidak akan sudi melihat wajahmu lagi, aku akan membencimu seumur hidupku, paham kamu!" teriak Nona dengan kencang.     

"Jangan mencoba melawanku, aku sudah katakan di mobil, kalau kita akan menikah, aku tidak akan melepaskan kamu!" teriak Bram dengan kencang di depan Nona.     

"Cuihhh, jangan pernah bermimpi kamu, sampai matipun, aku tidak akan pernah mau menikah dengan pria pembunuh dan arogan seperti kamu, aku pastikan kalau kamu itu akan mati dibunuh oleh Narsih. Cam kan itu Bram, jadi jangan pernah kamu memaksa aku menikah dengan kamu, karena aku tidak sudi!" pekik Nona yang segera turun dari tangga.     

Bram yang memulai emosi, menarik tangan Nona, Nona memberontak berusaha melepaskan tangannya dari tangan Bram, keduanya posisinya di tangga atas karena terlalu kuat Nona memberontak, tangan Bram terlepas dari tangan Nona, Nona yang posisinya di anak tangga, langsung jatuh berguling sampai di lantai atas ke lantai bawah.     

"Akhhhhh!" Nona berteriak kencang sampai kepalanya membentur lantai rumah Bram. Bram melihat tangannya terlepas dari Nona termenung apa lagi melihat Nona jatuh berguling sampai dia terbentur lantai dan mengeluarkan suara teriakkan cukup keras Nona dan sekarang, Nona tidak sadar perlahan matanya tertutup.     

Semua pelayan menjerit melihat Nona jatuh dari tangga dan di atas ada majikan mereka. Mereka tidak mau mendekat karena mereka takut dengan majikan mereka, Bram yang termenung melihat Nona jatuh langsung tersadar mendengar keributan dan dengan cepat dia berlari ke bawah.     

"Kalian siapkan segera mobil, aku mau bawa dia ke rumah sakit cepat kalian siapakan!" teriak Bram.     

Bram turun dari tangga, sampai di lantai bawah, dia langsung menggendong Nona dan langsung membawa Nona ke mobil. Pengawal Bram yang membawa mobil. Mobil Bram yang kecelakaan sudah di tangani oleh polisi. Saat kecelakaan tadi, Bram selamat tanpa luka, dia melihat ada yang membantunya tidak lain wajah Nona yang memegang tangannya, hingga dia selamat tanpa luka apapun, dokter meminta dia untuk cek lebih dalam pun tidak mau.     

Bram menelpon anak buahnya untuk meminta mereka menjemput dirinya, dia tidak mau berlama dia rumah sakit, dan sekarang di sinilah Bram berada. Dia yang baru pulang mengutarakan apa yang dia inginkan, di saat ingin mengutarakan niatnya, dia mendapatkan penolakan dari Nona hingga dia tanpa sengaja membentak Nona hingga membuat Nona menangis. Dan saat di rumah, Bram yang sedih sudah membentak Nona berniat untuk meminta maaf tapi, dia menerima kenyataan kalau keduanya mengajak Nona pergi jika tidak mau menikah, emosi Bram memuncak, dia langsung mengusir keduanya dan berujung perkelahian dengan menyebabkan Nona jatuh dan sekarang Bram menyesal telah mengikuti emosinya.     

Bram yang menggendong Nona di pangkuannya terus dihantui rasa bersalah dan terus memeluk Nona, dia tidak peduli pakaiannya terkena noda darah. Dia terus menerus mengucapkan kata maaf pada Nona, karena terlalu obsesi dia tidak suka ada penolakan, baginya yang dia lihat waktu kecelakaan itu yang memacu dia untuk segera melamar Nona.     

"Pak, kita sudah sampai." Pengawal Bram membuka pintu mobil untuk Bram keluar.     

Bram tidak sadar kalau dia sudah sampai di rumah sakit, dia tersentak mendengar suara pengawalnya yang mengatakan sudah sampai. Bram perlahan turun dari mobil sedangkan pengawal yang ikut dengan dia sudah memanggil suster untuk membawa bankar.     

"Tolong selamatkan dia, aku mohon suster." Bram yang sudah meletakkan Nona di bankar meminta suster untuk menyelamatkan Nona.     

"Bapak jangan takut, saya akan menyelamatkan dia, bapak tinggu saja," ucap suster kepada Bram.     

Suster mendorong bankar masuk ke dalam IGD, Bram gemetar dia tidak tahu harus apa sekarang. Nona pasti makin membenci dia dan tidak akan mau bertemu dia lagi. Bram duduk di ruang tunggu, tidak berapa lama suster keluar bertemu dengan Bram.     

"Maaf Pak, silahkan bapak isi administrasi buat pasien, karena pasien akan di operasi, sebentar lagi dokter akan sampaikan ke Anda. Jadi, Anda tunggu sebentar ya, saya akan siapkan berkasnya nanti saya kasih ke Anda." Suster menyampaikan ke Bram untuk mengisi formulir operasi untuk Nona.     

Bram yang mendengar apa yang dikatakan suster lemas dan tidak lama dokter keluar dan bertemu Bram. Bram langsung bangun untuk bertemu dengan dokter dan menanyakan kondisi Nona.     

"Apa yang terjadi dengan istri saya dokter?" tanya Bram yang mengaku kalau Nona istrinya.     

Dokter yang mendengar apa yang Bram katakan terlihat memasang wajah sendu, dia tahu kalau Bram ini pasien yang tadi kecelakaan dan ajaib tidak kenapa-napa. Sekarang malah istrinya yang terluka.     

"Begini ya pak Bram, istri Anda ini ada pembekuan di otak dan membuat kami harus operasi, sekarang dan kami takutnya jika tidak secepatnya maka fatal akibatnya. Dan kalau boleh tahu kenapa istri Anda seperti ini?" tanya dokter kepada Bram.     

"Dia jatuh dari tangga, terpeleset dan saya sempat membantu tapi dia terlepas dan sekarang dia seperti ini," ucap Bram kepada dokter dengan wajah sendu.     

"Tidak apa, saya akan berusaha menyelamatkan istri Anda dengan semampu saya, yang penting doa dari suaminya yang penting." dokter memberikan semangat kepada Bram untuk tidak patah semangat.     

Tidak lama suster datang dan memberikan formulir untuk Bram tanda tangani. Setelah membacanya dan mengurus pembayaran, dokter mulai meminta suster menyiapkan ruang operasi untuk Nona. Bram melihat para dokter dan suster sibuk, Bram duduk menunggu Nona di bawa ke ruang operasi, setelah siap semuanya, suster mendorong Nona keluar menuju ruang operasi.     

Bram ikut dari belakang, dia tidak meninggakan Nona sedetik pun, dia juga harus ikut bersama Nona. Sampai di ruang operasi, Nona masuk sedangkan Bram menunggu dengan cemas. Bram sabar menunggu operasi Nona, tidak sedikitpun Bram meninggalkan Nona, sampai akhirnya, dokter keluar dan tentu saja wajah sang dokter begitu sendu.     

"Apa yang terjadi?" tanya Bram kepada dokter.     

Dia tahu wajah dokter yang sendu, tapi dia yakin Nona tidak kenapa-napa dan dia selamat. Dokter menarik nafas panjang dan menepuk pundak Bram.     

"Kami sudah berhasil mengeluarkan darah beku di kepalanya tapi, saat ini istri Anda koma, dan Anda jangan khawatir kami akan berusaha untuk membuat istri Anda sadar kembali," ucap dokter kepada Bram.     

Bram lemas, karena mendapat kabar kalau Nona koma. Dia geleng kepala mendengar kabar yang mengejutkan itu. Narsih yang sekarang berada di dekat Bram mulai geram dan dia ingin menyabit Bram dengan golok tapi dia tidak bisa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.