Dendam Winarsih

Dia Anak Nona dan Joko



Dia Anak Nona dan Joko

0Pria tua itu tidak menjawabnya, ada rasa yang berbeda di dalam hati pria itu. Mang Dadang yang melihat raut wajah yang berbeda dari pria itu, dia tidak tahu masalahnya apa, dia menunggu pria di depannya mengatakan sesuatu.     

"Saya, Kusno, saya penjaga rumah ini. Dan ini rumah Nona ibunya teman kalian yang bernama Nona juga, ibunya sengaja memberi nama Nona juga ke anaknya agar dia bisa mengenang Joko, keduanya saling mencintai tapi entah kenapa Joko menikahi wanita itu. Dan Nona, dia anak Nona dan Joko yang sah, bukan anak diluar nikah, mereka menikah resmi walaupun tidak agama, kebodohan Nona menyerahkan semuanya, ke Joko yang di kenal jahat itu, Nona di rayunya dan di usir oleh orang tuanya, dan itu menyakiti Nona sampai dia melahirkan di sini, di rumah ini, dan meninggal saat lahiran, tanpa ada yang tahu sama sekali." ucap pak Kusno kepada mang Dadang dan yang lainnya.     

"Jadi, apa kalian tidak memberi tahu kan Nona, siapa ayahnya? Dan keluarga yang lainnya?" tanya Dino yang penasaran dengan keluarga yang lainnya.     

Pak Kusno geleng kepala dan tentu membuat Dino diam dan sedikit geram, bagaimana pun Nona berhak tahu akan hal itu, dia tidak tahu jika Nona tahu kalau dia anak Joko.     

"Nona sakit, dia koma, jatuh dari tangga dan tolong lah bantu dia, paling tidak dia butuh dukungan moril dari keluarganya, dia bersama penjahat yang membunuh ayahnya, Nona tidak tahu akan hal itu, pak Kusno tahu kan kejadian pembunuhan itu? Di desa salak, nah, sekarang dia di sana bersama Nona, dan mau menikah, lagian Narsih juga menuntut balas atas kematian dia di masa lalu," ucap Dino yang sedikit kesal karena tidak ada yang memberitahukan kepada Nona yang sebenarnya.     

Pak Kusno hanya diam dan tidak bisa berkata apapun, dia tahu kalau dia salah karena tidak mengatakan apapun pada Nona sebelum dia pergi ke kota. Mang Dadang menghela nafas panjang dan dia tahu kalau pak Kusno tidak salah sepenuhnnya.     

"Dino, pak Kusno tidak salah, karena dia juga tidak tahu apapun masalah ini, karena menurut aku kita tidak tahu kejadian ini kan, ini di luar kemampuan kita juga, setelah tahu, Nona dan Narsih bisa putuskan apa yang akan mereka lakukan, apakah tetap membalas dendam atau tidak itu terserah keduanya." mang Dadang menengahi masalah ini. Dia akan mudah memberitahukan ke Narsih nantinya, jika Narsih mau lanjut ya silahkan dia tidak akan maksa.     

"Saya, tidak tahu keberadaan Nona, apa bisa saya ketemu dia? Karena kalau keluarga yang lainnya jelas tidak mau mengenal Nona lagi, jadi saya yang membantu ibunya sedari dulu sudah dia anggap orang tua, namun sejak meninggal istri saya waktu yang lalu, saya sendirian di sini dan kesibukan saya memotong hewan milik warga dan membawa yang tidak mereka butuhkan." pak Kusno menjelaskan kenapa ada kepala kerbau dan kulitnya.     

"Tidak apa, dari pada tidak ada kerjaan, tapi kenapa desa ini sepi?" tanya Dino kepada pak Kusno.     

"Desa ini memang sepi, karena masyarakatnya sudah pada pindah, dan juga arwah Joko sepertinya mencari sesuatu dan dia sering memunculkan wujudnya bukan hanya di sini tapi di desanya, sejak dia dibawa kabur jasadnya, dia jadi gentayangan.Oh ya, kalian mau nginap di sini?" tanya pak Kusno.     

"Tidak!" Dino dan yang lainnya kompak menjawab tidak ke pak Kusno.     

"Ah, begini, kami ada urusan yang penting dan tidak bisa menginap jadi kami ingin pulang dan terima kasih karena sudah menceritakan semuanya, kami tidak menyangka, kalau Nona anak dari suami Narsih, apapun itu semua masa lalu, Nona tidak tahu akan hal itu, karena itu urusan orang tuanya, dia sebagai anak tidak bisa mengatakan tidak, jadi jika berkenan bisa datang ke rumah sakit, ini kami kasih alamatnya, siapa tahu keluarga ibunya mau datang ke tempat Nona, yang lalu biarlah berlalu, jangan kita ungkit lagi, berdamailah dengan semua takdir yang Allah berikan," ucap mang kepada pak Kusno.     

Pak Kusno menganggukkan kepala dan mengambil kertas yang ada alamat rumah sakit Nona, paling tidak ada penyemangat Nona nantinya. Mang Dadang bangun dan berjalan menuju pintu, di ikuti semuanya. Ian tanpa sengaja melihat ke arah pintu ada bayangan seseorang yang sangat misterius, dia tidak tahu siapa sosok tersebut.     

"Kami permisi dulu, terimakasih sudah mengizinkan kami ke sini, maaf jika ada yang salah dari perbuatan kami," ucap mang Dadang kepada pak Kusno.     

"Saya juga, maaf sudah mengagetkan kalian, hingga harus masuk got. Singgah lah ke sini jika ada waktu, dan terima kasih, sudah mau memberitahukan keadaan Nona kepada kami," ucap pak Kusno kepada mang Dadang dan yang lainnya.     

"Kami juga terima kasih informasinya, semoga jika ada waktu kami akan ke sini lagi," ucap mang Dadang dan bersalaman dengan pak Kusno.     

Mang Dadang merasakan kalau tangan pak Kusno sedikit dingin beda dengan tangannya yang ada hangatnya, Mang Dadang hanya bisa tersenyum kecil ke arah pak Kusno dan melepaskan tangannya. Dino dan yang lainnya berjalan ke arah mobil dan langsung masuk ke dalam mobil.     

Mobil berputar dan mengikuti jalan yang tadi mereka lewati saat ke rumah ini. Tidak ada yang bicara sama sekali, Paimin merasakan aura yang berbeda di mobil ini. Dia yang pernah ikut dengan dukun tahu apa yang terjadi dan bisa merasakan apa yang terjadi, Toni yang melihat Paimin gelisah menyenggol tangannya.     

"Kenapa kamu?" tanya Toni kepada Paimin.     

Ian yang mendengarnya menatap ke arah belakang dan menyerngitkan keningnya. Dia melihat Paimin pucat dan keringat dingin. Dino juga melihat keadaan Paimin yang beda saat pergi dan pulang.     

"Sepertinya ada yang aneh tadi di rumah itu." Paimin langsung mengatakan terus terang ke Dino dan yang lainnya.     

Dino dan Ian menyerngitkan keningnya, keduanya saling pandang satu sama lain. Ian teringat akan bayangan di balik kain tadi dan itu jelas terlihat. Ian menepuk tangannya dan menduga kalau ada yang aneh dengan pak Kusno tadi. Mang Dadang juga merasakan hal yang sama dengan Paimin.     

"Jangan-jangan dia sudah meninggal dan itu Joko?" tanya Ian dan mang Dadang secara bersamaan.     

Ian yang mendengar apa yang dikatakan oleh mang Dadang sama-sama menoleh dan menelan salivanya, keduanya melihat ke arah Paimin dan Paimin hanya diam saja tidak menjawabnya. Paijo yang menjadi supir berdehem kepada sahabatnya dan mang Dadang.     

"Permisi, aku mau tanya bukan tanya, mau kasih tahu kalau mobil kita kembali ke rumah ini lagi, ada yang tahu kenapa?" tanya Paijo yang mendapatkan teriakkan kencang dari semuanya.     

"APAAA!" teriak semuanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.