Dendam Winarsih

Angker Sekali



Angker Sekali

0Paijo memasukki kawasan desa Nona dan alamatnya pas dengan alamat yang di berikan. Kawasannya hutan dan rumah penduduknya jarang dan banyak pohon karet dan sawit kiri kanan, dan itu membuat Ian menelan salivanya.     

"Angket sekali mas, kalau seperti ini aku, tidak mau cuti, lebih baik di rumah saja, itu lebih baik dari pada tidak sama sekali," ucap Toni yang mulai ketakutan.     

Ini sepertinya aku tahu lah, ini desa yang berdekatan dengan desa salak kan? Jika kita lewat belakang sawit itu kita bisa ketemu jalan menuju desa salak, apa benar mang Dadang?" tanya Paimin kepada mang Dadang.     

"Maafkan mamang, mamang tidak tahu, karena mamang tidak pernah lewat dari jalan motong, bawa ambulan jalan depan dan karena jalan depan juga kami pertama ketemu dengan Narsih dan sampai sekarang." mang Dadang mengatakan hal yang sebenarnya.     

"Aku rasa kita salah jalan, tapi alamat ini yang dikasih, apa ibu personalia tidak salah ya?" tanya Dino lagi kepada Paijo.     

Paijo pun geleng kepala, dia saja tidak tahu, alamatnya Dino yang pegang, dia saja tidak lihat sama sekali. Dino melihat alamatnya dan benar ini desanya, tapi kenapa sepi. Mang Dadang meminta kertas kepada Dino dan membacanya.     

"Kalian tidak salah masuk alamat kah?" tanya mang Dadang kepada Paijo.     

Paijo geleng kepala dia mengikuti arahan Dino. "Saya rasa tidak salah, karena ini jalan yang Dino katakan, tapi kenapa mang?" tanya mang Dadang.     

"Sepertinya, kita salah masuk kawasan dan kalian sudah buat kesalahan, habis lah kita, kita salah masuk desa. Ini tidak boleh di masukkin, apa kalian tidak tahu tanda di gerbang selamat datang tadi?" tanya mang Dadang.     

Ian yang mendengar salah alamat langsung pingsan. Dino terkejut karena melihat Ian pingsan. Dino menahan Ian agar tidak jatuh, dia meletakkan Ian di sandaran mobil. Dino bergerak ke depan dan membacanya dengan teliti.     

"Benar mang, aku nggak salah baca dan kasih petunjuk, kamu nggak salah masuk kan Paijo?" tanya Dino.     

"Nggak, aku sesuai arahan kamu, kenapa kamu bilang salah, kalau kamu tahu, ya kamu bawa nih mobilnya, jangan salahkan aku kamu Dino. Kita sudah sampai di sini jangan saling salahkan juga," ketus Paijo yang kesal karena Dino menyalahkan dia selalu.     

"Bukan seperti itu, aku hanya mau kamu fokus dan eh tunggu itu rumah yang sama dengan yang tadi apa itu rumahnya?" tanya Dino.     

Toni melihat ke arah yang di tunjuk oleh Dino. Paijo menghentikan mobil di depan rumah yang Dino tunjuk dan terlihat rumah yang sudah lama tidak di tempati.     

"Dino, kamu yakin ini rumahnya kan? Jangan salah kamu, aku tidak mau kamu salah lagi, entar kamu salahkan aku lagi, aku tidak mau kamu salahkan aku, paham kamu," ucap Paijo kepada Dino.     

"Kamu baca ini, mana mungkin kan aku salahkan kamu jika aku salahkan, ya maaf, aku juga lihat berdasarkan alamat yang diberikan bu Sus kok," jawab Dino yang kesal karena Paijo menyalahkan dia.     

"Sudah, jangan salahkan siapapun, karena kita ke sini ingin mencari kebenaran, ayo cepat kita turun, kita panggil mereka dulu, siapa tahu ada yang menempati tempat ini kan," ucap mang Dadang.     

"Ian, bangun kamu, jangan pingsan kamu, nanti kamu di bawa orang halus loh!" bisik Dino di telinga Ian.     

Ian langsung bangun dan matanya ke sana ke mari, Ian langsung turun dan menabrak mang Dadang hingga terjengkang ke depan.     

"Akhhhh! Siapa yang mendorong aku hahh!" teriak mang Dadang dengan kencang.     

"Maaf ya mang, aku keseleo, dan mamang kenapa ada di depan aku, kan jatuh jadinya," ucap Ian dengan wajah bersalah.     

Mang Dadang masuk parit hingga pakaiannya kena semuanya, Dino menarik mang Dadang ke atas di bantu Paijo. Mang Dadang hanya bisa mengumpat kesal karena dia harus mandi, tapi di mana pikirnya.     

"Mang, mang tidak apa?" tanya Ian yang melihat mang Dadang sudah berkubang lumpur dan bau.     

"Gundul kamu tidak apa, kamu pikir sendiri saja, kalau baru sadar duduk dulu baru turun paham kamu?" tanya mang Dadang kepada Ian.     

Ian menggarukkan kepalanya pelan, dia takut karena Dino mengatakan yang menakutkan dia. Dino yang tahu ini ulahnya hanya senyum kecil, Dino melirik ke arah Ian yang menatap dia.     

"Kalian siapa?" tanya seseorang dari belakang.     

"Akhhh!" teriak Ian dengan kencang dan menolak semunya ke dalam parit.     

Mang Dadang yang sedang membersihkan ikut masuk kedua kalinya karena ulah yang lainnya karena di tolak hingga terjerembab masuk ke got. Mang Dadang hanya bisa mengumpat kencang karena harus berkubang lagi kali ini memang harus mandi lagi.     

"Kalian kenapa menolak aku? Kalian tidak tahu apa aku harus masuk lagi nih, bau dan duh gusti, apa dosa dan salahku bersama mereka semua." mang Dadang sudah pasrah karena tidak bisa lagi berkata apapun.     

"Mang, maafkan aku, aku di tolak di belakang, dan belakang aku si Dinosaurus ini, makanya aku jatuh," ucap Paijo yang tidak bisa berkata apapun dia sudah sama nasibnya dengan mang Dadang.     

Toni dan Paimin hanya geleng kepala, mereka ikut juga masuk ke dalam got, Dino melihat ke arah belakang, ada Ian yang diam mematung tanpa suara. Dia gugup karena mendengar suara di belakang.     

"Kamu kenapa menolak kami Ian?" tanya Dino kepada Ian yang wajahnya sudah mengetat.     

"Itu, ada orang manggil aku, jadi aku terkejut dan menolak kalian, jadi aku tidak tahu siapa." Ian gugup dan keringat dingin karena seseorang itu di belakang dia.     

Dino melihat yang di belakang Ian, tidak ada siapapun, apa Ian bohong? Ian mana mungkin bohong pikir Dino. Mang Dadang keluar dari got begitu juga dengan yang lainnya. Mereka melihat ke arah Ian dan mencari seorang yang Ian katakan tadi.     

"Mana Ian? Nggak ada siapapun, kamu lihat saja sendiri," ucap Paijo yang sudah keluar dari got.     

Paijo benar-benar kesal karena tidak ada orang di bilang ada orang. Ian menoleh ke belakang dan tidak ada sama sekali dan Ian mencari ke sana ke mari tapi tidak ada juga. Ian mulai merinding dan tentu saja dia tidak salah dengar sama sekali.     

"Aku tidak bercanda dan tidak bohong, aku serius mendengar ada yang mengatakan kalian sedang apa gitu, aku benar-benar tidak bohong," ucap Ian dengan tatapan mata berharap mereka percaya pada dia.     

"Aku percaya pada Ian, dia tidak bohong. Aku juga merasa dari tadi kita di lihatin tapi, aku tidak tahu siapa itu? Aku merasa dia jujur, dan mungkin dia mendatangi kita, dan ...." Dino menghentikan ucapannya karena ada yang memanggilnya dari belakang.     

"Kalian siapa?" tanya seseorang lagi dari belakang mang Dadang.     

Semuanya melihat ke arah belakang, dan terkejut ada orang yang memanggil mereka berdua. Ian bersembunyi di belakang mang Dadang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.